Six

215 34 0
                                    

Berbukalah dengan Jagat Lintang 😘, jangan lupa bantu vote dan komen juga ya. Follow sekalian untuk informasi lebih lanjut. Terima kasih.

Selamat membaca.

Setelah ini, Jagat akan sangat berterimakasih pada Mamanya. Siapa sangka Jagat bisa bertemu kembali dengan Lintang yang ternyata bekerja di resort ini, asli tanpa setting. Tapi sangat disayangkan, Lintang harus mengalami insiden tersiram minuman yang dibawakan salah satu karyawan disini. Tidak becus, apa Jagat pecat saja laki-laki tadi. Siapa namanya, ah biar Jagat tandai.

Yang terpenting sekarang adalah keadaan Lintang, gadis itu duduk manis membuat Jagat sempat berpikir Lintangnya telah kembali.

"Ngga, ngga usah, aku bisa sendiri."

Gerakan tangan Jagat terhenti saat usahanya membantu Lintang membersihan bekas cipratan minuman yang ada di kedua tangan sampai lengannya, malah diprotes. Baju Lintang sudah diganti sebelumnya, tidak lagi mengenakan seragam melainkan kemeja biasa, yang sebelumnya Lintang pakai dari rumah.

Ada rasa kecewa saat terang-terangan Lintang menolak Jagat.

"Kalo punya masalah itu dibicarakan jangan malah kesal sendiri."

Jagat melempar tatapan tidak sukanya pada Lintang, gadis itu sedari tadi memilih tuk menghindar, kalau boleh jujur netra Jagat adalah kelemahan Lintang, Lintang takut juga benci merasa terintimidasi.

"Lebih baik aku balik kerja," putus Lintang.

Menghindar lagi, Jagat tersenyum miring, sebelah tangannya sengaja menekan bahu Lintang saat gadis itu hendak beranjak dari duduknya . Ngomong-ngomong kini keduanya berada di ruang Manajer, ruang bebas milik Jagat.

"Ngga bisa, kamu pikir dengan menghindar masalah kita bakal cepet selesai. Berhenti bersikap kaya anak kecil, kamu udah dewasa Ntang." Jagat tidak berniat menyulut emosi, dia hanya ingin Lintangnya kembali mendengarkan semua kata-katanya, sisi dominannya merasa tidak terima jika terus diabaikan seperti ini.

"Aku?" Mulanya Lintang takut, tapi setelah mendengarkan omelan Jagat yang seolah-olah terus menyalahkan Lintang, membuat dia marah juga.

"Kenapa jadi aku, denger ya laki-laki dewasa, sadar kalo selama ini kamu tuh egois! Selalu mau menang sendiri, ngga mau dengerin pendapat orang lain. Tingkah kamu yang kaya gini tuh bikin aku muak! Jangankan aku orang disekitar kamu aja milih menghindar." Dada Lintang naik turun setelah mengatakan itu, ada rasa lega juga khawatir. Jagat tidak mengatakan apapun, laki-laki itu malah terus menatap Lintang.

5 menit berlalu, Lintang bersiap melangkah pergi tapi perkataan Jagat selanjutnya mampu membuat Lintang sedih sampai mengiris hati.

"Tau kalo aku cuman ketergantungan sama kamu, kamu manfaatin itu semua dengan cara pergi ninggalin aku. Kamu bebas anggap aku jadi tokoh antagonisnya disini, tapi mau sejauh apapun kamu pergi aku bakal tetep cari. Karena apa?" Jagat lurus menatap Lintang, sengaja laki-laki menggantungkan kalimatnya demi bisa melihat ekspresi Lintang saat ini---gusar.

"Aku membutuhkan kamu, aku ngga pernah minta apapun selain kamu tetap sama aku, jangan pernah pergi apalagi tanpa pamit. Gimana kalo itu terjadi sama aku, apa kamu bakal khawatir, sakit hati dan cariin aku juga?"

⛤⛤⛤

Suasana hati Lintang campur aduk, persis seperti nasi uduk yang dia biarkan sampai dingin didepannya, Jagat memang selalu peduli pada perasaan Lintang, jadi dia diizinkan untuk pulang duluan. Kebetulan karena Lintang juga tidak bisa berlama-lama saat Jagat juga ada disana. Rasanya masih serba salah.

"Selesai interview kah?" Kei menghampiri Lintang,  tangannya tersodor memberikan satu susu kotak yang sengaja dia bawa dua, Lintang tersenyum... Kei pengertian banget.

"Makasih. Sebenernya udah kerja tapi dibolehin pulang duluan."

Melongo tidak percaya, Kei menyenggol Lintang cukup kuat. Duh Lintang meringis sakit lengannya disenggol babon.

"Gila sat-set banget, gimana kalo sambil kuliah jadi bisa kekejar itu dua-duanya."

"Masih aku pikirin," jawab Lintang seadanya. Entahlah seolah Lintang kehilangan selera untuk melakukan hal yang dia sukai.

"Ada yang mau kamu ceritain?" Ekspresi tidak pernah bohong, apalagi melihat Lintang yang sudah seperti buku terbuka, jelas sekali sepupunya sedang ada problem.

"Kamu tau, Jagat disini. Yang bikin jantungan lagi dia jadi manajer tempat aku kerja."

Tidak heran, dari awal Kei udah menduga itu.

"Ikuti kata hati kamu, kalau kehadiran dia bikin kamu terpengaruh itu tandanya kamu feel something . Ngga mungkin kan udah sejauh ini hubungan kalian cuman teman, kamu butuh lebih dari itu makanya kemarin kamu putusin buat pergi, buat dapetin attention  'kan."

Sial, Lintang menunduk ketahuan juga. Daripada kesal dan marah kemarin, Lintang ternyata lebih suka Jagat khawatir, emosi dan juga sedih karena Lintang tinggal pergi.

"Dasar ngga waras, kalian tuh toxic relationship, sedangkan kamu masokisnya," sindir Kei, melihat Lintang tiba-tiba senyum tidak jelas.

Terlalu sibuk mengurusi ini dan itu, Jagat kelalahan lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Dari pagi sampai malam hari baru laki-laki itu bisa pulang. Banyak sekali kecurangan di resort, Jagat berniat untuk mengadukan kinerja tangan kanan mamanya dan menyuruh beliau untuk memecatnya, setelah ini biar jagat yang urus semuanya, toh lumayan juga dengan bekerja Jagat bisa dekat lagi dengan Lintang.

Ngomong-ngomong hampir saja, Lintang luluh dengan perkataannya. Sepertinya rencananya membuat Lintang dekat kembali akan berjalan lancar, setidaknya biarkan Jagat mengontrol hati dan pikiran Lintang dan selanjutnya tidak ada pilihan lain selain Lintang menyerah duluan pada perasaannya. Jagat tau, Lintang sudah mencintainya.

Dering ponsel membuat Jagat teralihkan dari pikirannya, melihat si penelepon Jagat tidak berniat untuk mengabaikannya, kali ini Jagat harus bersikap sopan dan tau terima kasih karena berkat beliau laki-laki itu bisa bertemu Lintang.

"Ya, hallo ma...

⛤⛤⛤

Lintang menatap ragu bangunan resort megah di depannya, memutuskan pikirannya untuk mengambil alih akhirnya Lintang melangkah masuk juga. Berulang kali Lintang ingatkan pada dirinya sendiri untuk bersikap profesional, masa bodoh dengan Jagat, bukannya keduanya ditugaskan untuk sama-sama bekerja.

"Hei, berangkat lebih awal." Wanita dengan surai ikalnya menyambut kedatangan Lintang, Juni salah satu karyawan terlawas disini, dia baik juga cantik, auranya sangat tegas juga mandiri, tipikal alpha woman sekali.

"Sengaja mbak, aku kebelakang dulu ya mbak mau langsung siap-siap." Lintang sengaja menunduk, salah satu sikap yang harus dia lakukan pada orang yang lebih tua.

Di belakang ternyata masih sepi, benar apa kata Juni Lintang terlalu awal datang kemari. Menghembuskan napasnya, Lintang mulai berbenah mengganti kemejanya dengan seragam khusus karyawan.

"Apa kamu pikir disini ruang ganti, sengaja mau mempertontonkan tubuh kamu ke karyawan lain gitu."

Duh jantung Lintang kembali dibuat marathonan saat suara yang tak lagi asing menegurnya dari belakang. Refleks, Lintang menutupi tubuh bagian depannya dengan kemeja, meskipun percuma belakang tubuhnya masih terekspos juga, Lintang belum sempat selesai berganti pakaian ya tolong!

"Ma-maaf."

Jagat berdecih, sempat emosi namun melihat Lintang yang tak kunjung berpakaian membuat Jagat gemas juga. Gemas ingin memakaikannya.

"Cepat pakai! Aku tunggu di ruang manajer. Ada hal yang mau aku omongin. Ini soal pekerjaan."

Jagat LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang