#𝟎𝟎.𝟎𝟒

993 207 25
                                    

#𝟎𝟎.𝟎𝟒 𝐜𝐚𝐫𝐞 𝐟𝐨𝐫 𝐲𝐨𝐮

Ia sudah berdiri tepat di depan pagar, tangannya berkeringat bahkan kini pikirannya sudah berusaha tidak menjejakkan kaki kemari. Namun tangannya bertindak lain, dengan cepat bel rumah dibunyikan.

Hingga suara pintu yang terbuka kencang membuat gadis itu terjengit, tampakkan gadis kecil berlari dengan wajah menangis. "Bisakah Nee-chan membantuku? Albedo onii-chan terjatuh tiba-tiba. Klee takut Albedo Onii-chan terluka, tolong Klee onegai!" Katanya sambil membuka gerbang itu.

"Jangan khawatir Albedo akan baik-baik saja," gadis kecil tersebut mengangguk sambil mengekor, mata [e/c] langsung melihat figur yang tergeletak di lantai dingin, kaki sontak bergegas hampiri pemuda blonde itu dengan sirat wajah khawatir jelas. "Albedo? Albedo kau bisa mendengarku?"

"Albedo Onii-chan bangun!"

[Name] menaruh telapak tangannya pada kening Albedo, manik mata cerah sang pemilik terbuka, wajah gadis yang sering kali mengikutinya kini tengah berada tepat di hadapan. "[Last name] kenapa—"

"Kau demam Al." Katanya menyingkirkan telapak tangan miliknya, dengan sedikit bersusah payah membantu Albedo berdiri dengan gadis itu membantu menopang tubuh tinggi pemuda tersebut, "Bisa kau antarkan aku ke kamar Albedo?" Tanyanya pada bocah dengan netra merah itu, "Uhm!"

Semerbak aroma manis menguar penuhi oksigennya, Albedo hilang akal hanya karena sebuah raksi yang melekat, membutuhkan lebih ia mendekat pada sumber yang sebabkan pikirannya mencapai ubun-ubun. [Name] sontak berhenti di tempat, matanya melebar karena rasakan nafas panas pada ceruk lehernya, "Aku menyukai harummu." Suara pemuda itu bergumam kecil.

Sang wanodya terkekeh, kembali membopong tubuh Albedo menuju kamarnya. "Aku tidak tahu kalau kau sedang sakit seperti ini, kau terlihat seperti orang mabuk."

*

Ia memperhatikan wajah Albedo yang terlelap, setelah berusaha membaringkannya pada ranjang milik pemuda tersebut. "Nee-chan, apa Albedo Onii-chan baik-baik saja? Klee sangat khawatir."

Gadis itu menoleh untuk menatap bocah yang berdiri di samping kanannya, lantas merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan tinggi anak itu. "Albedo akan baik-baik saja, Klee tidak perlu khawatir hm?"

"Demo, kalau Albedo Onii-chan sakit siapa yang akan bermain dengan Klee?" Mata merahnya berkaca-kaca, hal ini membuat [Name] merasa gemas. Ia mengusap surai bocah itu sambil tersenyum, "Tenang saja kakak akan bermain dengan Klee, tapi Klee tunggu di sini sebentar oke?"

"Um wakatta!"

Setelah sedikit mengacak surai blonde milik bocah itu, gadis remaja tersebut beranjak tak lama setelahnya.

Manik biru cerahnya terbuka sebab rasakan presensi di sisi kanannya, "Klee kau akan tertular demamku kalau seperti ini."

"Aku tidak ingin jauh dari Albedo Onii-chan." Albedo menghela napas panjang lantas membuangnya, mengerti terkadang Klee sangat keras kepala untuk sekedar menurutinya.

Alhasil Albedo membiarkan tubuh anak itu berada di atasnya dengan tangan yang menepuk lembut punggung kecil tersebut, netra cerah Albedo mengerjap  sebelum kembali tertidur.

Memasuki kamar Albedo sambil berhati-hati membawa nampan, [Name] bergeming sesaat sebab pemandangan di depannya patut untuk diabadikan. Meletakkan nampan pada meja belajar dengan hati-hati, tanpa keraguan gadis itu membuka kamera pada ponselnya.

Lantas tersenyum dengan hasil jepretannya, "Apa kau tahu? Mengambil foto tanpa sepengetahuan orang itu melanggar privasi."

"Ketahuan ya?"

"Itu pertanyaan retoris."

Gadis tersebut terkekeh sebelum menghampiri Albedo, "Bisakah kau membawa Klee ke kamarnya?" Gumam Albedo lirih tak ingin membangunkan bocah yang tertidur pulas di atas tubuhnya.

Dengan hati-hati gadis tersebut mengangkat Klee lantas menggendongnya, "Kamarnya di samping kamarku."

Tersenyum kecil melihat Klee yang memposisikan dirinya nyaman dalam gendongan gadis itu lantas Albedo menatap punggung gadis itu yang menghilang di balik pintu. Matanya mengerling pada nampan yang terletak di atas meja belajar, berpikir sejanak hingga atensinya beralih pada pintu yang sudah nampakkan kembali presensi gadis yang tak pernah Albedo tahu jalan pikirnya.

"Maaf merepotkanmu."

"Tidak perlu meminta maaf, lagi pula aku sendiri yang meminta. Klee sangat menggemaskan, aku bisa saja membawanya kabur darimu," Menyandarkan punggung pada kepala ranjang, netra cerah miliknya tak lepas dari gerak-gerik gadis yang sekarang menghampirinya dengan membawa nampan. "Dia selalu akrab dengan siapapun, aku takut kalau Klee bisa saja dibawa pergi oleh seseorang karena kepolosannya."

"Souka, kau benar-benar seorang kakak yang hebat Al." Katanya dengan menyodorkan hasil masakannya pada Albedo, "Makanlah, atau...mau kusuapi?"

Albedo tak menanggapi, mengerti bahwa gadis itu hanya menggodanya seperti biasa namun juga Albedo tahu bahwa gadis tersebut ingin membantunya.

"Tidak terima kasih."

"Al kau tidak seru." Ujar [Name] mencebik.

Ia terkekeh sebelum menyendokkan satu suap bubur, [Name] memperhatikan dengan lamat-lamat bagaimana pemuda itu yang pelan meniup kepulan asap dari bubur yang dibuatnya.

"Enak? Tidak enak? Katakan padaku." Pemilik surai blonde menoleh, sementara gadis itu sontak bergeming saat sendok yang dipegang Albedo berada tepat di depan bibirnya. "Buka mulutmu."

Gadis itu menurutinya, "Bagaimana menurutmu? Kupikir ini sudah pas, tapi kalau kau sendiri yang mencicipi rasanya, aku tidak perlu mengatakannya kan?"

Dalam keheningan yang dibuat oleh dua orang tersebut, Albedo mendapati dia yang tak menanggapi pertanyaannya. Netra biru cerah lantas mengalihkan pandangannya, pipi merah muda bak buah plum matang menyita atensinya. Tanpa sadar ia menarik sudut bibirnya, "[Last name]."

"Hm?"

Dua mata bertemu, tubuh mungil kaku seketika karena tangan pemuda itu yang ingin menjangkau wajahnya, hingga ia rasakan permukaan hangat ibu jari sentuh labiumnya.

"A-al?"

"Ada sisa nasi di bibirmu." Sungguh klasik, namun sialnya kenapa jantungnya tidak bisa berhenti berdebar.[]

𝐘𝐄𝐒 𝐨𝐫 𝐘𝐄𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang