Two

624 105 29
                                    

Jagat sakit, dia demam. Kenyataan itu membuat Lintang dilanda kebingungan, cowok sesangar Jagat aja bisa keliatan manusiawi kalau sakit. Kalo boleh dikata Jagat berubah jadi bayi besar, yang apa-apa harus Lintang, sampai makan, minum obat sekali pun.

Ini udah 2 hari sejak Jagat ambruk diatas tubuh Lintang, dan suhu cowok itu tidak juga turun. Harus diapakan kalau begini.

"Ke rumah sakit aja ya, please kali ini nurut." Sedikitpun tidak ada respon dari Jagat, cowok itu sengaja membisu. Genggaman tangan Jagat pun tak kian lepas, takut banget Lintang pergi walaupun sebentar.

Lintang menghembuskan napasnya pasrah, lebih susah ngebujuk Jagat ketimbang anak kecil.

"Ma." Entah sudah berapa lama beliau ada di depan pintu sana, Lintang baru sadar saat seseorang seperti tengah menatapnya intens dari kejauhan.

Mamah Jagat bergerak masuk membawa nampan yang isinya sudah pasti bubur dan air mineral.

"Masih ngga mau juga, ya."

Wanita umur 30 tahunan itu geleng-geleng keheranan pada putranya yang tidur meringkuk bak bayi, apalagi terlihat bahwa Jagat terus bergelayut dilengan Lintang.

"Eeh ngga usah mah, gak papa." Lintang tersenyum kikuk saat mama Jagat hendak menyingkirkan cowok itu dari tangannya. Jagat malah bergeming.

"Kamu pasti capek, Jagat juga gak kasian sama Lintang ya. Jangan gini ah."

Sherli jadi kesal sendiri bila putranya justru keliatan bermanja ria, hal itu tentu merepotkan Lintang dan beliau tau betul trik putranya.

"Lintang kalau cape istirahat ya, mamah gak mau kalau nanti Lintang yang sakit." Beliau membelai kepala Lintang lalu tersenyum. Seperhatian itu, Lintang terenyuh. Tatapan beliau begitu tulus, Lintang seperti memiliki sosok mama yang nyata, seperti milik dia sendiri.

Lintang meringis saat tiba-tiba Jagat mencengkram lengannya, hal itu kembali menyadarkan Lintang. Jagat tidak pernah mau berbagi mama.

"Mama tenang aja, Lintang gak papa kok. Lintang lebih khawatirin Jagat, kalo kaya gini terus mending baiknya dibawa rumah sakit aja ya, ma." Lintang melirik Jagat yang bersikap santai seolah bukan dia yang mereka bicarakan.

Beliau mengangguk setuju, sebelum  benar-benar keluar mama Jagat sempat berpesan kepada Lintang, cewek itu diharuskan turun ke bawah untuk makan setelah selesai menyuapi Jagat nanti.

"Makan sepiring berdua aja, jangan turun ke bawah." Jagat tiba-tiba bersuara, Lintang menoleh karenannya.

"Jagat kan tau aku gak suka bubur, gak ah," tolak Lintang mentah-mentah.

Mending makan nasi sama ayam goreng plus sambel. Itu udah paling mantep dan mama jagat tidak pernah absen untuk memasak itu.

Kasur bergerak, Jagat melepaskan gengamannya pada Lintang, cowok itu menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang. Netranya menatap Lintang serius.

Jujur Lintang deg-degan ditatap seintens itu.

"Kamu masih hutang penjelasan sama aku, soal cowok itu."

Lagi-lagi dibahas, Lintang menghela napasnya sabar ngadepin orang sakit.

"Sembuh dulu baru kita bahas itu, jangan lupa rabu depan ambil rapot. Jagat kalau masih sakit terpaksa aku bilang ke mama." Meskipun kemungkinannya kecil beliau bakal datang ke sekolahannya.

Jagat mendesis, jelas tidak suka penuturan Lintang. "Jangan mulai."

Lintang mengedik masa bodo, mengambil nampan yang sudah dipersiapkan diatas nakas dan mulai menyuapi Jagat dengan telaten. Si bayi besarnya.

Jagat LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang