#𝟎𝟎.𝟎𝟑 𝐜𝐥𝐨𝐬𝐞𝐫
Ada punggung yang selalu ia lihat dari belakang, rambut pirang pucat dengan potongan di atas bahu serta kedua sisi rambut yang dihias kepang membuatnya cukup unik dilihat namun juga terlihat cocon disaat yang bersamaan.
Bagaimana bisa? Pemuda yang baru ia temui dua hari lali sangat mudah menarik perhatiannya, ini hal yang aneh untuk ia cegah.
Sangat menggelitik kala ia pernah berjanji untuk menjauhi hal atas nama cinta, namun hatinya selalu bercanda.
"Kita sudah sampai." Albedo menoleh kecil, "Ada apa? Kau sakit?" Tangannya terulur menyentuh dahi gadis itu dengan punggung tangannya.
Ah sial, bahkan hanya dengan perlakuan seperti ini [Name] sudah mencapai batasnya.
"Mukamu tambah merah." Ia tidak bisa melihat mata biru cerah itu lebih lama yang lantas membuatnya membuang muka, "Aku baik-baik saja."
Albedo tersenyum, "Syukurlah kalau kau baik-baik saja."
Setelah mengisi saldo pada kartu gim, [Name] menarik pergelangan tangan pemuda tersebut membawanya pada mesin permainan tembak menembak, sedikit terkejut dengan tindakan yang tiba-tiba namun Albedo hanya mengikuti perempuan ini membawanya. "Ayo main ini!" Katanya dengan menunjuk.
"Baiklah."
Albedo memperhatikan semuanya, hal-hal kecil hingga di mana gadis ini tersenyum hanya karena dirinya berhasil memasukkan bola basket sungguh membuatnya selalu terdiam.
Seperti sebuah matahari yang terbit atau tenggelam rasanya pemandangan itu terlalu berarti baginya, benar—sama seperti sekarang.
Entah kenapa Albedo ingin mengambil satu keping kenangan hari ini.
"Ini tempat pemberhentianku, terima kasih atas waktunya Al."
Bulan sudah di atas langit, gemerlap bintang turut ikut meriahkan hitam yang kian menggelap. Albedo menoleh pada perempuan yang sekarang tengah duduk pada kursi tunggu, memperhatikan dirinya yang menatap jalanan dengan surainya dimandikan lampu halte.
"Albedo? Kau tidak pulang?"
Bukannya menjawab, pemuda itu ikut duduk di samping gadis tersebut. "Aku akan menemanimu sampai bis datang." Katanya yang mana membuat [Name] mengembangkan sebuah senyum.
Albedo tidak ingin melihatnya, ia pikir jika dia melihatnya mungkin dunia miliknya seolah berhenti saat itu juga.
"Kau sangat baik Albedo, apa kau selalu begini dengan semua orang?"
"Bukankah manusia memang harus seperti itu?"
"Ah..kau benar."
Genap dua menit mereka terdiam, hingga satu pertanyaan terlintas pada benak gadis itu. Ragunya menyelinap dengan cepat, bagaimana jika...pertanyaannya mengundang rasa sakit?
"Al—"
"Apa kau menyukaiku?"
Ia terdiam. Bibirnya sontak bungkam, angin malam terbangkan surai mereka. Dia di sana, memandang ke dalam matanya meminta jawaban dari pertanyaan yang sempat terlontar.
"Iyah, apa itu masalah untukmu?"
"Kenapa kau menyukaiku?"
"Apa menyukai seseorang butuh alasan?" Albedo bergeming, "Tapi kau tahu kan kalau aku tidak menyukaimu." Lanjutnya dengan jelas.
[Name] tertawa, "Aw! Kau menyakiti hatiku," balas gadis itu sambil mengelus dadanya.
"Maksudmu jantung?"
"Iyah iyah jantung."
Albedo terkekeh kecil, hingga gadis tersebut membuka kembali suaranya. "Tapi Al, aku tidak akan menyerah kau tahu itu 'kan? Bahkan jika kau terus-terusan menolakku, aku akan membuatmu jatuh cinta."
Perkataannya terdengar klise di telinga Albedo, namun entah kenapa pemuda itu malah menantikan sebuah perasaan tersebut.
*
Sepuluh persepuluh ia total jatuh cinta, tindakan manis tanpa kesengajaan yang dilayangkan oleh pemuda itu buat harinya berwarna, bagaimana tidak? Albedo benar-benar sebuah manusia yang pantas disematkan label sempurna, jika boleh dibilang lelaki manapun akan kalah dengan pemuda tersebut.
Terlalu hiperbola? Memang benar.
