1 | Dominasi Hitam

4.1K 444 36
                                    

Happy Birthday
Arya Saloka Yuda Prawira Surowilogo
—semoga tetap menjadi Aldebaran yang selalu mencintai Andin Kharisma Putri.

Cahaya matahari masuk ke jendela kamar milik seorang gadis yang kini sudah duduk di atas kasur, matanya terpejam karena silau terkena pantulan sinar matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya matahari masuk ke jendela kamar milik seorang gadis yang kini sudah duduk di atas kasur, matanya terpejam karena silau terkena pantulan sinar matahari. Dia berusaha mengumpulkan kesadarannya setelah terbangun paksa oleh alarm ponsel yang sudah sejak 5 menit lalu berdering kencang.

Setelah sepenuhnya sadar gadis itu–Andin beranjak menuruni kasur kemudian memakai sandal tidur mario bros kesayangannya yang dibelikan papanya saat awal masuk kuliah dulu.

Andin baru saja berniat ingin membuka gorden jendela kamar kalau saja panggilan ponsel yang dia atur khusus untuk kekasihnya itu tidak berbunyi.

Dia mengambil ponselnya kemudian tersenyum menerima panggilan itu.

"Halo Roy," sapa Andin.

"Kamu pasti baru bangun," tebak Roy.

"Buat orang yang lebih sering bangun siang dari aku nggak usah sok ngeledek ya," protes Andin tak terima.

Dari seberang telfon hanya terdengar suara tawa Roy yang mau tak mau membuat Andin tersenyum.

"Katanya mau jadi pengangguran yang produktif," balas Roy setelah tawanya reda.

Andin hanya memutar bola matanya tak peduli. Dia melirik jam dinding di kamarnya. "Masih jam setengah 8. Masih belum terlambat buat mencoba produktif."

Tidak ada jawaban dari Roy, Andin menjauhkan ponselnya memeriksa apakah sambungan telfonnya masih tersambung atau tidak.

"Kita ketemu dulu ya," ujar Roy akhirnya setelah terdiam cukup lama.

"Kok ketemu sekarang? Rencananya kan nanti sore, sekalian antar kamu ke bandara," ucap Andin heran, dia masih ingat percakapannya dengan Roy semalam saat pria itu mengantarnya pulang.

Terdengar suara helaan napas Roy. "Yang antar aku ke bandara jadinya Aldebaran," kata Roy tiba-tiba. "Gapapa kan?"

Andin terdiam sejenak, terlihat berpikir. "Oh gitu. Aldebaran itu abang kamu yang kamu sebut orang sibuk itu?" tanya Andin yang langsung dibenarkan oleh Roy.

"Yaudah nanti kita ketemu di Coffee City aja ya. Sekalian hari ini aku ada janji ketemu bareng Nata sama Mayang disitu."

Setelah mendapat jawaban dari Roy, Andin menutup panggilan telfonnya, dia beranjak menuju lemari pakaian, memilih setelan yang akan dipakainya untuk menemui Roy sebelum pria itu pergi ke Singapura.

Sore nanti Roy akan pergi ke Singapura untuk melanjutkan pendidikannya atau lebih tepatnya mengulang pendidikan sarjananya, Roy mengambil pendidikan hukum di salah satu universitas disana.

Dari dulu cita-cita kekasihnya itu adalah menjadi seorang pengacara, tetapi pria itu terlalu takut untuk memberi tahu papanya tentang mimpinya dan ditambah pula dia tahu kalau sedari kecil garis hidupnya sudah direncanakan. Terlahir menjadi bagian keluarga Alfahri membuatnya tidak bisa memilih apa yang sebenarnya dia inginkan, namanya sudah ditulis menjadi penerus perusahaan sesaat setelah dia lahir ke dunia.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang