13. OLIVIA - MENGEJAR MR. POSSESSIVE

24.6K 1.3K 6
                                    

"Waktunya untuk menegaskan bahwa Olivia Malika Wibowo mencintaimu!"

JAKARTA, JULI 2013

"Mbak... Bunganya sudah dikirim semua."

Aku tersenyum begitu seorang bawahanku memasuki toko bunga sederhana milikku. Dengan hasil kerja magang yang aku jalani selama kuliah dan beberapa bulan lalu di perusahaan besar, aku akhirnya berhasil membuka toko bunga kecil ini. Tak seberapa memang. Tapi aku begitu senang.

Ini adalah impianku sejak dulu selain menulis. Untukku menulis dan merangkai bunga adalah dua pekerjaan yang begitu menyenangkan untuk diriku jalani. Aku tak menyesal menukar gelar summa cumlaude-ku demi hanya menjadi seorang pengusaha kecil seperti ini. Bukankah segala sesuatu yang besar harus dimulai dari usaha paling kecil?

"Selamat datang."

Salah seorang pegawaiku meneriakkan ucapan selamat datang pada pengunjung yang baru masuk tokoku. Dia seorang perempuan, cantik dan memiliki sorot cerdas memesona. Sayangnya dia terlihat begitu tomboy dengan kemeja kebesaran dan rambut yang disanggul asal. Belum lagi Converse yang menjadi alas kakinya itu. Semakin menegaskan pribadinya yang memang tidak terlihat lemah lembut.

"Hai beautiful!" sapaku pada gadis itu.

"Nama panggilanku Xena, bukan beautiful!" dengus gadis bernama Xena itu padaku. Dia mendudukkan dirinya di depanku dan kini mulai menopang dagunya kesal. Hmm.. Pasti gara-gara Nayaka. "Kamu seperti si es potong satu itu saja memanggilku dengan sebutan beautiful!"

Aku hanya terkekeh pelan. Dia kemudian memandangiku kesal. "Sorry. Eh, tapi tidak salah kan. Nama panjangmu kan, Xena Beautiful Wijaya!"

"Ya... Ya... Ya... Kamu dan Nayaka sama saja. Dua orang jenius yang selalu punya seribu macam jawaban. Huh!" gerutunya makin kesal.

Dia lalu menelungkupkan kepalanya di meja saat ini. Entah apa yang terjadi, tetapi tunangan Nayaka ini memang sedang terlihat kesal. Pasti karena masalah pekerjaan dan sikap protektif Nayaka lagi.

"Dia lagi-lagi menyebalkan," lirihnya tiba-tiba di sela-sela kegiatannya menyembunyikan wajahnya.

"Kenapa lagi?"

Xena menegakkan kepalanya. Bola mata coklat cantiknya kini memandangku gundah. Aku tahu dia sedang berperang batin saat ini. Hmm... Sejak bertunangan dua bulan lalu, Xena dan Nayaka memang seringkali bertengkar. Ini jauh berbeda ketika akhir tahun lalu melihat mereka bersama kembali ke Indonesia. Saat itu mereka begitu bahagia dan mesra, walaupun sikap dingin mereka berdua masih terlihat jelas. Meskipun begitu mereka betul-betul membuat iri semua pasang mata yang melihatnya.

"Dia melarangku ke Australia. Padahal aku sudah menantikan project ini sejak lama. Siapa sih yang nggak mau jalan-jalan gratis ke Australia sekaligus mewawancarai langsung dubes Indonesia untuk Australia? Hmm... Ya aku tahu sih kalau kamu dan Nayaka tidak tertarik. Tetapi aku sangat tertarik... Livikuuu yang cantik!" gerutunya sambil meneriakkan potongan namaku yang terdengar aneh di telingaku.

"Ya tinggal katakan saja apa adanya."

"Dia tidak mau mengerti, Liviii!" serunya dengan suara yang kali ini agak keras. Pengunjung laki-laki yang kini sedang melihat bunga pun langsung melirik ke arah kami. Huh dasar Xena! "Dia bilang tidak mau melepasku sebelum pernikahan kami dilaksanakan. Tolong aku, please!"

Aku hanya meringis kesal. Lagi-lagi si es satu itu menyusahkanku. Apa susahnya sih, dia melepaskan pekerjaannya dan menemani tunangannya ke Australia, kalau memang dia khawatir? Paling tidak sampai sebulan kan? Lagipula selama ini bang Vincent baik-baik saja tanpa kehadirannya, kenapa sekarang jadi berubah sok sibuk begitu? Sekarang yang repot aku juga kan!

Pacar PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang