Haisa Abinaya Keola
****
Drrtttt drrtttttt telfon Kara berbunyi
"Ngapain malam malam nelfon gue, mau nanya PR?" Tanya Kara sedikit menebak
"Gue udah kalik, kan gue anak rajin. Gue nelfon itu karena mau curhat. Masalah cewe sih. Makanya gue mau tanya aja sama lo, berhubung lo cewe ni ya" jawab Bagas dengan jelas
"Ada apa Bagaskara Ganendra? Lagi galau ya? Mau tanya apa si?" Kara sedikit mengejek
"Kenapa sih gue itu udah cuekin pacar gue tapi dia nggak mundur mundur. Mau pakek cara gimana lagi untuk buat dia mundur? " Pertanyaan dari Bagas membuat Kara kaget.
"Lo gila ya, di mana-mana orang itu berusaha untuk mempertahankan hubungannya, kenapa lo malah berharap kalau dia mundur" jawab Kara dengan nada yang tidak santai
"Ya mau bagaimana lagi, habisnya dia selalu mentingin teman temannya daripada gue. Udah males berhubungan sama dia Udah bosen dan capek berantem mulu. Lagipula orang tua gue juga gasuka sama dia" Bagas mengeluarkan keluhannya
"Bagas seberat apapun masalahnya, perpisahan bukanlah jalan keluar terbaik. Jadi selama masih bisa diperbaiki why not?" Nada bicara Kara terdengar agak serius
"Okeii, gausah serius serius gitu kali, santai aja, kalem." Jawab Bagas sedikit tertawa.
Mereka terus bercengkrama hingga larut malam.
***
Hari ini suasananya cerah, seperti hati Kara. Entah kenapa sekarang dia sering senyum senyum sendiri setiap di telfon/ mendapat notif dari Bagas.
Kara memasuki ruang kelas dan duduk disamping Bagas"Ngapain lo,pagi pagi udah ditekuk aja tuh muka." Tanya Kara yang baru datang
" Mmmm Kar, lihat deh. Gue cocok ga ya sama dia?" Celetuk Bagas sambil menunjukkan foto profil whatsApp seorang cewek
" Lah ini bukannya si Caca, anak kelas sebelah yang jadi seleb itu kan?" Kara sedikit terkejut.
" Iya emang. Cantik ya?" Bagas tersenyum sendiri layaknya orang tidak waras
" Kalian deket? Lo waras apa engga si? Bukannya lo udah punya pacar ya?" Kara memegang dahi Bagas
"Apa sih ah, gue tu cuman chat biasa sama dia. Ya kayak gue sama lo gitu. Eh dianya yang baper." Jelas Bagas sambil menepis tangan Kara.
Mendengar jawaban Bagas tadi membuat Kara sedikit kecewa. Bagaimana tidak, ternyata selama ini Bagas menganggap Kara sebagai teman biasa. Tanpa rasa, apalagi dianggap istimewa.
"DASAR BUAYAAA!!!" Kara memukul kepala Bagas menggunakan buku
****
"Ngapain senyum senyum?" Suara Naya membuat Kara terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA (SUDAH TERBIT)
Teen FictionAkara dan Bagaskara tidak pernah AKSA mereka AMERTA.Bagaskara dan Akara bagaikan matahari dan bayangannya. Saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Akara Justisya Mora, Wanita yang merasa menjadi orang paling sakit di dunia. Hidup tanpa warna d...