10. Spill The Tea

31 3 3
                                    

Hari yang panjang itu berakhir karena mereka tertidur lelap. Dalam sekejap, sinar matahari menyinari kamar-kamar asrama mereka. Senin tiba memberikan awal dari jadwal yang melelahkan.

Via terbangun dan meluruskan rambutnya dengan tangannya, sebuah pikiran menghantui pikirannya. Dia menggelengkan kepalanya dan mencoba mengabaikan kata- kata Ify yang terus bergema.

"Gue ga tertarik sama Alvin," katanya pada dirinya sendiri sambil berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

"Tertarik apa?" Ify bertanya sambil berjalan melintasi ruangan.

"Gue ga tertarik sama siapapun" jawab Via sekenanya sambil menarik beberapa helai rambut ke belakang telinganya.

Ify tersenyum padanya. "Kalo lo ngomong gitu, justru tandanya lo malah tertarik sama dia," Dia berbisik.

Via membalikkan punggungnya sebelum melangkah maju. "Hah?"

"Apa?" Ify mulai tertawa.

"Lo tuh ah Fy!" teriak Via. Ify tertawa melihat reaksinya. Via berbalik dan berjalan ke arahnya.

"Alvin" Kata Ify. Dia menjatuhkan dirinya ke tempat tidurnya dan menjabat tangannya bersamaan saat Via berjalan mendekat.

"Engga" Via duduk di sampingnya di tempat tidur dan memelototinya.

"Apa yang lo bilang?" Ify tertawa. "Via" Ucapnya sambil menyilangkan tangan di depan dada.

Via melihat ke nakas dan meraih sikat rambut yang tergeletak di sana. "Bakal gue sikat mulut lo".

"Via jangan ngadi ngadi!" kata Ify. Via menggelengkan kepalanya dan memegang sisir rambutnya. Ify menertawakannya, dan tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

Baik Ify maupun Via menoleh ke sumber suara dan menatap Febby yang mengucek matanya. "Kalian berdua cepetan siap siap. Kita punya jadwal di Indosiar hari ini" Kata Febby sambil menatap mereka. Via dan Ify mengangguk padanya.

"Kita berangkat satu jam lagi." Febby menyatakan sambil memutar kenop untuk menutup pintu. "Oh iya" dia melangkah lagi. "Selamat pagi".

Mereka tersenyum padanya, sementara dia mengangguk menutup pintu. Via gilirannya kembali ke Ify.

"Liat Fy. Gue telat gara gara lo." Ify tersenyum padanya. "Engga, lo telat gara gara tadi lo ngelamun." Dia menggodanya.

Via menjitak kepalanya. Ify merintih kesakitan. "Aish, dramatis banget," gumam Via sambil berdiri dan mulai berjalan menuju kamar mandi. Ify melompat keluar mendahuluinya dan berlari menuju kamar mandi. Saat dia masuk dia menutup pintu di depan Via.

"IFY!" Via meneriakkan namanya dan mengetuk pintu, dari seberang pintu terdengar tawa Ify. "Ish." Via mengeluh dan berdiri di pintu.

• • • • •

"Tolong ambilin garem". Kata Prisil pada Shilla.

"Bukannya lo lagi diet?" Shilla membalikkan tubuhnya ke arahnya dan mengangkat alis.

"Ga dengan hari ini, jangan kasih tahu Febby tapi ni telur hambar banget." Jawab Prisil.

"Gue denger loh ya." Febby berseru saat dia tiba-tiba memasuki ruangan dan duduk di seberang meja.

Shilla mengangguk, "tangkep" katanya sambil melemparkan garam padanya. Prisil terhuyung mundur saat dia meraih garam dan tersenyum pada Shilla. Febby memutar matanya dan mengalihkan pandangannya ke piring makanannya.

"Via sama Ify udah siap? Ya ampun, lalu lintas di Jakarta bukan lelucon." Prisil bertanya sambil menggosok matanya dan meluruskan rambutnya dengan tangannya.

Goodbye Rumbling HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang