Seven

226 38 5
                                    

Tadinya Lintang mau pura-pura sok sibuk, supaya bisa mengulur waktu untuk datang ke ruangan Jagat. Kenyataannya sekarang, Lintang malah dibuat buru-buru oleh perasaannya yang masih saja takut membuat Jagat menunggu. Iya Lintang ini udah jelas menye-menye  banget.

Pintu ruangan Jagat udah ada di depan mata, tinggal mengetuk lalu langsung masuk aja, seandainya Lintang berani. Tapi nyatanya Lintang malah mematung bak patung.

Beberapa menit berkelut pada keraguan, Lintang berniat kabur.

"Ntang."

Jagat menegur seolah tau kebimbangan Lintang, pupus sudah harapannya. Pintu yang sengaja disisakan celahnya membuat Lintang dapat mengintip kalau Jagat di dalam sedang memunggunginya.

"Aku masuk." Segera Lintang melangkah lebih dalam, Lintang sudah mendapatkan izin 'kan.

Lintang mendadak diliputi kewaspadaan, harusnya tidak apa menunggu lebih lama di luar, normal saja jika reaksi Lintang sedikit berlebihan, pasalnya melihat Jagat yang tadinya biasa-biasa saja maksudnya menggunakan kemeja sebagai mana mestinya, sekarang laki-laki itu malah ketauan lagi buka-bukaan ... u know  bertelanjang dada, seolah sengaja memamerkan otot bisep dan perutnya yang benar-benar terbentuk sempurna. Warna kulit yang pada dasarnya kuning langsat membuat Jagat terlihat begitu menggoda, belum lagi tinggi badan 175-nya ... Jagat itu selalu membuat Lintang harus mendongak tinggi-tinggi dulu baru bisa saling bertatapan.

Laki-laki itu berbalik, air muka tegas langsung berubah menjadi sayu, melihat Lintang terang-terangan terpesona pada tubuhnya. Kalau boleh Jagat ingin memakan Lintang hidup-hidup, Lintang sadar tidak sih kalau dia paket komplit sudah cantik imut lagi.

Ah gemasnya

"Menikmati apa yang kamu lihat." Tersenyum jahil, Jagat menggigit bibirnya berusaha menahan gejolak yang ada.

Lagi-lagi Lintang harus meneguk ludahnya alot, melihat ciptaan tuhan yang sering kali bisa menggoyahkan imannya.

"Eh." Lintang tersentak, diam-diam Jagat sudah ada di depannya. Atau mungkin Lintang yang terlalu menikmati fantasinya sampai tidak sadarkan diri, duh.

"I miss u too." Jagat sengaja menunduk, berbisik lirih disana, menyalurkan kengerian yang langsung bisa Lintang rasakan. Merinding rasanya jika jarak Jagat sedekat ini, bukan takut, tapi ada hal lain ... sesuatu yang menggelitik dan familiar.

Entah sejak kapan, tangan besar itu sudah merengkuh Lintang sampai membuatnya memeluk Jagat. Ini tidak sengaja, Lintang terlalu terbawa susasana, namun entah kenapa Lintang mulai dapat kenyamanannya disana.

Jagat menghirup rakus aroma Lintang, seperti permen kapas, bau Lintang terlalu manis dan sangat sulit untuk dilupakan.

Sebentar saja, biarkan seperti ini dulu. Sadar atau tidak, mereka merasa seperti kembali ke rumah masing-masing.

⛤⛤⛤

Canggung, mungkin hanya Lintang yang merasakan buktinya Jagat kelihatan nyantai aja tuh.

"Masalah tadi anu---

Lintang gatal ingin mengutarakan, tapi perkataannya malah menggantung di udara saat Jagat memusatkan netranya pada Lintang.

"Ngga ada masalah, aku anggap semuanya udah selesai." Putus Jagat, menghancurkan ekspektasi Lintang. Dikira bakal baik-baik aja apa setelah ini, emoh!  Lintang tidak semudah itu buat dibodoh-bodohi lagi.

"Langsung aja ke intinya, apa pekerjaan yang mau kamu kasih." Kembali ke mode profesional, Lintang memperbaiki posisi duduknya supaya agak tegak.

Sebelah sudut bibir Jagat terangkat, geli melihat tingkah gadis itu. Sejauh ini hanya kepura-puraan yang Lintang perlihatkan, menutupi sifat manja dan ketergantungannya. Jagat jadi merasa tertantang.

"Kamu pintar, ngga seharusnya kemampuanmu cuman jadi pelayan cafe. Aku mau kamu jadi sekertaris sekaligus bendahara disini, mudah kan. Seorang Lintang ngga mungkin menolak." Tersenyum remeh, Jagat sengaja memancing Lintang.

"Oke." Tanpa banyak berpikir, Lintang menyanggupinya. Tujuan Lintang cuman satu yaitu, segera pergi dari ruangan Jagat.

Siapa yang tahu, bahwa Jagat sengaja memposisikan Lintang supaya bisa lebih dekat dengannya. Satu per satu rencana Jagat bisa terealisasikan, berterimakasih pada dirinya sendiri yang selalu bisa mengendalikan situasi.

"Wow ngga nyangka aku ketemu kamu disini." Bimo mencolek lengan Lintang yang berdiri di depannya.

Walaupun Lintang sudah mendapatkan tugas lain, Jagat sepakat dengan keputusan Lintang, khusus hari ini saja, biarkan dia menyelesaikan tugasnya sebagai pelayan.

"Sengaja atau gimana, soalnya dimana-mana kita ketemu mulu kayaknya, ya." Lintang bercanda soal perkataannya, namun reaksi Bimo terlalu serius.

"Eh, sorry ngga ada maksud kok. Kalo kamu risih aku bisa pergi."

Tertawa, Lintang menahan Bimo yang ingin meninggalkan mejanya.

"Duh tolong ya, becanda doang ini mah. Wes, mau pesen apa mas Bimo." Logat Lintang yang sengaja dimedok-medokin itu sukses membuat Bimo tertawa juga.

"Ya ampun, Lin. Apa aja yang enak terus nyegerin, panas banget soalnya disini."

Lintang kepikiran buat menuliskan minuman dan makanan yang paling best seller disini, selesai mencatat, Lintang bergegas berjalan masuk ke area dapur, meninggalkan Bimo yang diam-diam menatap kagum gadis didepannya.

"Lancang."

⛤⛤⛤

"Ntang!"

"Ngga makasih, aku udah di jemput Kei."

Lintang melangkah lebih cepat, sengaja dia  meninggalkan Jagat, dari tadi loh laki-laki itu tidak berhenti memaksa Lintang untuk pulang bersama. Lintang masih marah ya, bisa-bisanya Jagat mengusir Bimo, padahal kan dia pembeli, pembeli adalah raja ... Bimo bahkan belum sempat mencicipi makanan dan minuman yang akan Lintang sajikan.

"Stop! bener-bener ya kamu."

Lintang makin di buat marah saat Jagat tidak berhenti untuk membuntutinya. Motor Kei sudah terparkir di depan sana, cowok itu sampai mengernyit memperhatikan Lintang dan Jagat yang sepertinya sedang cek-cok. Sebelum makin parah, Kei cepat-cepat menghampiri kedua insan yang sudah seperti tom dan jerry itu.

"Lintang, ayo pulang. Nenek udah nungguin di rumah." Tanpa mengurangi rasa sopan santun, Kei berusaha menggangguk pada Jagat sebagai bentuk sapaan.

Diam dan memperhatikan Kei kental dengan aura permusuhan, Jagat jelas tidak suka dengan kedatangan cowok itu.

"Lintang balik sama gue," tegas, Jagat menarik Lintang untuk berada di sisinya.

Tertawa sumbang, Kei dapat dengan jelas melihat kecemburuan di mata Jagat.

Kei melempar tatapannya pada Lintang, sepupunya itu kelihatan bingung. "Oke, kalo sampai Lintang kenapa-kenapa, lo orang pertama yang bakal gue cari."

Apa-apaan, Lintang tidak menyangka Kei akan melepaskannya begitu saja. Tanpa izin, Kei pergi meninggalkan Lintang.

Menyesal, batin Lintang berteriak keras.

Lintang pasrah saat tubuhnya dipaksa masuk ke dalam mobil Jagat, percuma menolak, Lintang tidak mau banyak drama.

"Langsung pulang," putus Lintang.

Cemberut dengan bibir yang maju dan pipi yang menggembung lucu, kali ini Jagat sudah tidak tahan lagi.

Srett

Astaga Lintang, batin laki-laki itu, mengagumi ciptaan tuhan paling cantik.

Bak patung, Lintang speechless. Semula dia tidak menyadarinya, tapi saat kecupan itu berubah menjadi kuluman yang basah dan sedikit kasar, Lintang baru sadar Jagat sedang menciumnya!

Mumpung udah ngga puasa jadi berani bikin anuan eh :') mulai nih
Yakin nih yg suka sama Jagat Lintang segini doang? Bantu Vote dan Komen ya biar aku semangat buat up, aku liat banyak yg baca tapi diem bae ngga muncul di vote sama kolom komentar, sedih bgt :')

follow juga ya akun wattapdku  for more information its_tiakk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jagat LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang