#𝟎𝟎.𝟎𝟖

965 184 11
                                    

#𝟎𝟎.𝟎𝟖 𝐬𝐨 𝐞𝐱𝐜𝐢𝐭𝐢𝐧𝐠 

Bahkan masih bertanya dalam benaknya, akan semua titik di mana gadis itu jatuh pada pemuda tersebut membuat dirinya terasa tercekik oleh semua tingkah manis yang dilayangkan.

Amber menatap wajah sahabatnya yang terus mengaduk jus jeruk tanpa meminumnya, "[Name] doushita no?"

"Menurutmu...apa Albedo menyukaiku? Aku tidak tahu apa yang ada di benaknya," Amber menghela napas. "Aku tidak bisa menilainya hanya dari satu sisi ceritamu, mungkin setengah iya dan setengah lagi tidak."

Gadis tersebut menyugar surai miliknya, memikirkan Albedo sepertinya sangat menguras energi. Sebab sekian kali berpikir tentangnya, maka [Name] masih tetap tidak menemukan jawaban dari seluruh tingkah pemuda dengan mata indah itu. "Rasanya aku ingin menyerah, tapi tidak mungkin, ini salahmu Amber."

"Kenapa kau menyalahkanku?"

"Karena kau yang pertama memperkenalkanku dengannya."

Amber mencubit kedua pipi sahabatnya gemas, "Oh ya? Kau pikir siapa yang pertama kali jatuh cinta pada Albedo huh?"

"Hai hai, bisakah kau berhenti mencubit pipiku?" Gadis tersebut mengusap kedua pipinya pelan, Amber hanya terkekeh kecil di depannya. "Anone, kupikir kau harus mempertimbangkan perasaan sukamu padanya."

Suasana kantin memang tidak bisa dibilang ramai juga tidak bisa dibilang sepi, namun perkataan perempuan bersurai coklat itu dapat membuat pikirannya langsung dibawa dalam pusaran kebimbangan.

"Aku tahu, hanya saja aku terlalu egois karena menginginkannya."

Tanpa tahu perasaan pemuda itu, apakah ia memiliki hal yang sama atau tidak. Sebenarnya sedari awal ia sudah sadari itu, "Walaupun demikian, aku tetap mendukungmu. Tunjukkan kalau [Full name] dapat membuat sang pangeran bertekuk lutut."

"Hahaha, aku akan berusaha."

*

Sedari pelajaran berlangsung, ia merasakan tatapan yang terus tertuju padanya. Namun kala mata biru cerahnya berbalik menatap netra [e/c] tersebut, Albedo hanya tersenyum kecil sebab si empunya yang dengan cepat memalingkan wajah.

"Doushita Albedo?" Sora bertanya.

"Iie, nandemonai."

Meskipun bibir berkata begitu ia masih meladeni lirikan dari gadis tersebut, hingga mata birunya melihat semburat merah muda yang terlukis pada pipi pucatnya.

Perihal sore itu sepertinya ia benar-benar terbawa suasana, masih mengingat jelas bagaimana karantala gadis jelita mengusap lembut surai miliknya, harum manis yang menguar buat dirinya di bawa pada puncak tinggi rasa nyamannya. Albedo benar-benar terlalu ahmak, namun juga tidak bisa menepis pernyataan bahwa presensi gadis tersebut buatnya merasa akan baik-baik saja. 

"Kudengar festival Tanabata akan segera diselenggarakan," Sora melirik Albedo yang tengah mencatat kalimat dari papan tulis, "Ya, satu bulan dari sekarang. Aku akan mengumumkan hal ini setelah jam pelajaran selesai," ujarnya.

"Souka, kuharap festivalnya akan berjalan lancar karena ini kali pertamamu sebagai ketua osis ditugaskan pada event tahunan," Albedo tersenyum kecil, "Hm aku akan melakukannya dengan baik."

Gadis itu melihat figur yang berdiri di depan kelas dengan tatapan memuja, segala detil kecil dari pemuda itu tak bisa lepas dari pengelihatannya, tutur kata bagaimana dirinya berbicara atau menjelaskan sesuatu serta lirikan mata dengan sirat serius sungguh membuat dirinya hanya bisa bergeming. 

"Kalau begitu kalian bisa berdiskusi untuk menentukan tema atau kegiatan apa yang harus dilakukan pada kelas ini yang terpenting adalah berpartisipasi untuk festival." Albedo berucap lugas, "Semuanya, mohon kerja samanya untuk festival tahun ini." Kalimat yang diucapkan olehnya diakhiri dengan tepuk tangan dari semua murid kelas tersebut, "Karena masih ada  beberapa hal yang harus kuurus, sisanya kuserahkan pada Sora dan Amber sebagai ketua kelas dan wakil ketua kelas ini." 

Setelah berkata demikian Albedo pergi meninggalkan kelas yang ribut, "Baik dari sini aku dan Amber mengambil alih, silahkan mengajukan pendapat kalian."

"Bagaimana dengan pelatihan fisik?" Noelle berbicara, Amber terkekeh namun tetap menuliskan pendapat dari perempuan bersurai silver tersebut. 

"Ano, bagaimana kalau kedai yang menjual Chili brew?" Sora pernah mencicipi minuman yang dibuatkan oleh Barbara, menurutnya hal itu tidak buruk juga, citra rasa pedas namun unik disaat yang bersamaan. 

Bagi [Name] mengeluarkan pendapat adalah hal yang tidak bisa ia lakukan, ia selalu menjadi seseorang yang hanya mengikuti kemana air mengalir saja, "Menurutmu bagaimana [Name]? Hanya kau saja yang belum mengeluarkan pendapatmu."

"Eh aku?"

Amber dan Sora menatap gadis itu dengan anggukan, berpikir sekilas lantas berkata, "Umm bagaimana kalau cosplay?"

Albedo menghela napas lelah, ia melirik jam digital pada layar ponselnya yang menunjukkan notasi angka lima sore. Setelah sedikit rapat dengan pengurus osis yang diselesaikan, pemuda Kreideprinz memijit pelipisnya pening.

"Al?"

Wajahnya dengan cepat mencugat, menemukan wajah jelita gadis yang tengah menatapnya. "Ada apa?"

"Tadi aku mengetuk ruang osis berkali-kali tapi tidak ada yang menyahut, maaf kalau dengan lancang aku masuk kemari."

"Daijobu, jadi ada apa?" Albedo masih belum menemukan sebuah alasan kenapa gadis itu kemari.

"Al, apa bedanya kau denganku?"

Pemuda tersebut sontak mengeriyitkan kening, "Kau kemari hanya untuk menanyakan hal itu?"

"Jawab saja Al."

"Aku pintar dan kau bodoh."

[Full name] tertawa, ia beralih mengambil posisi tepat di samping pemuda tersebut dengan menarik kursi kosong. "Salah."

Albedo Kreideprinz bergeming kala ia merasakan hangat pada sisi wajah miliknya, "Perbedaannya adalah aku menyukaimu dan kau tidak."

Gadis ini benar-benar diluar nalarnya, namun melihat kedua pipi pualam yang bersemu merah muda oleh perkatannya sendiri sunggguh membuatnya tertarik.

Hingga tanpa sadar sebuah kisah klise dari pertama awal Albedo pikir bahwa gadis ini gila kembali terulang, ia merasakan kembali rasa manis strawberry yang terkecap pada permukaan bibir. Namun ia sangat sadar bahwa bukanlah gadis itu yang melakukannya, namun dirinya.[]

𝐘𝐄𝐒 𝐨𝐫 𝐘𝐄𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang