"Nad, ayo cepet makan malam ada cumi nih" ajak mamah yang tengah menyendokkan nasi ke piring.
"Gimana kegiatan tadi siang?" Tanya seorang pria berusia nyaris paruh baya yang hendak memecah suasana hening malam itu. "Seru nggak?"
"Cukup membosankan." Jawab Nadin tanpa memalingkan wajahnya dari santapan malam.
Pria yang duduk di seberang mejanya itu terkekeh. "Astaga, jujur sekali dia mah."
"Makanya ajak Nadin ke suatu tempat dong. Jangan cuma nanya tapi papah gak ngelakuin apa-apa."
"Hmft." Pria nyaris paruh baya itu terdiam sejenak, tampak berpikir. "Oke, akan papah pertimbangkan."
Nadin hanya mengangguk-angguk, kembali menuntaskan makan malamnya lantas beranjak bangkit dari kursi. "Aku mau ke kamar dulu ya."
"Sebentar dulu dong." Sergah perempuan yang duduk di sebelahnya. "Mamah buat puding cokelat kesukaan kamu nih."
Perempuan itu kemudian bergegas bangkit dan tergesa-gesa menuju kulkas di dapur. Nadin masih bergeming ditempatnya, memandangi punggung perempuan tersebut sampai kembalinya ke ruang makan. Sebuah piring putih dengan puding cokelat diserahkan kepadanya.
Selalu begitu. Setiap malam, setiap kali hendak beranjak tidur, Karena kedua orangtuanya akan sangat sibuk di pagi hari. Tanpa mengetahui betapa tidak sukanya sang putri terhadap makanan bergula tinggi itu.
"Karena mamah selalu sibuk kan tiap pagi sampai sore, jadi mamah akan tetep pastiin kamu bisa menikmati kue-kue manis buatan mamah ini."
Nadin tersenyum tipis menerimanya. "Makasih mamahku." Ucapnya pelan.
"Selamat istirahat mah pah."
Sedetik kemudian gadis berusia 17 tahun itu melangkah pergi menuju kamar, diletakkannya puding tersebut di atas meja belajar.
"Tebel dah ntar gua lama-lama."
"Eh bentar, ponsel gua dimana yah..."Tak lama tangannya meraih sebuah ponsel di atas kasur, tampak raut wajahnya perlahan berubah kusut mengikuti suasana hatinya.
"Apa sih yang lu harapin Nad???" Geramnya menatap layar ponsel seakan menunggu sebuah notifikasi dari seseorang.
"Sok galau banget sih gua."
"Okey, mari kita bersihkan dulu kasur nya sebelum bobo, semoga setan di kepala gua lekas tobat lah ya."
Tttinggg...
Satu notifikasi masuk, sebuah pesan WA dari dari nomer tak dikenal.
"Malam." Begitu yang tertulis
"Mungkin gak sih ini Rizky?" Harapnya sedikit.
Nadin mulai berhipotesis. "Hem, atau jangan bilang ini anak remaja masjid sebelah yang kemarin ngajak gua jalan..."
"Gimana yah, gua enggak doyan ama lu" jelasnya cemberut.
Nadin meletakkan ponselnya di dekat lampu tidur. Menatap sedikit langit-langit kamarnya yang redup.
Tiba-Tiba...
"Aaa, pikun mana belum lepas tali bh lagi." Bangkitnya dan kedua tangan mungilnya mulai meraba pelan bagian punggung kecil itu.
"Ululu, ntar kalo gua uda punya pasangan gak buka sendiri lagi dong"
"Dibukain hmm...""Gimana rasanya ya" gumam kecilnya.
Kembali berbaring dengan senyum tipisnya. "Aihhh, geli sendiri kan gua"
Sudah menjadi rutinitas nya untuk membuat imajinasi liar di benaknya sebelum terlelap.
Ya, selalu.
Tttinggg tttinggg tttinggg
Dering telpon Nadin kini menyadarkannya kembali dari ilusi
"Ah ngangguuu" Batinnya
"Halo, dengan siapa...?""Ekhm, katanya mau slipkol,"
"Gak jadi mba?" Bisik berat penelpon.Ekspresinya kini berubah tak menentu, mulutnya pun ikut membelalak, kedua kaki rampingnya di ayunkan keatas kebawah tanpa mengikuti alunan melodi dan matanya menari pelan tanpa sebuah irama.
Tak lama kemudian jempolnya dengan cepat mematikan panggilan maut itu. "Wah, ga bisa gua..."
"Ini Rizky, yang tadi siang?" Ia memeriksa kembali riwayat panggilan barusan.
"Berarti yang tadi nge-WA gua dia dong?"
"Mau ngapain ya? Jangan-jangan... mau gitu lagi?"Berusaha mendebat dirinya sendiri. "Gitu apaan coba, harusnya gua gak negthink dulu lah ya."
"Kalo emang bener mau gitu, emang gua pemuas nafsunya apa!" Gusarnya menjadi-jadi.
Ia memeluk erat guling, matanya ditutup rapat, bibirnya dimainkan sendiri.
"Kok gak di telpon balik..." Isaknya
Nadin gelisah, nyatanya ia masih ingin membuat percakapan baru dengan Rizky, meskipun harus membuat dirinya beradaptasi dengan kenakalan Rizky. Si sexy boy tampan!
"Nad, sadar! Calm down babe! Mari kita tidur dulu!" Nadin menyembur napas pelan.
"Besok juga bakal ketemu..."
Tttiiinggg tttiiinggg
"Astaghfirullah, ditelpon balik dong"
"Uhuk ehkm, oke b aja ya Nad!""Halo? Tidur Nad?" Suaranya membuat Nadin duduk membeku di pojok kasur.
Teriaknya dalam hati. "Bodoh, kalo gua tidur siapa yang ngangkat!"
"Bentar lagi kok, ini Rizky kan?" Ujarnya dengan nada biasa.
Aura kepedean-nya sudah tak bisa ditahan lagi. "Siapa lagi emang yang punya suara gemes kek gua"
"Gua tebak lu pasti nyesel kan tadi nge-reject panggilan gua""Apasih, jangan buat gua muntah ya malam ini" balasnya dengan kesal.
"Muntah gimana, belum juga main lah Nad"
Nadin mulai mencium sesuatu bertemakan dewasa malam ini. "Ha, main apa?!"
"Bocil"
"Abang jelasin dulu ya, simak yang bener""Eh," cegat Nadin
"Kenapa.?"
"Gua mau bobok dah ngantuk"
"Good night ky"Nadin kembali mematikan panggilannya. Ia menarik napas dalam-dalam.
"Gawattt, besok masih ketemu lagi"
"Bahas apaan coba kalau jumpa lagi?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RIZKY DAN NADIN
Romance"Lu tidur pake BH gak?" Tutur Rizky tanpa memindahkan pandangannya dari sesosok yang kini memikat nafsunya. Dibuatnya Nadin membisu hingga meneguk kembali sisa liur di langit-langit mulutnya. "Kamu gak ada pertanyaan lain apa buat aku?" "Yang aga...