15. Jadi, bagaimana?

205 25 6
                                    

Siang ini langit nampak tentram, mendung tiba-tiba saja datang tanpa pemberitahuan. Pertandingan basket ala-ala antara geng Wira sama geng anak kelas sebelah di sela jam istirahat kedua masih berlangsung sengit. Sebenarnya ini bukan pertandingan sungguhan seperti yang biasa Wira and gengnya lakukan saat class meeting berlangsung, Ini hanya keisengan mengisi waktu luang yang sebetulnya nggak terlalu luang.

Sorai penonton kebanyakan meneriakkan nama Juna dan Lana, bukannya mereda justru semakin memanas. Sangat kontras dengan suara gemuruh yang menggelegar sejak  tadi, mendung yang nampak lebih pekat tapi hujan masih enggan datang. Sungguh tidak menyurutkan semangat gadis-gadis itu yang kian heboh di tepi lapangan. Dan tak jarang terdengar ada yang berteriak pakai tenaga dalam, apalagi ketika bola itu masuk dengan tepat sasaran beriringan dengan kibasan rambut yang basah karena keringat, teriakan itu semakin menjadi-jadi memekakkan telinga. Naya tahu itu bukan tenggorokannya. Cuman, jujur saja ngeri banget amandelnya ketelen. Soalnya itu bukan lagi sebuah teriakan tapi menjerumus ke--- kaya orang kesurupan setan jaran. Tahu nggak lo?

"Wira, oper!" Juna berteriak, lalu meng-shoot bola yang baru saja mendarat ditangannya.

Sorai yang meriah langsung terdengar, menandakan bahwa bola itu berhasil melambung dan melewati ring dengan mulus. Padahal jaraknya lumayan jauh, tapi Juna  mampu melakukannya.

Siang ini, pertandingan berakhir dengan skor 11 : 23.

Bocah itu bersorak dengan teman-teman satu timnya. Kegirangan karna dia lagi-lagi berhasil melempar bola tepat sasaran. Hebat!! Cukup membuat Naya bergeming. Bukan--- bukan tentang shoot bolanya yang tak cacat, tapi tentang senyuman lebar yang merekah dengan sempurna disana.

Senyum yang tiap kali membuat Naya bergumam tanpa sadar, "Jun, lo nggak bisa apa buat gua aja?"

Tidak tahu diri bukan? Benar, katakan saja Naya manusia yang tidak tahu diri. Bisa-bisanya masih menghayal  padahal sudah berkali-kali didepak secara halus. Si keras kepala!

Yang kemarin--- masih pedih sih, tapi bukannya seharusnya Naya sudah tahu? Mencintai seseorang yang belum selesai dengan masalalunya memang menyakitkan. Katanya, kamu tidak akan menemukan apapun selain 'dia' dan kenangannya. Kamu tidak akan ada ruang, sekalipun ada itu hanya sebagian kecil yang tidak berarti apa-apa. Dan sekalipun kamu hilang itu hanya sedikit atau bahkan tidak sama sekali berpengaruh apa-apa. Membangun hubungan dengan mereka yang hatinya masih tertinggal pada pemilik sebelumnya hanya akan menyakiti pihak yang mencintai saja. Tidak ada timbal balik, tidak ada diperjuangkan. Sekalipun ada, itu hanya tentang 'terimakasih' saja, ucapan terimakasih karena sudah mencintai sejauh ini.

Jadi, haruskan Naya tetap keras kepala?

Kalau lagi ngerasain pedih-pedih sakit kaya gini, Naya jadi keinget wejangan Wira tempo hari. Wira lagi? Haha Iya. Jangan salah, Wira itu pakarnya. Bunyinya gini, "Cintai sebanyak yang lo mau, perjuangin dia sampe lo gila itu terserah lo. Karena mau satu dunia goblok-goblokin lo, mau satu dunia ngasih tahu--- dia bukan orang yang baik, kalo di hati lo belum puas sama rasa sakit yang dia kasih, lo bakal tetep tutup kuping dan bakal tetep dengan idiot nya memperjuangin. Jadi, sia-sia banget kan ngasih tahu sampe mulut gua berbusa-busa? Cintai dia sampai hati lo hancur, kalau lo udah capek---- lo bakal ngerti dan pasti bakal berhenti sendiri. Sebab itu, gua nggak mau maksa lo buat ngelupain karena gua tahu perihal melupakan itu bukan hal yang mudah." Kata Wira, sembari menyeruput dalam kopi hitamnya waktu itu. Wajahnya tenang, nada bicaranya juga tenang. Bisa dilihat dari cara bicaranya seakan dia sudah khatam, semua seperti diluar kepala. Seakan dirinya sudah akrab dengan kata luka, perih, sakit dan kehilangan. Naya akui, Anak itu kalau perihal nasihat cinta memang selalu bisa diandalkan. Bukan--- bukan karena dia pakarnya atau memang sang pujangga si pemuja cinta. Dia--- hanya laki-laki yang pernah memperjuangkan cinta dengan hebatnya. Dalam kata lain, Wira pernah GOBLOK pada masanya.

I F Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang