🌼 LESSON - 03

927 103 10
                                    


"Gue pengen lo jadi istri gue Ju. Ayo kita besarin bayi ini sama-sama. Gue siap jadi Ayah buat anak lo. Mari bahagia bersama."



Kim Minju membeku sesaat mendengar ucapan Ryujin. Gadis itu kini memandang manik cokelat Ryujin lekat. Kalau boleh jujur, wanita mana yang tak akan jatuh hati pada sosok di hadapannya ini? Minju sangat paham bagaimana kepribadian dari Shin Ryujin ini. Ia pemuda yang tampan, gentleman, pintar, lemah lembut. Belum lagi mengingat kebaikan Ryujin yang mau memberinya tempat tinggal di negara asing seperti ini, rasanya sangat mustahil jika Minju mengatakan kalau ia tidak bisa menerima Ryujin sebagai suaminya.



Bahkan malam ini, ketika pemuda itu melamarnya, Ryujin tidak mengatakan jika ia mencintainya. Namun, karena ia bersedia untuk menjadi ayah untuk calon buah hatinya dan siap membesarkan bayi itu bersama dengannya.



"T-t-tapi Ryu.. k-kita baru ketemu setelah sekian lama. Lo masih muda. Jangan—"




"Ju gue sayang lo, banget. Asal lo tau gue suka sama lo dari dulu. Lo cinta pertama gue tapi waktu itu gue pengecut ga berani ngungkapin dan cuma bisa mendem. Sekarang kita di pertemukan lagi dengan cara kaya gini bikin gue sakit hati banget Minju. Please, gue ga mau kehilangan lo lagi. Jadi izinin gue buat jadi Ayah buat anak lo Minju. Gue ga peduli kita masih muda atau udah tua, karena gue yakin, ini emang udah di garisin sama Tuhan kalo kita bakal bersama."




Entahlah, tiba-tiba perasaan Minju membuncah begitu saja. Jadi selama ini yang ia pikirkan memang benar adanya jika Ryujin menyukainya sejak dahulu bahkan sampai sekarang. Hal itu membuat Minju semakin yakin untuk menerima Ryujin. Juga Minju tidak ingin jika anaknya terlahir tanpa Ayah.




"Jadi gimana Minju?" tanya Ryujin harap-harap cemas dengan jawaban Minju.




Gadis cantik itu mengulum senyumnya lantas mengangguk pelan. Sepenuhnya menyadari jika Shin Ryujin lah pria yang tepat untuk menjadi Ayah untuk anaknya kelak. Karena diam-diam Minju juga memiliki perasaan yang sama seperti Ryujin.



Melihat itu, mata Ryujin melebar tak percaya, tapi sedetik kemudian senyum di wajah tampannya tampak. Cepat-cepat pemuda itu berdiri lantas memeluk tubuh Minju erat-erat.



"Makasih Minju. Makasih udah mau nerima gue."



"Sama-sama Ryu.. m-makasih juga udah mau nerima gue dalam kondisi kaya gini." sahut Minju dengan suara bergetar. Gadis itu sudah tidak bisa lagi menahan rasa harunya. Rasanya ia menangis saat ini juga.




Ryujin mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya. Di dalam hati Ryujin berjanji akan menjaga Minju dan calon bayinya ini dengan seluruh hidupnya.



"Minju, boleh minta nomer orang tua kamu? Kita harus membahas pernikahan kita bersama orangtuaku juga Minju."




"T-t-tapi Ryu. Gue takut sama papa.." Minju menunduk mengerjapkan matanya yang terasa panas karena tiba-tiba bayangan saat ia diusir oleh ayahnya kembali melintas.





"Sshhh.. ga usah takut. Gapapa, nanti aku bakal ngomong sama Papa kamu baik-baik. Aku yakin, Papa kamu ga sejahat itu Minju." Ryujin menangkup kedua pipi Minju dan sedikit mengangkatnya.




"Udah ya, jangan nangis. Ibu hamil itu ga boleh emosi berlebihan nanti bayinya jadi ga sehat." ujar Ryujin sambil menyeka air mata Minju.




Minju hanya menjawab dengan anggukan lantas kembali memeluk tubuh Ryujin agar dirinya kembali merasa tenang. Ryujin tersenyum dan langsung membalas pelukan Minju dan sesekali mendaratkan kecupan ringan di rambut sang gadis.


LESSON [Ryujin x Minju]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang