" Ekhmm?" Telapak tangannya yang sibuk menggenggam kuat gelas kopi yang tengah di seruputnya terhenti demi mendengar ucapan Rizky. Gadis berambut hitam panjang itu nyaris tak berkedip memandangi wajah pria di hadapannya. " Sorry,, kamu bilang apa tadi?"
" Kemaren kamu kenapa engga jadi jenguk aku Nad? Eh, maksud aku si Anzali." Ulang Rizky spontan. " Malah main pergi gitu aja."
" E-ngga gitu, maksudkuuu-" Nadin tampak sulit mencerna kalimatnya. " Ada yang aneh aja gasih kemaren" terbata
Rizky memotong ketidakfokusan Nadin di matanya. "Dia seorang transgender maksudmu?"
Spontan tangannya melepas genggaman gelas itu, matanya mengabsen satu persatu benda-benda di dalam kafe kecuali Rizky di depannya. Suasana kafe di seberang jalan besar itu terasa lebih dingin sekarang tanpa satu pelawat pun, seakan para pelawat kafe sengaja membiarkan mereka berdua di dalam menghamburkan waktu.
" Kamu mau ga nikah sama aku, sekarang?" Lamarnya santai. " Duid aku ada banyak, mobil ada, motor baru aja kita pake kemari, rumah tinggal beli dengan desain yang kamu mau." Pamernya dengan muka tembok
Nadin masih kesulitan mengimbangi percakapannya dengan Rizky, ia membingung dengan kata apa yang seharusnya kini ia balas.
Rizky, " aku mau punya dua puluh enam anak sama kamu, kamu sanggup engga dari matahari terbit hingga terbenam sama aku? Kita buat anak kita bareng-bareng." Sambung Rizky harap-harap.
" Ky, tu kopi ada campuran alkoholnya apa gimana sih? Masih pagi aja kamu udah mabuk, gimana malem?" Ngece Nadin tanpa terlibat kontak mata.
" Gimana ya Nad, akal sehat aku emang suka ngilang kalo lagi mikirin kamu gini. Keknya udah berbentuk smile deh ni"
" Rontgen coba?!"
" Jangan ah, cemberut nanti jadinya"
" Maka dari itu, lu harusnya jawab pertanyaan, bukan malah mikirin aku dan ngelantur sana sini." menatap tajam bola mata Rizky.
Namun ia tak membalas tatapan sengit itu, justru melemparkan pandangannya keluar jendela pada dua sosok kakek nenek yang bersila di pinggiran trotoar. " Nadin, kamu pernah gak serius suka sama aku?" dengan penuh ketenangan.
" Yang ada itu kamu yang selalu permainkan aku, inget ga?!" menarik napasnya lama. " Mau aku bantu balikin memori di kepala kamu?"
" Hari pertama, depan gedung kesenian. Ewh, kamu pasti udah tau kan aku mulai suka sama kamu. Kamu tu sengaja main tarik ulur, sengaja buat aku kepikiran kan sama kamu. malemnya kamu pancing aku buat sleepcall, cuman pake menuhin napsu kamu aja kan.."
Rizky, " aku emang suka sama kamu. Cuman lupa bilang pas malem itu. Ya ngapain aku gangguin cewek yang ga aku suka? Waduu jelas belom?"
" Kalo Anzali... Kamu juga suka?" Nadin mengubah topiknya perlahan.
" Suka sebagai teman lah, dia itu aku anggap keluarga" terangnya
Nadin menyeruput habis minuman yang tersisa dan bangkit, seraya berkata. " Sekarang aku tanya, kamu normal apa gay?"
Menguap paksa, seoalh tau akar masalahnya " duduk dulu, atau mau pergi ke tempat lain?"
"engga... Kalau kamu engga mau jawab, aku balik ke sekolah"
Nadin kembali ke sekolah dengan angkutan yang kebetulan sedang menurunkan penumpang depan kafe, Rizky tetap menikmati posisi duduknya dengan pandangan tak lepas dari sisa bayang Nadin. Namun sebenarnya, sejak tadi Nadin sudah tak fokus dengan topik pembahasan. Ia teringat akan lombanya di sekolah yang akan dimulai beberapa saat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIZKY DAN NADIN
Romance"Lu tidur pake BH gak?" Tutur Rizky tanpa memindahkan pandangannya dari sesosok yang kini memikat nafsunya. Dibuatnya Nadin membisu hingga meneguk kembali sisa liur di langit-langit mulutnya. "Kamu gak ada pertanyaan lain apa buat aku?" "Yang aga...