Primadona

3.7K 300 24
                                    

Pemuda itu meliukkan badan, selaras dengan musik yang menghentak pelan. Ia dikurung dalam sangkar seperti tawanan, mencoba mencari celah untuk lari dengan gerakan sensual. Ketika sangkar mulai diangkat ke langit-langit, beberapa penari latar mendatanginya.

Mereka menari seirama, membawah gairah para pria menuju angkasa. Bukan hanya mereka, Yibo dan Taehyung juga ikut memanas. Apalagi saat pemuda itu menari di tiang panjang, menyilangkan kaki dan mengangkat pantatnya. Menggerakkan bagian tubuh yang membuat ragam seruan kekaguman di sana.

Sorot lampu beralih ke belakang panggung, menampakkan sosok pria kekar dengan dada bidang. Memakai celana dalam yang mempertontonkan miliknya yang menonjol di balik cawet warna hitam.

Pria itu membawa cambuk panjang, mendekati pemuda yang sedang berdiri di tiang. Para penari latar memegangi tubuh si pemuda berstoking merah. Kulitnya yang putih dibiarkan terekspos dan dinikmati oleh mata para lelaki di sana. Tangannya dicekal, dan kakinya dibuka mengangkang.

Yibo bisa melihat dengan jelas paha bagian dalamnya yang putih mulus, terbuka lebar hanya ditutupi celana merah berenda. Belum selesai Yibo menelan ludahnya, sebuah cambukan mengenai paha si pemuda. Wajahnya meringis sakit, namun desahan yang mengalun dari bibirnya membuat para pria di sana berteriak gamang.

Yibo merasa kehausan, ia menegak minumannya kembali. Melihat adegan-adegan kasar dan panas membuat libidonya meningkat. Para pria terbawa suasana begitu juga Taehyung, mereka bersiul dan berteriak seperti orang gila. Bahkan ada beberapa dari mereka yang melempar jas dan membuka kancing kemeja.

Yibo terlalu kaku untuk melakukan semua itu. Para lelaki itu juga melempar lembaran uang kertas ke panggung sambil memberikan ciuman jauh pada pemuda yang terikat di tiang.

Yibo mengambil sebatang rokok dan mengisapnya. Mengepulkan asapnya ke udara. Ia berpikir ini aneh, bahwa ia telah melihat banyak tubuh lelaki maupun wanita tanpa sehelai benang pun, secara jelas dan nyata. Bahkan, kadang ia ikut mengarahkan beberapa pemain untuk membuat posisi yang pas saat kamera menyorot mereka. Itu memang pekerjaan kameraman dan sutradara. Tapi Yibo ingin semua karya miliknya tampak sempurna. Ia harus memastikan sendiri ke lokasi bagian inti dari cerita yang sedang mereka buat.

Tapi baru kali ini, Yibo terangsang hanya karena tarian seorang pemuda yang ironisnya masih berbusana. Kenapa pemuda satu ini sangat istimewa? Yibo harus tahu sebabnya.

"Siapa namanya?"
Yibo bertanya pada Taehyung, yang masih asyik menatap pemuda di depannya tanpa berkedip.

Satu persatu pakaian pemuda itu dilucuti, dimulai dari stoking, dres merah yang ia kenakan, tanktop yang membungkus dadanya yang bulat dan menantang, terakhir celana dalam berenda yang membuat para pria di sana kehilangan napas sementara. Yibo pun merasakan hal yang sama. Tergoda.
Apakah pemuda ini juga yang Taehyung maksud, untuk menjadi bintang porno selanjutnya, dengan genre yang berbeda dari sebelumnya. BDSM.

.
.
.

Xiao Zhan tertidur di meja kerjanya, tepat di atas keyboard komputernya yang masih menyala. Ia mengucek matanya pelan, merasakan pikirannya yang setengah melayang. Ia mengedip-ngedipkan mata, berusaha membawa serpihan jiwanya yang masih berkeliling di udara. Ini malam ketiga ia tertidur di apartemennya---jika ruangan kecil dan kumuh ini bisa disebut apartemen---sendirian. Dengan lampu ruangan yang sudah dipadamkan.

Karena ia memang terlahir sebagai seorang pekerja keras. Ia sangat bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang dibebankan padanya. Bulan depan adalah saat di mana ia bisa memperlihatkan karyanya, pada seseorang yang sangat penting. Begitulah kata atasannya, orang ini adalah produser ternama yang sangat kompeten di bidangnya. Itu sebabnya Zhan sangat memperhatikan detail dalam tulisannya kali ini. Ia tak bisa menyamakan orang tersebut dengan jajaran direksi di perusahaan tempat ia bekerja.

Malam mulai pergi meninggalkan Delhi, digantikan fajar yang perlahan naik merambati jendela gedung tinggi. Xiao Zhan merapikan berkasnya yang berserakan di meja. Ia memutar lehernya sebentar sebelum bangun dari kursi, dan memasukkan semua kertas berisi coretan outline itu ke laci. Ia mematikan daya komputer sebelum beranjak dari ruangan.

Kakinya melangkah pelan mendekati pintu kamar untuk mengistirahatkan kepala dan tubuhnya sejenak. Ia menarik selimut bergambar kepala kera, hadiah pemberian ibunya sebelum ia berangkat ke kota.

Dua bulan yang lalu, ia diterima di sebuah perusahaan penerbitan yang berfokus pada cerita-cerita dewasa sarat dengan adegan vulgar. Zhan memanglah pemuda desa, tumbuh di lingkungan kaum Brahma, para pemuja Dewa Siwa. Tapi, pemuda itu memiliki imajinasi yang tinggi soal seni ejakulasi. Ia banyak menghabiskan waktu membaca buku atau majalah bekas berisi mature content, yang dijual kiloan sebagai pembungkus cabai atau bawang.

Ia juga kerap kali melihat adegan live pria dan wanita bersenggama, dan mendengar suara-suara surga saat tengah malam. Karena rumahnya dekat dengan tempat pelacuran. Pemuda seusianya yang tidak memiliki pekerjaan dan belum menikah, sedang keluarganya terlilit hutang pada Tuan Takur. Tidak menemukan cara untuk menghasilkan uang selain menjadi calo rumah bordir. Zhan tidak ingin menjadi salah satu dari mereka.

Ia menerima tawaran sebagai ghost writer yaitu penulis bayangan. Ia hanya memiliki hak untuk menyerahkan karyanya ke penerbit dengan upah sesuai isi dan panjangnya cerita. Ketika buku itu naik cetak, namanya sebagai penulis tidak dicantumkan. Orang lain lah yang akan dicantumkan namanya. Seseorang yang Zhan ketahui adalah keponakan dari pemilik perusahaan tersebut. Sudah ada dua judul yang Zhan tulis, dan semua pujian dan kebanggaan akhirnya bermuara pada satu orang Pooja. Sebagai penulis bayangan Zhan hanya menulis, mengedit lalu menyerahkan naskah. Selebihnya akan ditangani pihak Pooja. Nama Zhan tidak akan pernah dikenal oleh media maupun pembaca. Karya-karyanya akan dikenang sebagai milik Pooja Sharma.

Zhan telah memejamkan mata sekitar dua menit yang lalu, saat ponsel di nakasnya berdering. Zhan masih berat untuk membuka mata. Ia mencari-cari benda pipih itu dengan tangannya. Zhan yang masih dalam keadaan sangat mengantuk, bukannya mengambil ponsel. Malah tak sengaja menjatuhkan gelas berisi air. Sehingga ponsel yang berada di dekat gelas itu basah terguyur air.

Menyadari akan hal itu, Zhan melompat bangun. Ia langsung terjaga seketika. Matanya terbelak, terkejut melihat ponselnya basah kuyup, dan gelas di meja itu menggelinding berada di ujung tanduk. Tepat di sudut nakas, satu centi lagi untuk jatuh ke lantai.

Zhan segera meraih benda yang mudah pecah itu, sembari menyelamatkan poselnya menggunakan tisu. Ponsel yang ia beli  begitu mendapat gaji pertama, di toko barang bekas dengan harga super murah.

Benar-benar tidak menjamin kelangsungan hidup sang ponsel, jika terkena kerusakan semacam ini. Zhan mengusap-usap layar benda warna hitam itu. Namun sayang, benda itu tak mau menyala. Tombol di kanan kirinya juga tak berfungsi lagi. Ia hampir menangis menyesali kecerobohannya tadi.

Jika Zhan adalah seorang penulis, lalu siapa pria di bar?

Jawabannya adalah ....






Tbc.




Hard Kamasutra (Tamat Di Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang