8 | Ceritanya Resign

3.5K 477 68
                                    

Happy Reading!

Berawal dari kejadian salah kirim foto yang berujung bosnya itu tidak membalas chatnya, hampir satu jam Andin berpikir apakah ia harus menghubungi Aldebaran lagi atau tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berawal dari kejadian salah kirim foto yang berujung bosnya itu tidak membalas chatnya, hampir satu jam Andin berpikir apakah ia harus menghubungi Aldebaran lagi atau tidak. Sampai akhirnya Andin memutuskan untuk meminta maaf secara langsung seperti yang disarankan oleh Mayang dan Nata.

Tetapi malah yang ada, pada saat keduanya bertemu untuk check out hotel, dilanjut dengan perjalanan menaiki mobil dari Peninsula menuju bandara dan sekarang mereka sudah berada di Airport Lounge, duduk berdampingan menunggu waktu boarding, Andin hanya bisa terdiam. Lupakan tentang permintaan maaf, Andin bahkan sama sekali tidak berani menatap wajah Aldebaran lama.

Aldebaran sendiri sebenarnya sama sekali tidak menyinggung masalah salah kirim chat itu, ia hanya sesekali mengajak Andin berbicara tentang hal yang berkaitan dengan masalah pekerjaan dan itupun hanya dijawab seadanya oleh Andin, selebihnya waktu pria itu digunakan untuk bermain ponsel dan menyantap makanannya.

Andin memberanikan diri menoleh pada Aldebaran, mencoba mengamati ekspresi bosnya yang masih serius memainkan ponsel ditangannya. Sudah hampir satu jam mereka berada di Lounge, makanan yang Andin pesan bahkan sudah habis, tapi sampai sekarang wanita itu masih belum berani mengajak Aldebaran bicara.

Andin menggigit bibir bawahnya, disamping bingung ingin memulai pembicaraan dari mana Andin juga khawatir tentang reaksi dari pria itu nantinya.

Andin menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya memposisikan duduk menyamping ke arah Aldebaran.

"Pak Al," panggil Andin pelan.

Merasa namanya dipanggil Aldebaran menoleh sekilas. "Kenapa?" jawabnya setelah yakin kalau yang tadi memanggilnya adalah Andin.

Andin menelan salivanya, gugup. Tiba-tiba keberaniannya hilang, ia menyesali tindakannya yang refleks duduk menyamping sehingga membuat Aldebaran bisa dengan mudah menatap tepat ke wajahnya terutama matanya, apalagi ditambah lututnya yang kini menempel dengan kaki Aldebaran. Andin yakin kalau sekarang wajahnya bersemu merah.

Karena tidak ada jawaban dari Andin, Aldebaran menaikan satu alisnya, pria itu menatap Andin heran. "Kamu mau ngomong apa?" tanyanya.

Andin mengerjap, tanpa berpikir lagi, Andin langsung menjawab tanpa jeda, "Saya mau minta maaf tentang masalah foto yang saya kirim tadi pagi, Pak."

Aldebaran sempat terdiam sebelum akhirnya beroh ria, menganggukan kepalanya sambil mengalihkan pandangannya dari Andin. "Untuk yang satu itu sudah saya maafkan. Seperti kata kamu, itu salah kirim. Jadi ya sudah, mau bagaimana lagi?"

Mendengar itu, Andin langsung bernapas lega. Tetapi, beberapa detik kemudian wanita itu tersentak, ia kembali memperhatikan Aldebaran.

"Bapak beneran nggak marah sama saya?" tanya Andin masih terdengar ragu. "Kalau Bapak merasa terganggu atau tersinggung dan ingin memecat saya, saya terima kok Pak," pasrah Andin, dari nadanya terdengar sekali kalau wanita itu menyesal.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang