BEHIND

2.5K 77 29
                                    

"By, cepetan makan-nya by!!! ngantuk elah" ujarnya cacing kepanasan. Tangannya berlari ke belakang menggencet pantat Nadin, bahunya mulai dilumasi oleh liur lelaki tak berperasaan itu. Hengpon-nya tak lagi mempan menarik perhatian.

Jelas Nadin risih dong sama kelakuan-nya, "KY! mana bisa aku makan kalo badanku udah kamu jadiin kek taman bermain? Mending ambilin aku minum gih disono"

Rizky lekas berhenti menggangu seusai menepuk bokongnya yang hampir membuatnya tersedak. Lagaknya tampak sedikit merajuk, meski demikian Nadin hanya menatapnya dengan daging yang belum selesai dikunyah-nya. Rizky mengambil kotak rokok dari saku celananya. Tak beranjak mengambilkan air untuk Nadin dengan sengaja, kedua kakinya malah bersandar di atas meja makan bersebelahan dengan piring Nadin. Tak lupa sebatang rokok diantara jari telunjuk dan tengahnya.

"SOPAN KAH BEGITU? KORNEA MATA LU RUSAK KY? SORRY, TAPI GUA LAGI ENGGA PINGIN BM MALEM INI.. JADI TOLONG KERJASAMANYA UNTUK MENJAGA MUD GUA"

Nadin mengalihkan pandangan-nya pada sepotong daging yang tersisa di atas piring.

Seumur hidupnya, baru kali ini ia bertemu dengan manusia rasa hewan. Katanya, "masih sopanan monyet gue dirunah ya ky" beranjak pergi.

"Udah diem aja di mari," menahan pahanya,  "sekalipun lu pindahhh bakal gue ikutin nad." Ungkapnya membucin.

Nadin diambang kekesalan setengah mati dengan tingkah kanak-kanaknya, ia menghentakkan piring kembali ke atas meja. Rasa lapar dan dahaga nya lenyap seketika, kemudian ia terpikirkan sejenak.

'YAWLA YAWLAAA... PERASAAN GUE PUNYA TEMEN DISINI, TAPI GAADA SATUPUN YANG NYAMPERIN GUE. RIZKY ANGINANGINAN LAGI!!! KZL KZL KZLLL MAMAHHHH KOK BISA AKU NGECRUSH SAMA MANUSIA BENJOT KEK GINI'

Masih dalam mode ngumpat-ngumpatan, ia mendengar seseorang meneriakkan nama Rizky dari arah belakang. Belum kepalanya memutar, tanpa ia sadari Rizky sudah berlari kearah kerumunan tersebut. Kaget bin kepo, ia menghampiri kerumunan tersebut.

"We jali lu kumat lagi?! Goblokkk pisannn udah gue bilang jangan ngalkohol dulu" Rizky menggendong anzali menuju mobil.

"Minggir anjing minggirrr! Siapapun ambilin kunci gue di meja ruang tamuu cepett"

Semua orang di kerumunan tersebut saling memberi pandang ke Nadin, tak satupun dari mereka berpindah dari pijakannya.

Nadin mengetahui isyarat tersebut. "Awas lu lu pada ya semua" berlari kilat menuju tempat kunci.

Ruang Tanu

'ih! dibagian mana coba kuncinya?! Ayo dong nongolll ntar diomelin pasti ni gue! Pasti'  mengitari denah rumah tamu dengan persiapan mental baja.

Keburu wafat si Anzali, Rizky turun dari mobil dengan jambut kebakar menyusul Nadin,

"BUTA' LU YA, PUNYA DUA MATA DI PAKE YANG BENER GOBLOK.. DAH SANA MAKAN AJA" Amuknya selepas mendapat kunci di sela himpitan kursi ruang tamu. Jelas tak tampak oleh Nadin apalagi dengan pikiran-nya yang kalang kabut.

Ia langsung meninggalkan Nadin  yang masih tersmekdon dengan pujian-nya. Sembilan orang di luar menggunjing seperti biasanya.

"Kadang kek orang ga kenal 'MEMANG', kadang kek orang pacaran 'TEMBAK RESMI BELON', kadang pula kek lagi kdrt!! Eh, bukan kadang yang begini mah.. TIAP DETIK BAPAKEEE"

Bukan mental abal-abal dong, Nadin me-remake kembali komuknya 360 derajat menghampiri para calon ibu-ibu dan bapak-bapak di TKP. Mba Elis dengan antusiasnya menarik Nadin yang hampir sampai ke tengah-tengah mereka.

"Weh Weh Nad, lu tadi liat gasih si anzali pas kesakitan dibawah," menjelaskan perlahan, "dia megang vaginanya gitu.." Jelasnya dengan praktek

"Ih paansih ihhh, orang tadi gua liat dia megang perut kok kek gini" ia mencontohkan balik depan khayalak apa yang dilihatnya.

RIZKY DAN NADINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang