"Kami sebenernya lebih suka dipanggil Xcite" Seorang anak laki-laki dengan alis tebal yang tegas berbicara.
"Yah, Xcite kalo begitu" Bastian tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke anak laki-laki yang berbicara. "Di seberang gue namanya Darwin." Dia mulai. "Tapi hati-hati, jangan terintimidasi sama ekspresi seriusnya dia. Itu justru pesonanya".
Via tersenyum pada Darwin dan menundukkan kepalanya padanya dengan Agni. Ketika Via mengangkat kepalanya dan menatapnya, Darwin mengedipkan mata, dan Via tidak bisa menahan malu, yang memancing seringai di ujung bibirnya.
"Baru ketemu udah berani modus?" Alvin berbisik pada dirinya sendiri sebelum tertawa pelan.
"Di sebelah kirinya itu Devin. Sama kaya gue jebolan The Next Boy/Girl Band" Bastian melanjutkan.
Pria itu memutar matanya dengan main-main dan menundukkan kepalanya ke Via dan Agni. Mereka berdua tersenyum padanya, dan Bastian melanjutkan dengan senyuman sebelum memperkenalkan teman di sebelah kiri Devin.
Saat Bastian memperkenalkan teman berikutnya, Via semakin gugup. Dia berharap antrean perkenalan bisa terus berlanjut. Dia tetap dengan tatapannya tertuju pada pria yang diperkenalkan Bastian, tapi dia takut Alvin adalah yang berikutnya, dan dia memang benar.
"Setelah Ridwan, kita pindah ke yang paling terakhir".
Ketika dia mengatakan 'terakhir', Via tahu siapa dia tanpa mengangkat tatapannya dari Ridwan. Alvin tersenyum, dia berharap Via akan terkejut. Tetapi yang mengejutkannya sendiri, Via tetap netral dengan senyum persnya.
"Dan yang terakhir, gue rasa kita ga perlu kenalan. Gue ga salah kan?" Bastian menggodanya dengan seringai.
Via tersenyum padanya. Gue rasa ga perlu". Dia dengan blak-blakan menjawab.
Jawabannya membangkitkan suasana tenang, bahkan Bastian terkejut dengan bagaimana dia terus menggodanya.
"Wow, lo bener-bener sesuatu banget Vi" Darwin berkomentar sambil menggelengkan kepalanya.
Agni menertawakan kepercayaan diri Via yang tiba-tiba, dan Angel pun ikut tertawa. Alvin yang tetap netral juga terkekeh mendengar tanggapannya. Serius, berapa umur mereka? Mengapa tanggapan sederhana menimbulkan kehebohan? Bukan itu cara bagaimana mereka menanggapi, tetapi sebaliknya, cara mereka tersenyum dan tampak bersedia ikut menggoda.
Dia belajar dari logika malas Alvin, dan betapa tenang dan netralnya Alvin setelah rumor itu sementara dia frustrasi karena tidak ada yang percaya kata-katanya.
"Kayanya lo ga kesel. Kalian bener ga si ... dalam hubungan semacam itu?" Bastian bertanya padanya.
"Lo kalah kalo lo kesel, jadi kenapa harus repot-repot?" Via menjawab dengan apa yang pernah dikatakan Alvin padanya.
Alvin tersenyum padanya sementara Bastian menganggukkan kepalanya perlahan.
"Ini sangat menarik" Devin menegaskan.
"Jadi itu bener?"
Via membuka bibirnya untuk merespon tapi Alvin terlebih dahulu memotongnya, "Engga".
Via berbalik untuk menatapnya, dia sebenarnya terkejut karena Alvin menyangkalnya. Alvin mengatakan kepadanya bahwa dia tidak peduli sama sekali tentang rumor itu. Via ingin menghentikan dirinya dari menanyainya tentang hal itu, tetapi kata-kata itu sudah meluncur dari bibirnya.
"Gimana sama logika malas lo?" Dia berseru.
"Karena lo make logika gue, gue mungkin juga harus nyangkal rumor itu kaya yang lo lakuin ... seratus kali." Dia membisikkan bagian terakhir tetapi cukup keras untuk didengar Via.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Rumbling Heart
FanficBerawal dari pertemuan tak terduga. Situasi mengikat Via dan Alvin untuk terus bersama. Berdua mereka ciptakan nyaman, namun melangkah tanpa rencana. "Apa jadinya kalo saat itu bukan gue yang nganter hadiahnya? Apa jadinya kalo gue gak ngelangkahin...