Ia tidak bisa berhenti untuk tersenyum kala ingat kemarin senja setelah waktunya ia habiskan untuk mengenal pemuda tersebut, Amber hanya menatap bingung sahabatnya yang memandang pada papan tulis dengan betahnya, sampai Sora yang mencolek pipi [Name] yang buyarkan lamunannya.
"Berhenti tersenyum seperti itu, kau menakuti Amber." Hotaru yang tengah mengunjungi kelas kakaknya hanya mencubit ringan lengan kembarannya, "Jangan mengganggunya baka! Dia sedang jatuh cinta jadi biarkan saja," Sora menggerutu sambil mengusap lengannya.
"Jadi kau benar-benar pergi dengan Albedo huh?"
"Ehh?! Jadi Albedo menerima tawaranmu soal arcade itu?!" Amber tak menahan rasa senangnya, "Kudengar dari siswi lain Albedo tidak pernah tertarik dengan perempuan." Sora menoleh pada adiknya, "Kau serius?"
"Baka Onii-chan, dia itu sahabatmu kenapa kau tidak menanyai kebenarannya saja?"
"Setauku Albedo memang orang yang tak pernah menjalani suatu hubungan seperti itu sih," Amber mengutarakan pemikirannya.
"Kesempatan bagus untukmu [Name], kalau berhasil membuat Albedo jatuh cinta kau adalah orang pertama yang disebut spesial bukan?" Hotaru dan Amber mengangguk setuju dengan pernyataan Sora yang berkata demikian.
"Demo nee, sepertinya kau harus cukup sabar menunggu Albedo seperti itu."
"Tenang saja kalau kau tidak bisa mendapatkan hati Albedo, kau bisa mendekati Chongyun dia pemuda yang manis!" Hotaru menyemangati, "Aku lebih suka dia dengan Xingqiu, walaupun gayanya terlihat seperti itu dalamnya pasti pemuda sejati!"
Hotaru mendelik pada kakaknya, "Chongyun lebih baik."
Sora menggeleng, "Tidak, Xingqiu lebih baik."
Amber memperhatikan pertikaian si kembar sambil mengetuk meja miliknya, "Kurasa Diluc sensei lebih cocok denganku."
"Hah?!"
[Name] terkekeh saat melihat tiga wajah yang terkejut menatapnya, "Kenapa? Tidak ada masalahnya kan?"
"Otakmu terbentur? Oke lebih baik kau dengan Albedo saja, walaupun memang Diluc sensei tampan dan kaya tapi aku tetap menyarankanmu memilih Albedo." Si kembar mengangguk, membenarkan perkataan Amber.
"Hotaru kau harus ke kelasmu."
"Hm baiklah, sampai jumpa saat istirahat semuanya!"
Dua gadis itu melambaikan tangannya, sementara Sora hanya mengangguk. "Soreyori, Albedo kenapa belum masuk kelas?"
"Sakit," Sora menjawab pertanyaan [Name] dengan memperlihatkan pesan singkat pada poselnya, di mana nama kontak Albedo tertera di sana. "Sora, berikan nomor Albedo padaku."
"Tidak mau, bagaimana kalau Albedo marah padaku?"
"Tidak akan."
"Tidak aku tidak bisa—"
"Ramen satu minggu."
Sora terdiam, Amber hanya terkekeh. "Deal."
"Berikan aku alamatnya juga Sora."
Perempuan berambut coklat panjang menoleh pada sahabatnya, "Kau mau pergi ke rumahnya?"
"Iyah, sepulang sekolah."
"Kenapa kau tidak bertanya saja pada Albedo? Aku hanya tidak enak jika memberikan alamat—"
"Padahal aku punya nomor kak Keqing."
"Oke."
[Name] tersenyum sementara Amber hanya menggelengkan kepalanya, "Sudah tahu bakalan di tolak tetap saja mengejar."
Sora dan [Name] terdiam baru menyadari bahwa nasib mereka sama, "Yang penting usaha."
Sora mengangguk, "Setuju."[]

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐘𝐄𝐒 𝐨𝐫 𝐘𝐄𝐒
Fanfiction˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒂𝒍𝒃𝒆𝒅𝒐 𝒌𝒓𝒆𝒊𝒅𝒆𝒑𝒓𝒊𝒏𝒛 ↳completed. ❝simpelnya hanya berkata 'ya' dan kau sudah menjadi milikku.❞ ©𝐮𝐤𝐢𝐲𝐨. 𝐄𝐬𝐭 : 2021/09/22 ©𝖬𝖾𝖽𝗂𝖺/𝖿𝖺𝗇𝖺𝗋𝗍𝗌 𝖿𝗈𝗋 𝖼𝗈𝗏𝖾𝗋 𝗎𝗌𝖾𝖽 𝗁𝖾𝗋�...