EPILOG

49.6K 1.9K 57
                                    

ENAM TAHUN KEMUDIAN...

"Jio... Jangan lari-lari nak!"

Wanita bertubuh mungil dengan perut yang membesar itu terlihat bersusah payah ketika mengejar seorang anak laki-laki yang kini tidak berhenti tertawa. Karena kesulitan mengimbangi anaknya, maka dia memilih untuk duduk di salah satu kursi taman yang tersedia. Di sampingnya duduk seorang pria tampan yang begitu memesona. Senyumnya terkembang bahagia. Tanganya terlentang di udara, menunggu sang wanita untuk merebahkan diri padanya. Tanpa sungkan sang wanita pun menyambutnya.

"Lelah ya?"

Pertanyaan itu membuat si wanita mungil itu menggeleng. Si pria hanya mengernyitkan kening. Kepalanya menggeleng pelan. Jelas sekali keringat bercucuran di sepanjang wajah wanita di sampingnya itu. Namun dengan pasti tak ada penyesalan dari kebohongan bahasa tubuhnya.

"Keringatnya sudah bercucuran begitu."

Si wanita mungil tertawa. Lalu ia kembali melihat putranya yang asyik bermain jungkat-jungkit dengan teman sekolahnya. Wajahnya menyiratkan kebahagiaan. Sangat. Membuat si pria terpesona dengannya. Dalam hati, pria itu menasbihkan bahwa wanita mungil disampingnya ini adalah wanita hamil pertama yang diakuinya sangat cantik dan bersinar. Mungkin untuk yang terakhir kalinya juga. Karena memang dimatanya hanya wanita itu. Wanita kesayangannya.

"Pernah dengar tidak keringat kebahagiaan?" tanya si wanita tiba-tiba yang langsung dijawab gelengan kepala oleh si pria. Si wanita terkekeh pelan. "Keringat yang keluar tanpa pernah mengeluh. Keringat yang menunjukkan betapa tidak berartinya lelah ketika hati kita merasa tenang, damai dan tidak membutuhkan apapun lagi di dunia ini. Keringat itu yang saat ini sedang aku rasakan. Di sampingmu, bersamamu, melihat anak kita tertawa adalah kebahagiaan paling murni yang pantas aku tukar dengan keringat ini," jelas si wanita yang lagi-lagi berhasil membuat si pria terperangah. Pelukannya makin erat. Menunjukkan bahwa ia terharu. Sangat!

Aku juga sangat bahagia, seperti mendapat kado yang berisi seluruh dunia di tanganmu. Begitulah pikiran si pria ketika merengkuh wanita mungil di sampingnya. Selamanya dia akan menjaganya. Membuatnya selalu setia mengemban panggilan Mr. Possessive dari si wanita mungilnya.

"Sayang.."

Pria itu tersenyum. Panggilan favoritnya. "Ya?" Pria itu menatapnya. Si wanita mungil mengelus perutnya yang terlihat begitu seksi di mata si pria.

"Aku lapar."

Si pria terkekah. Lalu ikut mengelus perut si wanita dengan lembut. Betapa kehangatan terasa menyeruak dari balik sentuhan itu. Sentuhan hangat. Sentuhan yang selalu menjadi hal paling ditunggu sang wanita sepanjang sisa umurnya.

"Ayo, baby! Kita pulang dan mencari makan untuk anak daddy yang hobi makan ini." Si wanita mengangguk. Dia tersenyum sumringah ketika mendengarnya. "Tapi, kita harus pulang antar hazel dulu," gumamnya yang langsung disetujui sang wanita. Si wanita pun langsung berdiri. Diikuti sang pria yang dengan cekatan memeluk pinggang sang wanita dengan mesra. Hal tersebut mau tidak mau membuat sang wanita langsung menatap si pria yang juga tengah menatap ke arahnya. Dalam sepersekian detik tatapan itu mendalam. Mengalir penuh makna seiring desahan angin yang bertiup sedang.

"Aku mencintaimu, Pandji Ardiona Malik," begitu kata si wanita.

Si pria mengecup kening si wanita dan membalas, "Aku juga mencintaimu, Olivia Malika Wibowo."

Mereka pun tersenyum. Menyudahi tatapan mereka, lalu menghampiri anaknya yang sedang melambai pada mereka. Ketiga nyatersenyum. Memamerkan intepretasi kebahagiaan sesungguhnya. Layaknya selamanya. Karena si wanita begitu dewasa dan si pria begitu mencintainya begitu besar. Mereka saling melengkapi seperti sebuah puzzle. Bila salah satunya hilang maka puzzlenya rapuh. Tak terbentuk. Tak sempurna.

***

Oke. Sampai sini akhir cerita si wanita mungil, Olivia dan si pria posesif, Pandji. Mereka bahagia selayaknya puzzle. Saling mengisi kekurangan satu sama lain. Terlebih dengan adanya Jio dan calon anak mereka yang kedua.

Cukup panjang waktu yang diperlukan untuk ukuran kurang dari 20 part. Aku mengucapkan terima kasih pada semua readers yag telah mampir dan membaca cerita ini hingga selesai. Terima kasih atas apresiasinya. Ucapkan goodbye pada si Mr. Possesive.

Pacar PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang