Three

440 84 12
                                    

Tidak tahu bagaimana harus bersikap lebih baik dan normal, Jagat ditutupi amarah sebenarnya mengigat bagaimana Afni membuang Lintang secara cuma-cuma sisi dominannya merasa tidak terima. Begitulah mengapa Jagat mendeklarkan Lintang terang-terangan sebagai miliknya.

Sebenarnya impas dengan apa yang Jagat perbuat pada Lintang selama ini.

Namun disisi lain Lintang merasa tidak terima, dia bukan barang yang bisa dimiliki siapa saja. Termasuk Jagat dan Mamanya. Lintang itu ya milik dirinya sendiri.

"Lepas!" Lintang menyentak begitu saja genggaman tangan Jagat pada pergelangan tangannya, sejujurnya ini sedikit menyakitkan karna Jagat memaksa menyeret Lintang menuju mobil laki-laki itu.

Jagat terburu-buru membuka pintu mobil dan sedikit lebih kuat mendorong Lintang untuk masuk. Tubuh setengah milik Jagat berada di luar mobil, laki-laki itu mengurung Lintang yang terduduk kaku di kursi mobil.

"Nta, aku ngga suka ya kalo kamu seenaknya gitu sama aku." Alis Jagat menekuk, rahangnya mengeras dan tatapannya benar-benar tajam menghunus netra Lintang.

Untuk beberapa saat hanya deru napas merekalah yang saling terdengar bersahutan, Jagat yang terlihat sulit menahan emosi dan Lintang sendiri panik karena posisinya yang tak aman.

Jagat bisa saja mencekik Lintang kalau dia salah bicara.

"Kenapa jadi kamu yang marah si." Lintang tak tahan untuk tidak protes, melihat tatapan Jagat yang tak kunjung teralihkan membuat Lintang ikut tersulut emosi juga. Lintang benci merasa terintimidasi.

Jagat semakin mempersempit jarak diantara keduanya, ini menyesakan bagi Lintang.

"Coba tanyain ke diri kamu sendiri, kurangnya aku dimana sampe kamu boncengan sama cowok lain terus puncaknya  mamamu dateng ke sini. Padahal dua hal itu amat sangat aku larang, mudah banget untuk dilakuin tapi malah kamu langgar!" Begitu berapi-api Jagat mengatakannya, ini bukan kali pertama laki-laki itu marah sampai berbicara panjang bak kereta.

Namun selalu saja Lintang dibuat bungkam, padahal itu semua murni bukan kesalahan Lintang. Cuman kebetulan tapi sayangnya sangat mudah Jagat jadikan bahan pertengkaran.

Ini tidak adil, Lintang mulai merasa risih karena sama sekali tidak bisa melakukan pembelaan.

⛤⛤⛤

Kepergian mobil Jagat menjadi akhir perdebatan hari ini, tidak tahu besok ya mungkin bakal lebih parah karena Jagat memiliki 1001 cara untuk membuatnya terus dilanda rasa bersalah. Itu mengapa hanya Lintang yang mampu berteman dengan Jagat sampai sejauh ini, kuncinya hanya satu, sabar menghadapi emosi Jagat yang suka naik turun itu. Meskipun sebenarnya Lintang juga emosian si.

Kali ini Lintang tidak mau pasrah, sudah hari kelulusannya berjalan tidak lancar masa pulangnya harus menanggung beban sedih terus. Lintang butuh refreshing.

Dering di ponselnya menjadi jawaban dari keinginan Lintang. Nama Kei tertera disana. Lintang buru-buru masuk ke dalam rumah bahkan sampai mengunci pintu. Alasannya cuman satu, takut Jagat tau.

Belum sampai satu menit Lintang sudah dulu memutuskan sambungan telepon. Oke Kei pasti marah, benar saja cowok itu menyupah serapahi dirinya lewat pesan.

Melihat sekeliling rumahnya rasa kurang aman itu masih ada, Jagat bisa saja memasang kamera atau apapun yang berpotensi membuat Lintang ketahuan berhubungan dengan Kei, Lintang buru-buru membalas pesan Kei terlebih dahulu sebelum akhirnya melangkah cepat menuju lantai dua kamarnya berada.

Lintang harus bersiap diri.

Kei

Wtf! Mau main-main sama aku ya!

Lintang

Udah lah jangan marah dulu. Aku siap-siap, kita pergi.

Dari rumah menuju bandara butuh waktu sekitar 1 jam, lumayan lama buat Lintang yang sukanya serba cepat. Meskipun dia juga serba lambat apa-apanya, memang dasar kelakuan.

"Astaga, nunggu lama aku loh disini. Tau gitu aku tinggal balik aja." Kei bersungut-sungut.

Hih! Gemas rasanya Lintang sama cowok yang satu ini.

"Udah lah, dek. Orang nunggu satu jam ini gak bakal bikin kamu lumutan di bandara kok." Gelak tawa Lintang seketika, kalau diibaratkan sekarang Kei seperti memiliki tanduk, yang siap untuk menyerang Lintang kapan saja.

Kei adalah adik sepupu cowok Lintang satu-satunya. Umur mereka hanya selisih satu tahun, Kei 17 dan Lintang 18. Fyi Kei ini tinggal dan bersekolah di Semarang tempat neneknya berada.

"Aman nih kita pergi." Kei kembali bersuara di sela-sela langkah kakinya, sebentar lagi keberangkatan mereka berdua. Pesawat menjadi pilihan transportasi yang tepat saat ini, Kei dan Lintang keduanya akan pergi ke Semarang. Yah jangan tanyakan kenapa  Kei rela bolak-balik, cowok itu hanya ingin menyelamatkan Lintang.

Lintang menatap pijakannya, sejujurnya dia takut namun kalau begini terus Lintang tak bisa bebas.

"Ngga papa kok, santai. Aku juga udah bosen disini, ngga baik kan kalau selamanya aku hidup bergantung sama Jagat."

⛤⛤⛤

Kosong.

Saat pertama kali Jagat membuka pintu rumah Lintang.

Laki-laki itu tertawa sumbang, bodoh sekali. Jagat tau betul bagaimana nekatanya Lintang, bisa-bisanya dia tinggal sendirian.

Napasnya tiba-tiba memburu, sebelah tangan yang bertengger pada sandaran sofa mengepal. Apa-apaan ini, pergi begitu saja tanpa memberikan kabar? Apa Lintang pikir bakal semudah itu.

Hey! Jagat bahkan bisa mengejar Lintang sampai ujung dunia sekali pun.

Jagat melakukan percobaan pertama dengan menghubungi Lintang lewat ponselnya terlebih dahulu, namun nihil. Cewek itu mematikan ponselnya, bagus. Kemarahan Jagat semakin menguat.

"Dimana! Dimana!" Langkah kaki Jagat berderap tergesa menuju lantai dua kamar Lintang berada, hal yang dia lihat pertama kali adalah ranjang Lintang yang rapi seolah belum tersentuh Lintang barang sedikit pun dan yang kedua, lemari milik Lintang---semua baju dan seisinya tinggal setengah.

Hal itu lantas menjawab rasa penasaran Jagat.

Lintang kabur.

Maap ya guys ngaret bgt, aku niatnya mau slow-up aja sesuai ide sama keniatanku. Btw part ini dibuat dikitan aja gak nyampe seribu jadi wajar kalo kurang puas.

Vote jangan lupa komennya diutamakan si. Ayo ramein guys biar semangat akunya.

Siap buat part selanjutnya?

Jagat LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang