Chapter Five

178 23 1
                                    

Calista meringkuk di kursi penumpang. Setelah fitting baju tadi tiba-tiba saja perutnya kembali terasa sakit. Berkali-kali gadis itu mendesah kesakitan membuat Arga kelimpungan tidak tahu harus melakukan apa. Ia sama sekali belum pernah menghadapi perempuan yang sedang on period. Untung saja, atas suruhan Calista, saat ini Arga mengendarai mobil milik keluarga gadis itu. Apa jadinya jika Arga memutuskan untuk tetap mengendarai Jojo. Calista pasti merasa jauh lebih tidak nyaman jika harus dibonceng di atas Jojo sambil kesakitan.

Arga menghentikan laju mobilnya karena di depan sana lampu merah baru saja menyala. Ia mengusap surainya ke belakang seraya menoleh pada Calista, "Apa ada obat semacam pereda nyeri sakit perut lo, Ta?"

Dijawab dengan anggukan, Calista mencoba mengamit tangan Arga, "Tangan lo anget, gak? Boleh pinjem sebentar, Ga?"

"Nama obatnya apa? Biar gue beliin," Arga menatap tangannya sejenak. "dan tangan gue, emangnya buat apa?" Meski Arga mempertanyakan kebingungannya, tapi tak ayal ia membalas genggaman tangan Calista.

"Sebenernya gue biasa minum jamu langganan Bunda, tapi lo bisa beli kiran** di minimarket." Calista membawa sebelah tangan Arga untuk ditempel di atas perutnya, membuat sang pemilik tangan terkejut bukan main.

"Ta—" Arga berdeham kaku. Ia tidak suka berada dalam kecanggungan seperti ini apalagi rasa canggung ini bersama Calista, "Gu—Gue sewaktu-waktu juga perlu pegang persneling, Ta." Cowok itu mencoba memberikan alasan yang masuk akal. Jujur saja, situasi seperti ini sangat tidak baik bagi kesehatan jantungnya.

"Sebentar aja, Ga, sampe ketemu minimarket." Calista menatap Arga dengan ekpresi memohon, "Lo bisa lepasin kalo nanti emang butuh." Saat tangan Arga yang hangat menyentuh kulit perut Calista tadi, walaupun tidak sebaik dikompres dengan air hangat, tetapi gadis itu tetap merasa lebih baik.

Lagi-lagi, mau tak mau, meski hawa panas telah menyerang sekujur tubuhnya, Arga tetap menuruti permintaan Calista. Setidaknya ia hanya perlu bertahan sampai mereka menemukan minimarket.

"Apa lo pernah ngelakuin ini waktu lo sama Lucas, Rico atau cowok manapun?"

Calista terkekeh di tempatnya sembari menggeleng, "Enggak, sialnya baru sama lo doang." Gadis itu menoleh pada Arga seraya tersenyum tulus dengan wajah pucatnya, "Thanks."

Ini pertama kalinya Arga mendengar kata terima kasih secara tulus untuknya dari mulut Calista. Rasanya benar-benar canggung sekali.

"It's okay." Jawab Arga singkat tetap dengan nada kaku. Keadaan jantung Arga saat ini masih sangat kacau. Ia hanya berharap ketika sampai di rumah nanti, ia tidak perlu operasi jantung.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Arga dan Calista sampai di rumah gadis itu. Dan sudah sejak tadi pula Calista meminum obat pereda nyerinya. Sebenarnya, Calista masih kuat berjalan sendiri untuk masuk ke dalam rumah, tapi Arga merasa tidak tega pada gadis itu dan memutuskan untuk berjongkok di hadapan Calista, berniat menggendongnya.

Calista tertawa keras, "Ngapain lo?"

"Udah buruan naik."

Sambil melingkari kedua tangannya di leher Arga, Calista bertanya, "Seriously, ini Arga?"

"Ini Jeon Jungkook."

Memukul kepala Arga pelan, Calista kembali tertawa, "Kalo beneran lo Jungkook, udah gue kurung lo di dalem lemari."

Arga menggelengkan kepala, "Dasar pshyco."

Baru saja kaki Arga menapaki lantai teras, sebuah mobil terdengar berhenti di depan pagar rumah Calista yang belum tertutup. Kemudian seorang gadis yang sangat Arga kenal keluar dari mobil tersebut.

Nothing Like UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang