Prologue

94 14 0
                                    

"Maaf untuk kali ini aku tidak bisa berbohong, bahwa aku mencintaimu."

Juyeon meremas surat yang isinya telah tuntas ia baca, ia merebahkan tubuhnya di sofa dan membiarkan setetes air mata jatuh dari pinggiran matanya.

Gadis itu, tidak dia bukan lagi gadis namun wanita. Wanita itu telah pergi, membawa semua cerita dan kebohongan itu pergi sendiri. Meninggalkan salah satu pelakonnya disini, meratapi setiap moment dan penyesalan yang beberapa kali ia lakukan. Merutuk dirinya sendiri akan kebodohan dalam dirinya, ketidak mampuannya berkata jujur dan selalu ragu bahwa sebenarnya dia memiliki perasaan yang sama dengan wanita itu.

Juyeon bangkit dari posisinya, menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja ruang tamu.
Tesla putih itu melaju kencang membelah malam yang semakin ramai di ibukota, hingga tujuannya tiba di sebuah rumah bergaya minimalis bercat abu-abu.

Juyeon menatap rumah itu sekilas, lampu di dalam menyala menandakan adanya kehidupan di dalamnya. Segera dia mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol panggil setelah menemukan nomor yang akan dia hubungi.

"Chae... Gue di depan rumah lu sekarang." Ucapnya singkat, dan tak lama si penerima telpon nampak berjalan keluar.

Juyeon juga keluar dari dalam mobilnya saat melihat Chaeyeon membuka pagar rumahnya.

"Ada apa??" Tanya Chaeyeon saat dirinya sudah berada di jarak dekat dengan Juyeon.

"Dia udah pergi, ke jepang naik pesawat jam 5 sore tadi." Jelas Chaeyeon tiba-tiba, seakan dia tau tujuan pria di depannya itu kerumahnya malam-malam begini.

"Kok lu nggak ngasih tahu gue?"

"Ouh.. lu pengen tahu ternyata? Gue kira lu udah nggak mau tahu."

"Dia masih istri gue."

"Setelah surat gugatan itu datang pagi tadi ke rumah gue, lu masih bisa sebut dia istri elu?"

"Gue nggak ngerti jalan pikiran lu sih" Chaeyeon yang mulai sedikit emosi mulai berbicara dengan intonasi yang meninggi.

"Gue tau lu terpaksa menikahi sahabat gue, gue juga sadar kalau sahabat gue tuh dalang dari semua kebohongan ini dan dia juga tahu diri makanya dia nggak pernah bisa ngelarang elu melakukan apapun yang elu mau. Termasuk keputusan elu buat ceraiin dia dan pergi sama cewek yang elu cinta. Tapi kan semua bisa di bicarakan baik-baik, nggak harus ngusir dia kan. Dia hamil Yeon.. dan elu... Tega.." Emosi Chaeyeon mulai tak terbendung, dia menangisi apa yang telah sahabatnya alami. Hidup Sakura cukup rumit dan makin rumit setelah kejadian satu tahun yang lalu, dan seperti tidak pernah selesai masalah demi masalah terus menghampiri nya.

"Gue tau Chae.. gue sadar gue udah keterlaluan. Dan kejadian malam itu adalah salah gue, gue salah paham sama dia makanya sekarang gue kesini."

"Telat.. telat lu ngomong ini sekarang. Sakura udah tandatangan surat gugatan cerai dari elu, dan dia udah pergi. Semua sekarang terserah elu, dia pasrahin semua ini ke elu." Chaeyeon berbalik hendak pergi meninggalkan Juyeon yang masih mematung dengan banyak pikiran bersarang di otaknya.

"Dia kemana Chae... Gue mau susulin dia."

"Jepang" jawab Chaeyeon singkat sambil berlalu meninggalkan Juyeon.

"Ya jepangnya di bagian mana Chae.. Jepang luas"

Chaeyeon berbalik badan sambil menarik pagar rumahnya, "gue juga nggak tau karena dia nggak pernah cerita. Kalau lu mau cari, ya cari aja keliling Jepang. Gue cuma tau kalau marga dia Miyawaki." Jelas Chaeyeon sebelum masuk kedalam rumahnya dan membiarkan Juyeon sendiri di seberang rumahnya mematung.

Juyeon tidak menemukan cara bagaimana menemukan Sakura, di negara yang mempunyai populasi lebih dari 112 juta jiwa dengan marga Miyawaki yang tentu bukan cuma Sakura yang pakai.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang