Chapter Six

171 26 1
                                    

Bagi seantero sekolah, Calista dan Gadis berhasil dinobatkan sebagai bestie goals. Bukan hanya karena sama-sama terkenal, bahkan secara fisik mereka banyak dicemburui oleh siswi lain. Sama-sama memiliki tinggi 168 cm dan bentuk tubuh ideal yang mirip, Calista dan Gadis bisa dikira anak kembar jika dilihat dari belakang. Untung saja karakteristik mereka berdua sangat berbeda.

Calista dengan rambut coklat sepunggungnya dan lebih sering dibiarkan terurai, sedangkan Gadis dengan rambut hitam pendek yang bahkan sama sekali tidak menyentuh bahu. Gadis membiarkan rambutnya tanpa poni sedangkan Calista memiliki poni kebanggaan yang tidak pernah absen membingkai wajah kecilnya. Calista bisa saja berpenampilan feminim di satu waktu dan kemudian berpenampilan sedikit tomboy di waktu yang lain, sedangkan Gadis, mana pernah dirinya sekali saja menyentuh rok—selain rok sekolah tentunya. Gadis itu tidak pernah melepas image tomboynya sedikitpun.

Banyak sekali siswi yang merasa iri dengan pertemanan Calista dan Gadis. Karena, meski mereka sebenarnya bisa berteman dengan siapapun dan tidak pernah pilih-pilih teman, tetap saja, tidak ada yang mampu menembus tembok dunia mereka berdua. Mereka itu sangat klop. Saling mendukug satu sama lain, dan tidak pernah membiarkan orang lain menyakiti hati masing-masing. Walaupun mereka bukan anak baik-baik, tapi mereka tidak pernah sekalipun melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Seperti... membully adik kelas contohnya?

Itulah yang dilihat Calista sesaat sebelum dirinya menaiki tangga menuju rooftop di ujung koridor. Tadinya Calista datang bersama Gadis, namun sahabatnya itu tiba-tiba saja kebelet buang air kecil, jadi Gadis melipir sebentar ke toilet dan akan menyusul Calista setelah menyelesaikan hajatnya.

"Mau lo apa sebenernya, hah? Kenapa lo selalu ngusik hidup gue? Kenapa lo selalu deketin cowok yang gue suka?!" Calista mengenal suara itu. Itu adalah suara milik Sharon. Teman seangkatannya sekaligus teman sekelas Gadis. Sharon terkenal sebagai murid pembuat onar bersama dengan kedua temannya. Mereka tidak segan-segan melabrak siapapun yang berani mengusik hidup mereka.

Meski begitu, hubungan Calista dan Sharon terbilang cukup baik. Selain karena mereka adalah teman seangkatan, mereka tidak pernah terlibat dalam masalah apapun dan tidak pernah ikut campur dengan urusan masing-masing. Masih bisa saling menyapa juga masih bisa saling menutupi kesalahan di hadapan guru piket ataupun guru BK.

"Belum puas lo pacarin Arga, hah?!" Ucapan Sharon membuat Calista kembali menuruni tangga karena penasaran apakah dugaannya benar tentang siapa orang yang sedang dilabrak temannya itu. Sharon memang pernah menyukai Arga saat kelas sepuluh. Siapapun pasti menyadari sikap Sharon yang selalu mendekati Arga dan berusaha membuat Arga tertarik padanya. Namun sayang, Arga justru jatuh hati pada Sea dan langsung memacarinya. Masih untung Sharon bisa bersikap fair dan lebih memilih untuk mundur.

Untuk saat ini, Calista tidak tahu menahu soal siapa lelaki yang sedang dekat dengan Sharon, tapi dirinya sungguh penasaran siapa orang yang ada di balik tubuh Sharon dan teman-temannya. Calista berjalan mendekat tanpa sepengatahuan mereka kemudian berdiri di belakang Sharon dalam jarak aman setelah mengetahui siapa yang sedang mereka labrak. Dugaannya benar. Itu memang Sea.

"Setelah lo rebut Arga dari gue, masih bisa-bisanya lo deketin Danish juga? Iya?!" Sharon mendorong bahu Sea dan menyudutkannya pada tembok. Calista bisa melihat wajah Sea yang memerah karena menahan amarah.

Setahu Calista, hanya ada satu nama Danish di sekolah ini. Teman seangkatannya juga yang terkenal karena cowok itu adalah ketua tim jurnalis sekolah. Tampan dan berwibawa. Tidak heran jika Sharon memang menyukainya dan cepat move on dari Arga.

"Aku nggak ngedeketin Kak Danish, Kak..." Sea mencicit dengan kedua tangan yang sudah mengepal keras.

"Gue liat lo ngasih minuman buat Danish di sekre jurnalis, apalagi namanya kalo bukan ganjen?!" Sharon bertolak pinggang di hadapan Sea seraya mengisyaratkan kedua temannya untuk memegang lengan Sea.

Nothing Like UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang