I Love You're Doing That
[]
Jujur saja Juita tak tahu harus berlari kemana dalam kondisi yang serba salah ini. Dia terhimpit dengan keinginan hatinya, juga terdesak untuk menjauh dari Gerka yang sudah menguasai banyak tempat di hatinya. Haruskah Juita pergi atau menjadi idealis yang menegakkan pandangannya hingga berhasil?
Masalahnya, kebanyakan para idealis tak pernah mencapai keberhasilan. Idealis lebih banyak terkikis oleh realita. Tak peduli kejam, kasar, gersang, dan tak memiliki hal yang 'klik' dengan pandangan idealis. Hidup akan memenangkan realitanya, bukan harapan dan pandangan hidup manusia saja. Dunia tidak berjalan di bawah kaki manusia, tapi mereka diam-diam bergerak tanpa manusia ketahui.
Tidak ada yang baik bagi Juita. Jadi, meskipun dia menangis tersedu di tempat umum hingga membuat orang lain kebingungan menatapnya, Juita memilih tak mempedulikannya dan berdiri dengan wajah bengkak menuju taksi online pesanannya.
37 menit adalah waktu yang cukup untuk menumpahkan sebagian tangisnya setelah pembicaraannya dengan Gerka terputus. Juita akan pulang ke apartemen, karena Gerka pasti sudah pergi dari sana. Beberapa menit untuk membelah jalanan Jakarta menuju apartemen Juita membutuhkan waktu cukup lama, mengingat hampir jarang ada jalanan lengang di Ibukota. Itu akan semakin membuat Gerka tak betah menunggu Juita di depan apartment perempuan itu. Gerka biasanya memang akan memastikan apakah Juita berbohong atau tidak. Pria itu pasti tadi menunggu di depan apartment Juita beberapa waktu.
Juita tahu dia harus menahan diri untuk langsung pulang ke apartemen, karena Gerka pasti masih ada di sana. Dan sekarang dia sudah sangat yakin bahwa Gerka tak ada.
25 menit. Juita akhirnya sampai di unit apartemennya. Benar saja, tak ada sosok Gerka di sana. Desah napas lega menguap di udara. Juita tak yakin itu adalah pertanda kelegaan, sebab dia merasa dirinya tak sepenuhnya baik menyadari Gerka tak menunggunya.
Apa, sih, yang sebenarnya diinginkan oleh Juita sekarang? Segalanya menjadi sangat tak jelas, gamang, labil, dilema, dan plin plan. Semua sebutan yang serba membawa unsur keraguan ada di dalamnya. Membawa diri Juita tak menjadi dirinya sendiri.
Mencari keberadaan kartu akses pintunya, Juita mengacak-acak isi tas nya dengan linglung. Terlalu banyak beban pikiran membuatnya tak bisa fokus dan tenang. Seharusnya mencari kartu akses pintunya tak akan membutuhkan waktu lama jika dicari dengan tenang dan teliti. Namun, lihatlah sekarang. Juita membuang semua isi tas nya ke lantai dengan frustrasi dan membuat barang-barang itu berantakan. Termasuk ponselnya yang menjadi sedikit tergores di bagian layarnya.
Setelah semua barang berada di lantai, barulah Juita memasukkannya kembali. Ia menemukan kartu akses itu menyelip dan Juita membuka pintunya lebih dulu untuk memasukkan barang secara acak ke dalam tas kembali. Pintu ia batasi dengan sepatu yang ia pakai agar tak kembali terkunci. Juita benar-benar tak fokus melakukan apa pun.
Usai memastikan tak ada barang yang berada di lantai kembali, Juita mencoba berdiri, meski tubuhnya begitu lelah dan tak bisa diajak kerjasama dengan baik lagi. Juita tetap memaksakan diri untuk berdiri dan membuatnya terhuyung hampir terjatuh. Jika saja tak ada yang menyangga tubuhnya, mungkin Juita akan benar-benar terjatuh keras ke lantai.
"Ma-maaf, makasih—"
Juita terkejut dengan sosok yang membantunya untuk tetap baik-baik saja itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/278653039-288-k903937.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You're Doing That [Tamat]
General FictionSEASON 2 HANYA ADA DI KARYAKARSA (kataromchick) DAN KBM (Freelancercreator). 19+ Ada batas ambigu yang dijalani Gerka dan Juita. Mereka mungkin akan bersikap biasa saja ketika berada di tempat kerja. Melihat semua aktivitas yang ada bukanlah bagian...