7. Fotocopy

190 34 15
                                    

Sudah pasti Naya? murka.

"Lo emang bener-bener ya, Wir!"

"Maap..."

"Janji sama temen sendiri udah nggak ada harganya."

"Gua cuma cerita ke Yuta doang, Nay! Sumpah!"

"LO PIKIR DIA BUKAN ORANG?!!!!!" Suara Naya naik seoktaf lebih tinggi.

"Terus, lo mikir kalo dia itu orang? Please, dia nggak cukup layak disebut orang. Dia lebih mirip anakan setan."

"Lo yang anaknya setan!"

"Ck--- Gua bapaknya."

Wira berdecak, "Lagian, dia bukan orang lain! Dia temen Bang Marko, temen kita juga!"

"Tapi ini urusannya beda, Wira!"

"Lo nggak percaya sama merek--"

"NGGAK!!"

Dramatis! Laki laki itu menganga, kaya nggak percaya Naya bakal lantang banget bilang ini. Cih! "L-lo ... parah banget, sumpah! Semoga mereka nggak denger ini sih, gua yakin pasti pada kece--"

"BANYAK BACOD BANGET, ANJING!" Bugh! Bugh! Naya sudah tidak tahan. Tanpa ampun gadis itu hantam tubuh Wira dengan buku paket tebal yang sengaja ia bawa dari kelas setelah Ghina ngasih tahu kalau Wira lagi nongki-nongki anteng sama antek-anteknya dikantin. Beberapa hari kemarin anak itu menghindar, anak itu berhasil kabur dari Naya tetapi tidak akan untuk hari ini.

Naya merasa benar-benar apes maksimal. Gara-gara Wira Semalem Naya di ceng-cengin abis-abisan sama Kak Yuta. Naya bisa tolerir kalo cuma Marko doang, tapi ini Kak Yuta juga tahu. Bahkan Marko dapet dari Yuta! Tahu nggak sih, mulut Kak Yuta itu lemesnya ngelebihin emak-emak rumpi pas beli sayur. Satu rahasia kebongkar bisa jadi bahan berbulan-bulan. Mangkanya Naya wanti-wanti banget, tapi cocotnya Wira benar-benar nggak bisa di ajak kerjasama. Emang anak setan!

"SAKIT NAY!! A--MPUN!!!" Tidak puas, Naya menjambak brutal rambut Wira hingga siempunya menjerit sakit. Menariknya tanpa kasihan, layaknya bulu ayam yang perlu digunduli sebelum digoreng.

"Makan noh percaya! Percaya-percaya, gigi lo!

Naya bakal benar-benar  ngasih tahu. Gimana menderitanya dia setelah berita itu kebongar sia-sia.

"Kayana!! Istighfar woi istigfar!" Salah satu antek Wira berusaha nyetop, takut rambut Wira bakal botak beneran kaya ayam ditelanjangin. Tapi Naya belum puas, balas dendamnya seakan belum tersalurkan sepenuhnya. Sebetulnya kasihan. Cuman Naya seakan dirasukin setan sekarang. Jangankan nge-buluin, ngulitin Wira saja kayanya gadis itu sanggup.

Naya menoleh dramatis tatkala sadar ada tangan yang hingap dilengan-nya. Terpampang jelas disana kilatan mata mematikan, seperti siap menerima jasa tarikan maut tambahan sewaktu-waktu. "Lo mau gua jambak juga, Der?"

Si yang disebut 'Der' itu langsung menggeleng cepat, menelan payah ludahnya sendiri.

"Btw, nama gua Kinaya bukan Kayana." Naya jeda, "Nggak boleh gonta ganti nama orang sembarangan-- nggak sopan!"

Yakinlah, disebrang sana ada sosok Ghina yang cekakak-kan puas melihat aksi beringas Naya. 

"Oke-oke kita omongin baik-baik ..." Satu antek yang tersisa ikut mendekat. Laki-laki dengan muka rada tengil itu terdengar agak tenang dan terkontrol.

"Oke." Sebetulnya Naya masih kesel, tapi capek juga marah-marah. Akhirnya, mari kita sudahi pembalasan dendamnya ini. Berhubung hari ini Naya lagi berbaik hati, Naya lepasin Wira gitu saja tanpa syarat.

Capek! Jambak orang juga cukup melelahkan ya.

Masih keadaan ngos-ngosan. Gadis itu asal menarik  gelas dihadapannya kemudian meneguknya habis tak tersisa sebelum minggat. Es kukubima pakai susu, kesukaan Wira sudah lenyap. Naya benar-benar meneguk habis sampai tetes terakhir. Yang punya cuma bisa melongo sambil nahan perih di bagian kulit kepalanya.

I F Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang