Chapter Nine

171 25 2
                                    

"Kakak Tataaaa!" Seorang bocah laki-laki berusia 3 tahun berlari menghampiri Calista ketika bocah itu baru saja memasuki kamar hotel yang ditempati Calista.

"Aksaaa!" Calista histeris menatap Aksa dari cermin rias besar di hadapannya.

Ketika Aksa sudah mencapai kaki Calista, barulah gadis itu menoleh dan membawa Aksa ke dalam gendongannya.

"Aksa lindu sekali sama Kakak Tata." Ucap bocah lelaki itu dengan suara cadel seraya memeluk leher Calista.

"Kak Tata juga rindu sekali sama Aksa." Calista berkata gemas sambil menggoyang-goyangkan Aksa dalam gendongannya.

Aksa merupakan anak dari Aryan dan Siska—kakak ipar Arga—yang kini menetap di luar kota. Hanya sesekali keluarga kecil itu datang ke rumah keluarga Aryan saat liburan atau ketika Aksa sudah merengek merindukan Oma dan Opanya.

Hubungan Calista dan Aksa terbilang sangat dekat karena Calista tidak pernah absen bertemu dan bermain dengan Aksa jika bocah itu sedang berlibur di rumah neneknya. Apalagi Calista belum memiliki keponakan dari Carissa dan Daffa. Membuat Calista justru menganggap Aksa sebagai adiknya sendiri. Bahkan gadis itu menyuruh Aksa memanggilnya dengan sebutan Kakak. Selain lebih mudah, Calista sama sekali belum mau dipanggil tante.

"Tata kan masih muda, belum cocok jadi tante." Begitu katanya ketika pertama kali bertemu dengan Aksa.

"Aduh say... hati-hati nanti rambutnya rusak." Panik Dince, seorang hair do gemulay yang baru saja menyelesaikan maha karyanya.

"Kalo lusak tinggal dilapihin lagi, Om." Tawa Aksa mengudara mendengar Calista yang menertawai ucapannya.

"Panggil eyke tante, Sayang. Bukan Om." Dince mencubit pelan hidung Aksa gemas.

"Eyke itu apa sih Kak Tata?" Tanya Aksa polos membuat seisi kamar yang dipenuhi oleh make up artist, hair do, beberapa karyawan dari butik Karina, dan tak terkecuali Arga menertawai ucapan Aksa.

Tunggu, Arga?

Calista berbalik menghadap Arga. Baru menyadari kehadiran cowok itu yang sedang berdiri di dekat pintu kamar. Bersandar pada dinding dan sudah rapi dengan tuxedo biru tuanya.

"Ayo Aksa, dicariin Mami, tuh. Kak Tatanya mau ganti baju dulu." Meski ucapan Arga tertuju pada Aksa, namun kedua mata pekatnya tak lepas dari Calista yang sudah selesai dengan make up dan rambutnya. Arga benar-benar bergeming menatap Calista—meski gadis itu belum mengganti bathrobenya dengan gaun—mengabaikan Dince yang mengusirnya keluar. Menurut lelaki gemulay itu, Arga belum boleh melihat Calista.

***

"Om labbit kenapa senyum-senyum sendili?" Om Rabbit, panggilan sayang Aksa untuk Arga.

Ucapan Aksa itu seketika mengalihkan atensi empat pasang mata yang sedang asyik mengobrol di kamar Arga.

Carissa dan Daffa yang sepertinya sedang mendengarkan pengalaman bersalin dari Siska dan Aryan saat Siska melahirkan Aksa beberapa tahun yang lalu. Saat ini, Carissa memang tengah mengandung tujuh bulan.

Kini kedua pasangan muda itu menatap Arga penuh penasaran. Dan yang ditatap, pura-pura sibuk menurunkan Aksa dari gendongannya. "Aksa ngadi-ngadi, nih. Siapa juga yang senyum-senyum sendiri."

"Ngadi-ngadi itu apa sih, Mi?" Tanya Aksa seraya beringsut naik ke atas pangkuan Siska.

"Kata Om Rabbit, Aksa ada-ada aja. Om Rabbit nggak senyum-senyum sendiri," Dengan sabar Siska menjelaskan maksud ucapan Arga tadi pada Aksa. "Emangnya Aksa lihat Om Rabbit senyum-senyum sendiri?"

Nothing Like UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang