4

1.1K 49 4
                                    


°°°

"Om."

"Mas Aga."

Aku dan Shina saling menoleh. Lelaki itu hanya tersenyum menatap kami.

"Ressa. Apa kabar?"

Melihat lelaki yang sudah lama kurindukan, kini berdiri di hadapanku dengan indahnya, membuatku tak bisa berkata-kata.

"Duduk, Om. Tapi seadanya ya. Nggak ada kursi bagus." Entah Shina berucap biasa atau menyindir, tapi ekspresinya terlihat biasa saja.

Shina kadang pandai menyembunyikan perasaan. Aku terkadang takut, dia memendam luka sendirian. Aku tak ingin membuat putriku menanggung beban tanpa ingin berbagi denganku. Tapi sayangnya, terkadang dia selalu bersikap bahwa semua seolah baik-baik saja.

Apa karena itu juga dia mengambil kuliah psikolog?

"Nggak papa."

Suasana hening sejenak. Lelaki itu duduk di kursi kecil plastik, sungguh jauh berbeda dengan penampilan dan postur tubuhnya yang tinggi. Melihat pemandangan itu membuatku sedikit meringis dengan keadaan.

Sebenarnya Shina sudah membeli rumah yang lumayan sedikit layak untuk kami. Tapi masih dalam tahap renovasi.

Usahanya terus berkembang dengan omset yang lumayan. Anak yang pintar melihat peluang.

Berawal dari kecintaannya terhadap jajanan basreng, ia berpikir untuk mencoba menjualnya. Apalagi di kampus, kawan-kawannya begitu menyukai jajanan ini.

Itulah cerita Shina ketika akan memulai usahanya itu. Untuk hal-hal seperti itu, putriku memang selalu bercerita. Kecuali yang dirasa baginya berat, maka tak sedikit pun ia ingin berbagi cerita. Sehingga sepertinya ia terlupa, bahwa apapun yang sedang dirasakannya, aku sebagai ibunya selalu bisa merasakan kegundahan hatinya. Dan hanya doa saja yang bisa aku langitkan untuk segala langkah yang sedang ditempuhnya, agar dimudahkan.

Berawal dari modal dua ratus ribu, kini sudah jutaan. Apalagi semenjak dibuka reseller, membuat omset semakin meluber.

Aku yang tadinya jualan ayam potong di pasar, sudah tak diperbolehkan untuk bekerja keras lagi.

"Ibu, cukup duduk manis di rumah. Nggak boleh capek-capek. Karena apapun yang Shina raih, semua untuk kebahagiaan ibu."

Ibu mana yang tak terharu diperlakukan manis seperti ini?

"Ehmmm, aku permisi ke belakang dulu." Sepertinya Shina merasa tak enak dengan suasana yang canggung. Ia pun pergi dan memberikan kami ruang.

Setelah Shina pergi, lelaki itu bangkit dari duduknya, lalu melangkah ke arahku. Terdiam sejenak menatapku, lalu mengajakku untuk berdiri.

Tak butuh waktu lama, kini aku sudah dalam dekapannya. Membuatku tergugu dalam tangis kerinduan.

Sekian purnama mencarinya, yang entah harus kemana, akhirnya Tuhan mempertemukan kami kembali.

"Mas ..."

"Sssttt. Diam dulu. Biarkan seperti ini selama beberapa menit."

Aku pun kembali terdiam. Menikmati pelukan dia yang selalu aku rindukan setiap malam.

"Sesak, Mas."

"Kangen banget sih. Maaf ya, aku tak bisa menemukanmu lebih cepat. Aku jadi merasa tak berguna."

"Salahku juga. Ponselku hilang dan semua tentang kamu ada disana. Tau sendiri aku kan lupaan. Mana inget password. Nama akun aja aku lupa, nomor kamu nggak inget."

"Dasar. Si pelupa."

"Hehehe."

"Kamu masih tetap cantik. Makin dewasa dan terlihat keibuan. Sayang sekali aku melewatkan itu semua."

"Mas, juga tetep keren."

"Aku kan emang selalu keren."

"Dihhh."

"Ehmm, aku tak menyangka bila Shina adalah anak kita. Sempat beberapa kali ketemu. Pantas saja aku seperti melihat kamu di diri anak itu. Dan bodohnya aku tak curiga. Kupikir karena kerinduanku ini saja sehingga melihat Shina seperti melihat kamu."

"Ini sampai kapan pelukan?"

"Hehhehe." Lelaki itu melepas pelukan. Tangan besarnya meraup wajahku, lalu mencium kening, hidung, dan bibirku sekilas. "Maaf sudah membuat kamu menderita."

Aku hanya bisa mengangguk. Lelaki ini tak pernah bisa membuatku untuk membencinya. Seberapapun aku ingin.

"Apa yang bisa aku tebus untuk semua waktu yang sudah terlewat?"

Aku terdiam sejenak mendengar pertanyaannya. "Ada, Mas."

"Apa?"

"Ceraikan aku."

***

Nah loh?

Yang mau baca ekspres bisa klik link  di bawah ini ya.

👇👇

Calon Besanku, Ternyata Suamiku Sendiri
— Rita Pusmawati
Aku tak menyangka, lelaki masa lalu yang sudah lama tak kujumpai, malah kini jadi calon Besanku.

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link dibawah :
https://kbm.id/book/detail/fed4c291-1631-748a-1903-18ee0a4730fe?af=34bfabb7-2720-8990-8b5f-62496a9699a8

Calon besanku Ternyata Suamiku Sendiri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang