🐦27🐦

17.9K 2.2K 23
                                    

🐦🐦🐦

Darah memenuhi baju David, cowok itu terlihat menyedihkan. Rambutnya yang acak acakan, mata sembab yang sembab menatap pintu ruangan Oprasi kosong.

Setelah di periksa Dokter, Melysa kehabisan darah. Kemungkinan kecil Melysa akan selamat. Dan membuat David terpuruk.

Pemuda itu tidak sendirian, disana ada Daizy, Keysa, Zul, dan Delvian.

Keysa duduk disamping Delvian dan bersandar di bahu kekasihnya. "Adik aku pasti kuat kan?" Tanya lirih Keysa. Delvian tidak menjawab ia mengelus rambut Keysa.

"Berdoa aja okeh?"

Daizy memutar tubuh David untuk menghadap ke arahnya. "David." Panggil Daizy dengan lembut, tapi kembarannya itu tidak menjawab. Hanya menatap kosong Daizy.

"Dav-"

"Cukup Riana aja Zy, jangan mereka." Ujar lirih David, hanya terdengar oleh Daizy. Matanya yang merah dan berair itu sekarang menatap Daizy dengan sedih.

Membuat Daizy ikutan sedih, ia memeluk David dan menepuk punggungnya. "Nangis aja gak papa, jangan di tahan." Ucap Gadis itu. Dan ya setelah Daizy berucap begitu, David menangis.

Zul menghampiri kedua saudara kembar itu, ia menepuk bahu sahabatnya itu untuk menguatkan sahabatnya itu. Zul tau apa yang dirasakan Pemuda itu. Saat David bercerita tentang Melysa, David sangat antusias sekali memberitaukan ia di terima Melysa atas lamarannya.

David benar benar menyanyangi Melysa, ia rela masa sekolahnya di rumah untuk menemani Melysa setelah menikah nanti.

Kevin, orang itu setelah merenggut mahkota Melysa, ia juga merenggut kehidupan Melysa dan Anaknya sendiri.

"Gue hancur Zy, gue sangat sangat hancur." Racau David.

Daizy mengajak David duduk, dan pemuda itu menurut saja. Zul memberikan minum ke David, dan di terima juga.

"Lo kuat, dia juga kuat."

🐦🐦🐦

Sedangkan Arjuna, Gevan, dan Fero berada di UGD, menunggu dokter yang menangani Kevin.

Kevin, ia tidak terjatuh dari rooftop karena Arjuna menariknya, dan luka tusukannya tidak dalam. Dokter bilang hanya di jahit saja.

Fero menyadar di dinding rumah sakit, sedangkan Gevan dan Arjuna duduk di kursi.

"Gimana?" Tanya Gevan kepada Arjuna. Pemuda bermata sipit itu hanya menghela nafas.

"Gue-"

Ucapan Arjuna tertahan karena ada suara langkah larian kecil dari ujung koridor rumah sakit. Jantung Arjuna mencolos saat melihat orang ia cari cari selama ini.

Fero menegakkan tubuh,lalu berjalan kearah orang itu untuk memastikan. "Rere?" Ujar Fero ragu.

Gadis itu menoleh, ia melotot kecil. Rere terkejut saat melihat kakak kelasnya ah sama mantanya. Tapi ia merubah mimik wajahnya datar.

"Gue udah disini, jadi kalian bisa pergi." Ujar Rere datar.

Fero dan Gevan memdelik tidak suka, Fero lah yang menghubungi Rere. Arjuna diam saja.

"Oh iya mak-"

"Abang lo nusuk adek gue." Potong Arjuna dengan cepat, gadis itu tertegun.

"Jadi sebelum lo berterimakasih, kayanya lo harus mohon mohon agar pembunuh itu masuk penjara." Lanjut Cowok itu.

Tapi tidak ada perubahan dari mimik Rere, ia menatap ubin Rumah sakit.Arjuna mengenyit, gadisnya...eh emang Rere masih punya Arjuna?

Maksudnya gadis itu kenapa banyak sekali luka lembab di tangan, kaki, dan sudut bibirnya membiru.

DAIZY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang