Rasanya naksir sama temen sendiri itu gimana?
Nggak usah pakai mungkin, tapi Naya tahu persis. Klasik dan--- basi banget. Kalau dalam dunia fiksi ini mungkin masuk dalam kategori cerita yang 'alurnya bisa ditebak' . Nggak tahu, tapi sesering apapun skenario fall-in-love-with-own-friend dipakai, orang-orang tetap tertarik dengan cerita semacam itu. Kenapa? Karena hampir semua manusia dimuka bumi ini merasa itu related dengan diri mereka sendiri alias banyak orang pernah terjebak dalam zona bangsat itu atau bahkan--- sedang? Sebab ada kalanya, kita jatuh cinta diam-diam tanpa kita sadari. Dan bisa dibilang itu jatuh cinta yang paling menyakitkan atau metode membunuh diri sendiri. Dengan ajaibnya rasa itu datang dalam sunyi, tidak diketahui dari mana munculnya. Dan setelahnya, entah memendam atau menyuarakan persentase kisah berakhir bahagia selalu lebih kecil dari pada persentase lo mengalami patah hati. Dalam artian lain, cinta sama temen sendiri itu nggak pernah berhasil.
Nggak heran sebab ini dan sampai detik ini kenapa banyak orang masih lebih memilih untuk menyimpan perasaannya rapat-rapat. Dikuburnya dalam-dalam perasaan yang semestinya tidak ada? agar semuanya tetap sama. Hanya demi sebuah kata "TETAP BERSAMA". Sesederhana itu. Tetapi tidak semua orang bisa melakukannya. Sekali lagi, karena ini jatuh cinta yang paling menyakitkan. Kebanyakan dari mereka pasti memilih mengakhiri karena sudah mengetahui bahwa semua tidak akan pernah ada arti.
"Haa~ namanya juga hidup, sob. Kalau nggak falling in love alone ya falling in love with people we can't have."
Setelah beberapa hari kemudian, setelah dijejali wejangan-wejangan dari Ghina dan Karina. Naya mencoba memberi batas. Seperti yang dipaksakan keduanya, pelan-pelan Naya coba buat ambil ketegasan. Kita nggak boleh lembek kaya tempe mendoan, seenggaknya biar Juna nggak seenak jidat, katanya.
Cuma yang namanya ngelupain itu kagak mudah ya, nggak semudah menelan habis sekotak martabak telor. Jadi Naya masih---- ahh. Contohnya pagi ini, Naya jadi galau lagi perkara melihat semangkuk bubur ayam pesanan Ghina. Perihal bubur ayam saja ngingetin Naya sama muka bangsat Juna kemaren. Bubur ayam! BUBUR AYAM DOANG! Naya udah muak banget sama perasaan ini, sebetulnya nggak hanya mereka yang lelah melihat dirinya bertingkah seperti orang idiot kurang belaian, tapi Naya juga.
Dan FAKTA lagi! beberapa hari ini nggak bales chat dari Juna, nggak angkat telpon juga dari Juna. Alih-alih tegas, Naya malah lebih ketakut kalau-kalau Juna ngasih tahu dia sudah berhasil balikan sama Lia. Terlepas semuanya--- rumor Juna dekat lagi sama Lia di akun lambe gallas melambung kepermukaan, nggak begitu kaget cuma agak senep aja. Gosip sampah saja sudah cukup bikin Naya kretek hati dan terlalu nggak sanggup kalau itu dikonfirmasi sama orangnya langsung.
Bener! Naya emang si paling sulit menerima kenyataan tapi mau se-enggak peka-an model Jenio juga tahu kalau dilihat dari sisi 'penonton' dua-duanya emang masih punya hati. Mau pakai mata telanjang juga ketahuan dua-duanya bakalan sama-sama lagi. Emang dasarnya yang dongo itu Naya. Nekat banget nyempil ditengah-tengah pangeran sama putri, berharap bisa gantiin peran si putri malah lebih kelihatan kaya tai gigi. Katakanlah saja Naya pengecut! bodo amat. Mau bagaimana lagi, demi keamanan hati. Dari pada kelepasan lalu melakukan suatu hal yang tolol seperti confers contohnya. Nggak, nggak boleh gitu.
Sudah hampir seminggu Naya sama Juna nggak pernah bicara sama sekali. Beberapa kali kesempatan memang Juna kedapatan membuat ruang dan mencoba membahas hal kemarin. Tetapi alih-alih mendengarkan penjelasannya sampai selesai, Naya malah cepat-cepat menukas, "semua bukan apa-apa." Itu haknya dan tidak perlu memikirkan perasaannya. "Kita sahabat. Selamanya akan tetap seperti itu, kan?"
--- walaupun habisnya sesek dada. Entah kenapa Naya nggak mau nunjukin kalau apa yang Juna lakuin itu bikin dia patah hati. Yap, lagi-lagi ini soal gengsi ha-ha-ha. Naya nggak mau kelihatan si paling mencintai disini, nggak mau kelihatan miris-miris amat. Kebanyakan cowok pasti bakal gede kepala, sekalipun itu Juna.