Mistake 3

30 10 0
                                    

Dua minggu setelah acara pernikahan dadakan di hotel, Juyeon dan Sakura tidak pernah bertemu lagi.
Sakura ingin menghubungi pria itu hanya untuk sekedar menyampaikan terimakasih namun dia urungkan, dia sadar kehadirannya akan menambah rasa pusing pada kepala Juyeon.

Hari ini jadwal Sakura kontrol kandungan, entah takdir atau hanya kebetulan dia kembali bertemu Juyeon di Rumah sakit tempatnya kontrol.

Seperti biasa pria itu selalu berpakaian rapi. Kali ini dia sendiri tidak bersama ibunya.

"Haii.." Sakura memberanikan diri menyapa pertama.

Juyeon mengangguk untuk merespon sapaan Sakura.

"Lagi nebus obat apa?" Tanya Juyeon yang sudah duduk di sebelah Sakura.

Instalasi Farmasi sedang ramai hari itu dan keduanya sama-sama menunggu untuk di layani pembelian resep.

"Vitamin, kalau kamu? Sakit apa?" Jawab Sakura dengan sedikit menunduk, kalau di dekat Juyeon dia selalu merasa tidak enak hati dan merasa bersalah.

"Sama, vitamin juga buat Mami."

"Udah usia berapa kandungannya?" Lanjut Juyeon.

"1 bulan" Sakura menjawab sambil mengelus perutnya.

"Kenapa pilih di pertahankan, sudah jelas-jelas nggak ada bapaknya." Detik setelah ia berbicara seperti itu, Juyeon memukul pahanya mengumpati dirinya sendiri karena berbicara kurang sopan.

Sakura tersenyum, "entahlah, saya mikirnya kesalahan ada pada saya dan pacar saya. Tapi kenapa bayi ini yang harus di singkirkan, bukankah jika Tuhan memberikan nyawa berarti dia berhak hidup?"

"Walaupun keadaannya sekarang seperti ini?"

Sakura kembali mengangguk, "beribu kata maaf mungkin tidak berarti lagi buat kamu, tapi saya benar-benar menyesal membawa kamu kedalam masalah saya."

"Sekali berbohong maka kamu akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan kamu yang sebelumnya."

"Iya saya mengerti"

"Yaudah berbohong aja lagi sampai nanti, sekarang pertanyaannya mau sampai kapan?"

"Saya sedang memikirkan cara untuk berbicara pada orang tua saya."

Juyeon mengangguk, dia sudah tidak tahu mau bicara apa. Jawaban yang sakura berikan sudah sangat jelas hingga tidak bisa lagi disanggah.

Setelah keduanya selesai dengan urusan masing-masing, dan Juyeon sudah membuka pintu mobilnya ia di kejutkan dengan panggilan dari Sakura.

"Kamu lagi hamil kenapa lari-lari" tanya Juyeon ketika melihat Sakura berlari kencang kearahnya.

"Ayah... Ayah sama ibu sudah di stasiun mau berkunjung." Ucap Sakura disela nafas yang tersengal-sengal.

"Berkunjung?? Berkunjung ke apartemen aku maksudnya?"

Sakura mengangguk, "gimana dong?? Mereka kan nyangkanya kita tinggal bersama."

Juyeon juga panik, tapi dia masih bisa mengontrol diri hingga bisa berpikir cepat apa yang harus mereka lakukan.

"Kemasi barang-barang kamu sekarang, taruh apartemen ku. Password pintunya nanti aku kirim lewat chat,Ayah sama ibu kamu nanti aku yang jemput."

Sakura mengangguk dan sudah bersiap untuk kembali berlari namun lengannya kembali di tarik Juyeon.

"Aku nggak punya kontak kamu" ucapnya sambil menyerahkan ponselnya kepada Sakura.

Sakura mengetikkan nomornya pada ponsel Juyeon lalu kembali memberikannya pada yang punya.

"Nanti kalau sudah di tata kasih kabar. Kamar ku ada di bagian belakang, kalau ada buku-buku bisa di taruh di ruang kerja tepat di sebelah kamar ku."

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang