11. Undangan Senior

26 3 5
                                    

Setelah menelan keterkejutan dan rasa malu setelah pernyataannya, Via merasa pipinya terbakar. Dia berkedip dan memelototi Ify, yang terkekeh kaget melihat tindakannya.

"Kenapa lo natap gue kaya gitu?" bisik Ify. "Gue ga bilang apa apa".

"Lo emang ga ngasih tahu apa apa, tetapi lo ngedorong situasi". Via berbisik dengan nada rendah. "Sekarang, beresin kekacauan ini".

"What?" Ify berbisik sambil mengerutkan kening pada Via.

"Kalian kenapa bisik bisik?" Shilla berkata sambil menunjuk mereka dengan jarinya. Via menghela nafas berat.

Prisil mendecakkan lidahnya dan menyeringai, “Lo tau yang sebenernya Fy? Gue bener kan?"

Ify hendak menjawab, ketika tiba-tiba Via memukul bahunya pelan dan berbicara. "Dia ga tahu apa apa, karena emang ga ada yang perlu diketahui sama kalian".

"Fy, spill the tea cepet." perintah Prisil dengan seringai main-main. Ify menganggukkan kepalanya.

“Lo ah pengkhianat Fy." Via menegaskan dengan tatapan jijik. Ify memutar matanya dan mendekatkan wajahnya ke Via.

"Lo yang nyuruh gue buat beresin kekacauan ini kan?" Via menganggukkan kepalanya perlahan sambil menelan ludah.

"Bukan soal Cakka, ini soal Alvin." kata Ify dengan tenang.

"Apa?" Shilla berseru.

"Maksud lo apa?" Prisil bertanya sambil mengerutkan alisnya.

"Heh, ini bukan soal dia. Lo apa-apaan sih Fy?" Via menampar tangannya ke meja. Ify dikejutkan oleh suara dan tatapan tajam Via.

"Gue bakal beresin kekacauan ini." Dia berbisik padanya. Via menatap Ify meragukan kata-katanya.

"Fy?" Shilla bergumam dengan cemas.

"Tapi jangan pikir Via suka atau tertarik ke Alvin. Ga sama sekali." Ify melanjutkan dengan nada serius. Via menganggukkan kepalanya mendengar pernyataan Ify.

"Jadi apa yang terjadi? Gelagat Via aneh dari kemaren." Febby bertanya, suaranya menyala dengan minat.

Ify bertepuk tangan dan mendecakkan lidahnya. "Alvin lagi nyoba ngedekitin dan ngerayu Via hahaha." Setelah pernyataannya dia sedikit tertawa. Via menggelengkan kepalanya dalam penyangkalan, matanya membelalak kaget.

Prisil memukulkan kedua tangannya ke meja. "Apa?" Dia hampir berteriak.

"Apa lo bilang?" tanya Shilla geli. Febby tersentak kaget. Via tersedak air liurnya dan menjabat tangannya dengan panik dari satu sisi ke sisi lain.

Para anggota menatap Ify dengan takjub, sementara Via menghela nafas berat. Dia membalikkan tubuhnya dan memukul bahu Ify.

"Lo bilang mau ngeberesin kekacauan ini?" Dia berbisik pada Ify dan menunggu jawaban, tapi dia malah menganggukkan kepalanya.

"Via, maksud semua ini apaan?" Shilla bertanya dengan alis terangkat.

Via berkedip dan menggelengkan kepalanya untuk merespon. "Alvin ga nyoba ngerayu gue dalam hal apapun ya. Kami baru pertama kali ketemu kemarin, dan gue ..."

Suaranya disela oleh wanita tua itu. "Selamat malam, nona-nona muda." Suara wanita tua itu berbicara.

"Selamat malam." Para anggota menanggapi dengan serempak.

"Apakah kalian siap untuk memesan?" Shilla mengangguk, "Aku akan memesan 'l'Esperance." Wanita tua itu mengangguk dan mulai menulis.

"Apa yang Anda rekomendasikan dalam masakan Italia?" Febby bertanya sambil menatap menu.

Goodbye Rumbling HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang