🌼 LESSON - 07

851 81 19
                                    


Minju menggeliat, matanya terbuka sekejap lalu kembali tertutup karena cahaya lampu yang menyilaukan. Gadis itu menggeliat lagi merasakan beban di beberapa bagian tubuhnya serta rasa hangat yang tak biasa. Minju ingin berbalik namun tidak bisa karena beban berat di pinggangnya. Minju menatap kebawah setelah kesadarannya utuh. Ia menghela nafas melihat tangan kekar Ryujin melingkar di pinggangnya dan kaki pemuda itu berada di atas betisnya.




"Ryujin! Sesek ih..."




Sekuat tenaga Minju mendorong tubuh Ryujin agar melepas kungkungannya. Bukannya menurut, Ryujin justru semakin mempererat pelukannya hingga membuat kulit tubuh mereka kembali menempel.




"Ryujin!!" pekik Minju, namun masih belum ada tanda-tanda untuk Ryujin bangun. Yang Minju bisa rasakan hanya hembusan nafas teratur dari sang suami yang menerpa tengkuknya.



Minju kembali menghela nafas, ini sudah jam sembilan malam dan ia harus segera menyiapkan makan malam untuk mereka dan Ryujin masih enggan untuk bangun juga. Kalau saja Ryujin tidak bernafas, mungkin Minju akan mengira jika suaminya itu sudah mati.



"Ryujin... Sayangku.... Suamikuuu... Ya Tuhan, Ryujin!!" teriak Minju frustasi. "Lepasin! Aku mau masak, ini udah jam sembilan malem loh."




Minju yang sudah kesal karena Ryujin yang tak kunjung bangun pun terpaksa harus mencubit perutnya.




"AKHHHHH SAKIT SAYANG!! KENAPASIH??!" pekik Ryujin. Seketika ia bangun dan duduk di atas ranjang sambil mengelus-elus perutnya yang baru saja dicubit oleh istrinya.




"Rasain! Suruh siapa kebo!"





"Siapa yang kebo??" tanya Ryujin.




"Ya kamu lah, pake nanya lagi. Udah di bangunin lembut-lembut masih juga ga mau bangun. Dasar."




"Ha emang iya? Kok aku ga denger ya hehehe."



Minju hanya memutar kedua bola matanya malas. Ia berdiri lalu mengulurkan tangannya kepada Ryujin. "Ayo cuci muka dulu. Abis itu bantuin aku masak."



Ryujin menguap sekali, dalam keadaan setengah sadar ia menerima uluran tangan Minju. Pemuda itu tersenyum tipis merasakan lembutnya telapak tangan sang istri. "Cium dulu dong." ujar Ryujin menunjuk bibirnya yang mengerucut itu.



Minju tersenyum tipis lalu mengalungkan tangannya ke leher Ryujin dan langsung melumat lembut bibir kesayangannya itu. Mereka berciuman dengan sangat intens, bahkan tangan Ryujin sudah melingkar erat di pinggang Minju.



Minju tersenyum di sela-sela ciuman mereka saat merasakan tangan Ryujin bergerak mengelus-elus perut buncitnya. Tidak salah lagi, Minju semakin mabuk kepayang dengan perlakuan suaminya ini. Selalu saja Ryujin bisa membuatnya jatuh cinta setiap hari karena kasih sayangnya yang begitu tulus.



"Love you..." bisik Ryujin setelah ciuman mereka terlepas.



"Love you more..." balas Minju. Gadis itu tersenyum lalu kembali mengecup bibir Ryujin berkali-kali hingga membuat suaminya itu terkikik dengan kelakuannya.


***


Ryujin berlari cepat menuju dapur untuk membuatkan Minju segelas susu setelah makan malam. Sebagai suami yang siaga tentu saja Ryujin harus mengerti setiap kebutuhan gizi istrinya yang tengah mengandung itu.




"Empat sendok susu, airnya 300 ml." gumam Ryujin setelah melihat petunjuk takaran di kotak susu tersebut.



"Njir ini mana pekat cuma empat sendok. Sesat ini mah, harusnya enam sendok baru kerasa." Ryujin menggerutu tidak setuju dengan petunjuk itu.



LESSON [Ryujin x Minju]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang