Ruang kerja Li Jiangheng dua kali lebih luas dari ruang kerja Yibo. Mereka berdua sama-sama gila kerja. Tipikal pria perfeksionis dan ambisius. Namun, Li jauh lebih hangat dan tenang. Dibanding Yibo yang dingin, juga terlihat sangat kejam.
Sayangnya, takdir memilihkan pasangan yang saling bertolak belakang. Istri Li yang arogan dan tak mau diatur. Istri Yibo yang sabar dan selalu mengalah.
Sesungguhnya takdir, hanya ingin menunjukkan bahwa mereka dipertemukan untuk saling melengkapi satu sama lain. Sayangnya, kedua manusia itu belum sadar. Perasaan kecewa sedang membelenggu pandangan mereka dari cinta.
Xiao Zhan membedah kembali isi bukunya, ia yakin seyakin-yakinnya. Bahwa semua kisah yang ia tulis berkaitan dengan suaminya.
Li Jiang heng dengan pandangan serius, membetulkan letak kacamata putih yang bertengger di hidungnya. Ia tidak begitu percaya adanya kekuatan supranatural. Tapi ia sangat percaya pada takdir.
Dari pada mendebat Xiao Zhan, yang notabene teguh pada pendirian. Ia lebih baik mengikuti alur, berusaha memahami isi, lalu mencari kebenaran dari isi tersebut.
Li Jiang heng pernah membaca novel milik Xiao Zhan. Bahkan menghapalnya di luar kepala. Tidak sulit baginya untuk mencari poin-poin penting yang membuat Zhan curiga.
Li juga sedikit goyah, saat Zhan mengingatkannya pada peristiwa kelulusan di kelas mereka. Xiao Zhan sudah menuliskan akhir yang menyedihkan sejak ia menjadi siswa baru. Apakah ini hanya kebetulan?
Jika memang cerita dalam novel Zhan berkaitan dengan Yibo. Maka Li akan menceritakan pada kalian isi dalam novel tersebut.
Perasaan terpendam dari seorang perempuan. Perjuangan untuk mencari jati diri, juga mengambil semua yang memang harus jadi miliknya.
Ia memiliki obsesi terhadap seorang pria yang pernah menghamilinya. Meninggalkannya, lalu menikahi orang lain.
Kisah dalam novel Zhan. Menceritakan perjuangan perempuan itu merebut semua haknya. Bahkan melampaui ekspetasinya. Perempuan itu berhasil merebut segalanya dari istri sang, lelaki yang ia kejar. Beserta harta, status dan nama baik.
Jika ini benar seperti yang Zhan pikirkan. Di sini, Xiao Zhan lah, sebagai istri sah yang akan kalah. Jika ia benar percaya pada isi dalam novelnya. Sayang sekali, Zhan yang paranoid sebab trauma masa kecilnya. 91% percaya pada tulisannya.
.
.Lily duduk di pangkuan kakeknya, mendengarkan pria tua itu bercerita tentang kisah kepahlawanan. Lily mengerjap pelan, menghayati mimik wajah sang kakek yang memperagakan bagaimana cara pahlawan dan musuhnya berkomunikasi.
Xiao Zhan membuka pintu ruang tamu. Sedikit lega hatinya, melihat Lily menikmati waktu bersama kakeknya, meski ayahnya tak ada di sana.
Xiao Zhan mengikuti kata hatinya untuk menengok Yiyi di kamar ibunya. Ia khawatir, sebab kemarin Yiyi kemarin sempat demam. Zhan tak ingin pikiran buruknya tentang skenario buruk yang terjadi pada dirinya dan Yibo. Menjadi alasan untuk Zhan lupa pada fitrahnya sebagai ibu.
Ia membuka pintu kamar ibunya, mendapati si sulung yang sudah menginjak usia puberitas, duduk tenang di meja baca. Tangan kirinya menggoreskan sesuatu di kertas. Ia menoleh ke arah pintu saat Xiao Zhan memasuki kamar.
"Sedang apa?" Zhan menghampiri Yiyi, mengelus kepalanya lembut.
Dengan cepat Yiyi menyembunyikan tulisannya dengan telapak tangan. Ia mendongak pada Zhan sambil memicingkan mata.
"Baiklah, papa tak akan mengganggu."
Xiao Zhan kembali mengelus kepala Yiyi, lalu mengecupnya pelan. Sebelum akhirnya meninggalkan si sulung dengan dunianya.
.
.Xiao berjalan di lorong yang gelap. Suara-suara mengikutinya di belakang, seperti arakan penyambutan. Ia menemukan dinding di sekitarnya bersinar. Memancarkan cahaya kecil dari goresan dinding.
Suara-suara itu teredam, bayangan perempuan bertudung merah melambaikan tangan, memikul satu peti kecil seukuran bayi. Zhan tak bisa melihat wajahnya, tapi Zhan bisa merasakan kehadiran Yibo di belakangnya.
"Percaya padaku."
Suara Yibo bersama cahaya yang berpendar, membuat Zhan mengalihkan pandangan dari si perempuan.
Xiao Zhan terbangun, dengan napas naik turun. Ia mengalami mimpi yang aneh lagi. Sekarang lebih jelas dari sebelumnya. Namun begitu, Zhan tak pernah tahu arti dari mimpi itu.
Ia beranjak pelan dari kasur, agar tidak membangunkan Lily yang tidur di sampingnya. Ia beringsut menuju laci, membuka kembali buku miliknya.
Membacanya dengan seksama. Mengikuti alur yang ia susun tanpa sadar. Buku usang yang selalu ia simpan, menjadi tolak ukurnya dalam berpikir sekarang.
Mata rantai menyambungkan pada satu kesimpulan. Sesungguhnya kematian itu pasti, tapi nasib dan jalan hidup bisa kita ubah. Jika kita ingin dan berusaha.
Dari sini, perasaan dan cinta Zhan dipertaruhkan. Percaya pada isi pikirannya atau percaya pada kata hatinya.
Zhan akan mengambil langkah awal esok pagi.
.
.Dari pada menunggu Yibo yang selalu menunggu bola, Xiao Zhan seperti biasa berinisiatif sendiri untuk memulai obrolan.
Basa basi ia menyampaikan kabar Yiyi dan Lily dengan bahasa santai.
"Yiyi dan Lily sudah tidur. Yiyi sudah sehat, dan Lily tampaknya senang bermain bersama kakeknya."
Xiao Zhan merasakan sedikit kecewa yang mematahkan rasa antusias di awal.
Bagaimana bisa seorang ayah tak bertanya kabar anak-anaknya. Padahal sejak kemarin mereka tidak bersama. Jika Yibo bersikap dingin pada Zhan, ia maklum karena itu memang sifat Wang Yibo. Tapi, jika Yi dan Lily mengalami hal yang sama. Bukankah Yibo sudah bertindak terlalu jauh?
Di tempat lain, Yibo berdiri di sebuah balkon kamar. Ia memandang jauh ke gedung-gedung pencakar langit yang berlomba menyentuh bintang. Mengamati layar besar dengan gambar rembulan yang bersinar dengan separuh badannya.
Yibo mengambil sepuntung rokok di saku jasnya. Ini pertama kali, sejak mengenal Zhan, ia menyentuh nikotin itu kembali. Menghisapnya kuat-kuat melalui bibir merahnya.
Ia mengingat betul semua kenangan bersama Zhan, dari pertemuan mereka yang membuat Yibo tersenyum dengan mudahnya. Cantik dan hangat. Itu kesan pertama saat Yibo bertemu Zhan tanpa sengaja saat mereka menjadi nara sumber wawancara, sebuah majalah lokal.
Yibo bertekad untuk mengubur masa lalunya, dan membangun masa depan yang indah bersama pria manis itu. Jika hari ini, masa lalu itu mengusik kehidupan Yibo kembali. Apakah ia akan berhenti atau terus lari.
Berhenti di medan perang, untuk memenangkan pertarungan. Atau lari seperti pengecut dan kehilangan segalanya.
Lamunan Yibo terpotong, saat getaran benda pipih yang berada di saku jasnya membuat ia urung mengambil rokok yang kedua.
Ia melihat nama istrinya di sana. Dengan gugup Yibo mengangkat panggilan suara. Dadanya berdegup antara takut dan bahagia.
Takut, jika Xiao Zhan akan menyampaikan sesuatu yang membuat Yibo. Bahagia, sebab Yibo memang sangat merindukan suara itu tapi tak berani untuk mengambil langkah terlebih dulu.
"Aku ingin bertemu besok, jika kau tak sibuk." Ucapan Zhan di seberang.
"Baik."
Yibo menjawab datar, padahal hatinya sedang melompat gembira.
Besok pagi, ia harus melakukan apapun yang bisa membuat Zhan tetap berada di sampingnya. Ia tak ingin lari lagi, ia ingin menghadapi sebesar apapun palu takdir menghujam dirinya. Ia harus kuat, demi Yiyi, Lily dan istrinya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
The Book Hasn't End(tamat)
FanfictionXiao Zhan tidak menyangka, jika buku best sellernya akan menjadi kisah suaminya. Wang Yibo dan masa lalunya yang kelam. Bisakah Xiao Zhan menuliskan akhir kisah rumah tangganya bersama Yibo menjadi bahagia?