PART 8
Hari ini, tepat satu minggu setelah kakak-adik itu diterima bekerja sebagai pegawai di hotel mewah Aidan.
Para pegawai baru, termasuk Aliya dan Aliza sedang berbaris rapi di aula hotel sambil mendengarkan arahan dari Aidan.
“Baiklah, kalian harus mematuhi tata tertib dan peraturan yang ada di hotel ini, sambutlah tamu dengan ramah dan sopan santun. Saya harap kalian dapat melakukan yang terbaik untuk hotel kita.” Aidan mengakhiri kalimatnya.
“BAIK PAK.” jawab serempak para pegawai.
“Para senior akan membimbing kalian dalam melaksanakan tugas.” Aidan menoleh ke arah kanan dan kirinya yang terdapat beberapa pegawai senior yang ditugaskan membimbing para pegawai baru. Pegawai tersebut sebelumnya bekerja di hotel milik orang tuanya lalu ditugaskan sementara di hotel milik Aidan.
“Baik, Tuan.” para senior itu pun membungkuk dan mengajak beberapa pegawai baru bersamanya sesuai bidang mereka bekerja.
Para pegawai terlihat bersemangat dan antusias. Beberapa senior dari bidang mereka mempunyai kepribadian yang ramah dan mudah bergaul.
“Kak, Aliya ke WC dulu ya, kebelet banget, Kak, cius deh.” Aliya memohon dengan wajah memelasnya--memeluk perutnya yang sudah hampir meletup ingin ke toilet.
“Ish, kebiasaan. Cepetan, gih.” Aliza berkata ketus--Aliya pun mengangguk dan segera berlari ke arah asal dan mencari toilet.
Tak lama, Aliza pun mengikuti rombongannya bersama senior. Di sisi lain, satu kelompok terlihat memaku di tempatnya. Senior bidang itu terlihat gusar dan kebingungan.
“Kok cuma ada lima, mana satu lagi?” tanya senior di bidang housekeeping, ketika mengetahui anggotanya kekurangan satu. Para anggota lain hanya mengangkat bahu mereka acuh.
“Hm, mungkin memang kurang kali, ya. Ya udah, kalian ikut saya menuju lantai atas.” ucap senior itu diikuti anggotanya di belakang.
***
“Kamu dari mana aja, baru hari pertama simulasi udah nggak disiplin gini.” ketus seorang senior, melipat kedua tangannya ke depan dada--memarahi Aliya di depan anggotanya.
Arabella Almira, biasa dipanggil Senior Arabel. Seorang wanita yang bertugas di bidang housekeeping. Konon, senior ini dikenal dengan sifat galak dan tegas dalam mendidik para pegawai juniornya di tempat hotel lamanya. Ia baru berpindah tugas ke hotel Aidan.
“Ma-maaf kak, tadi saya ke toilet dulu.” kata Aliya, menundukkan pandangannya.
Senior itu menarik napas panjang. Masa dia harus bolak-balik menjelaskan pekerjaan pada pegawai baru lagi. Itu melelahkan.“Saya nggak mau tahu, tugas saya disini sudah selesai dalam membimbing anggota bidang saya, tentang kamu saya nggak peduli.” ketus Arabel, lalu berbalik meninggalkan mereka di aula itu, para anggota lain pun ikut membubarkan diri dan meninggalkan Aliya sendiri di sana.
“Dasar senior bajingan.” umpat Aliya dengan suara pelan tertahan.
Aliya menggigit bibir bawahnya menahan amarah. Pipinya menggelembung. Mimpi apa Aliya semalam hingga ia mendapatkan seorang senior yang jelek, judes, sok dingin, dan bawel seperti ini.Beruntung, Aliya dapat mengontrol emosinya.
***
“Selamat datang di Hotel Saddamduta. Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?” Aliza menyambut tamu pertama hotelnya dengan ramah dan lemah lembut.
“Ini hotelnya ya, Pi? “ tanya seorang wanita yang berdandan glamour dan membawa tas berhias permata di lengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kiri, ia gunakan untuk menggandeng lengan sang suami.
“Iya Mom, Momi suka?” tanya sang suami sambil menatap istrinya.
“PAPI, MOMI SUKA BANGET DEH, HOTELNYA.” wanita itu menatap kagum ornamen dan hiasan hotel yang mewah.
Mata Aliza berbinar-binar, senyumnya pun terukir. Walaupun ini bukanlah hotel miliknya, entah kenapa ia sangat bangga saat mendengar satu kalimat pujian yang dilontarkan tamu pertamanya.
“Momi mau hotelnya?” wanita itu pun mengangguk dengan cepat.
“Nona, bisakah saya berbicara dengan atasan mu?” tanya Tuan itu.
Dahi Aliza mengernyit bingung mendengar kalimat tamu yang di depannya ini. Terlintas suatu nalar bahwa tamu itu bukan ingin menginap, melainkan menginginkan hotel ini.
“Emm, mohon maaf ,Tuan. Apa ada masalah?” Aliza bertanya dengan ragu.
“Ah, tidak, tidak ada masalah sedikit pun, saya hanya ingin bicara saja, tolong panggilkan.” Aliza tak punya pilihan lain, sepertinya tamu itu mempunyai urusan yang berbeda. Ia mempersilahkan tamu itu menunggu sebentar.
Mau tak mau, Aliza pun melenggang pergi dan menitipkan tugasnya pada teman sebelah mejanya.
“Saya akan menemuinya, lanjutkan tugasmu.” Aidan bangkit dari kursi kebesarannya dan merapikan jasnya sebentar.
“Baik, Tuan.” Aliza menunduk dan segera keluar dari ruangan Bosnya.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcatras [ON GOING]
General Fiction𝚂𝚊𝚝𝚞... 𝙳𝚞𝚊... 𝚃𝚒𝚐𝚊... 𝙿𝚎𝚛𝚖𝚊𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒! Keserakahan, keangkuhan, dan dendam. Tiga hal yang dimiliki oleh Tuan Onur. Segala cara dilakukan demi menjatuhkan dan menghancurkan musuh-musuhnya. Rahasia dan tertutup, pembuat...