Jam sudah menunjukkan pukul 9 lebih. Keheningan di dalam ruangan, dan para anggota mulai khawatir tentang Via. Gadis itu hanya menghilang mengatakan dia pergi ke mesin penjual otomatis, dan 1 jam kemudian masih tidak muncul batang hidungnya.
"Kenapa Via lama banget ya perasaan? Dia kemana sih?" Shilla bertanya sambil celingukan menatap jam.
"Via bilang kan dia beli minuman soda kan"
"Oke berarti mesin soda itu jaraknya beberapa kilometer dari rumah sakit?" Shilla menjawab dengan nada khawatir.
"Shil, tenang. Gue rasa dia ga kenapa napa kok" Kata Febby sambil menepuk bahu Shilla.
"Gue ga tahu Feb" Shilla menghela nafas, "Aneh banget. Ga mungkin mesin penjual otomatis sejauh itu".
"Shilla benar, dia menghilang sejam lebih" Koordinator menyela.
"Haruskah kita nyari Via?" Ify menyarankan kepada Shilla, "Coba telpon dulu deh".
Shilla mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Via, dan tiba-tiba ponselnya berdering. "Ponselnya ada di sini" Kata Ify sambil mengangkat ponsel Via dari atas meja.
Shilla menarik rambutnya frustasi "Kita harus nyari dia". Prisil mengangguk dan berdiri, "Gue ikut".
Febby menghentikan keduanya, "Jangan pergi semua. Gue sama Ify tetep disini, mungkin aja dia balik".
"Tapi ..." protes Ify.
"Tunggu disini" Shilla menjawab dan berjalan menuju pintu.
Sebuah ketukan terdengar. Shilla dengan cepat berjalan menuju pintu dan membukanya. Dia menghela nafas lega ketika dia melihat Via dan menariknya ke dalam ruangan. Mereka menatapnya, tetapi dia dengan canggung tersenyum pada situasi itu.
"Darimana kamu?" Koordinator bertanya.
"Kami khawatir gila" ucap Shilla dengan nafas yang menggebu-gebu.
"Gue rasa mesin penjual otomatis itu beberapa kilometer jauhnya dari rumah sakit" Shilla berkomentar sambil tersenyum pada Via. Via tersenyum kembali.
Mereka menatapnya dan menunggu jawaban. "Gue tadi jalan ke mesin penjual otomatis" Dia berkata dengan gugup saat mereka menatapnya bingung.
"Dan?" Prisil bertanya memintanya untuk menyelesaikan jawabannya.
"Dan lo ngabisin waktu satu jam lebih?" Ify berkata sambil berbaring di kursinya.
Via tertawa, "Gue ga tahu ini udah larut".
"Hmmm" Shilla, Ify dan Prisil berkata bersamaan, meragukan kata-katanya.
Via tersenyum dan berusaha menghilangkan suasana canggung itu. "Yah, gue laper", Dia berkata dan berjalan menuju kotak pizza di meja samping kursinya. Ify diam-diam tertawa saat Via menggigit potongan pizza yang kaku.
"Pizzanya udah dingin" Prisil menyatakan dan tersenyum pada ekspresinya yang tiba-tiba.
"Bener" Via membalas, tapi menelan potongan yang dia gigit, "Ntar gue angetin di asrama". Prisil mengangguk dan berdiri.
"Kami harus pergi, kami pastikan untuk mengunjungimu pada hari Jumat", Shilla berkata sambil berdiri dan berjalan menuju tempat tidur. Koordinator mengangguk dan tersenyum pada mereka. Semua member mulai berdiri dan mulai berpamitan dengan koordinator mereka. Prisil memeluknya sementara Shilla dengan lembut mencubit pipinya.
"Lah, kita udah mau pulang?" tanya Via terkejut.
"Astaga, lo udah ngilang satu jam lebih, ini udah jam 9 lewat" Ify menjawab sambil melingkarkan lengannya di leher Via.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Rumbling Heart
FanfictionBerawal dari pertemuan tak terduga. Situasi mengikat Via dan Alvin untuk terus bersama. Berdua mereka ciptakan nyaman, namun melangkah tanpa rencana. "Apa jadinya kalo saat itu bukan gue yang nganter hadiahnya? Apa jadinya kalo gue gak ngelangkahin...