I. Awal bertemu

209 34 0
                                    

— · —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— · —

Memasuki semester baru, tak terasa kenaikan kelas begitu cepat. Namun kali ini terasa berbeda bagi Minju, untuk pertama kalinya ia kembali berangkat sekolah untuk belajar secara formal. Terhitung sudah lima tahun lalu terakhir dirinya pergi ke Sekolah Dasar.

Kepergian mendiang keluarga yang mendadak begitu saja, hatinya remuk berkeping-keping. Membuatnya jadi sangat pendiam, susah untuk bersosialisasi dengan sekitar. Kelam, dunianya terasa hampa hingga satu keluarga bersedia mengangkatnya menjadi keluarga baru. Dan saat itu mereka memutuskan untuk tidak memasukkan Minju di sekolah biasa melainkan homeschooling.

Walaupun bukan keluarga kandung, namun Minju merasa hangat. Tetap saja ia merasa menjadi beban yang tidak seharusnya dan ingin membalas budi sebanyak-banyaknya mulai sekarang. Memutuskan untuk tinggal mandiri di astrama dan mengambil beasiswa untuk meringankan keluarga Leenandra, meskipun keluarga angkatnya sangat berkecukupan.

Memasuki wilayah sekolah, Minju terlihat sangat gugup. Banyak sekali muerid lain menatapnya aneh, padahal tidak ada yang salah dengannya setelah memeriksa diri. Menghiraukan sekitar, Minju kembali berjalan dengan langkah cepat menuju kelas.

“Hai, kenalin gua Beomgyu.”

Satu pemuda menghadap Minju ingin berkenalan. Melihat itu Minju mendongkak, menatap balik padanya yang tersenyum sambil menaikkan alis. Minju menunjuk dirinya memastikan apakah benar ialah yang diajak bicara. Sang empu mengangguk.

“Eo-oh iya, saya Minju.” senyum kaku sebagai balasan dari Minju, lalu mengulurkan tangannya. Namun pemuda itu menghiraukan dan malah duduk disampingnya.

“Boleh duduk disini, disamping lo?”

Belum ada jawaban, Minju ingin menolak tapi ragu. Ia tak ingin melukai perasaan Beomgyu, apalagi ialah satu-satunya seseorang yang mengajak berkenalan dahulu. Belum lama, ada gadis yang menarik lengan Beomgyu dengan paksa lalu menggantikannya duduk dibangku barusan.

“Woi gua duluan tadi Wint!”

Gadis cantik itu tidak merespon, meletakkan tasnya lalu mengajak berkenalan dengan Minju yang masih diam tak paham dengan situasi barusan, “Hai gua yang mau duduk disini, jangan dengerin omongan orang gila barusan.”

Minju lega sekaligus bingung, bagaimana bisa keduanya sudah saling kenal sementara ini kelas anak baru. Gadis itu menjelaskan keduanya sudah bersekolah bersama sejak TK dahulu.

Tentu Minju merasa senang, ia merasa canggung dengan orang baru apalagi seorang pemuda- huh untungnya ada peka dan menyelamatkan tepat waktu.

“Salam kenal Winter,”

“Salam kenal juga, saya Minju.”

Saat kelas mulai dan memperkenalkan diri masing-masing, Minju terlihat ragu kedepan lalu tersenyum kaku. Setelah selesai, ia kembali lalu mendengar teman kelasnya berbisik.

‘Cantik, tapi gayanya kuno’

‘Kaku, mirip kanebo kering’

‘Kutu buku yang sangat culun’

Spontan Minju kembali merenungkan dirinya, memang apa yang salah? Pakaiannya memang lebih tertutup dan panjang, tidak begitu keren seperti murid lain. Menggunakan kacamata, ikatan rambut sudah menjadi kebiasaan sejak kecil.

“Ga perlu di dengarkan Ju,” khawatir melihat wajah Minju yang murung dan melamun sejak tadi, Winter mencoba menenangkannya.

Tersenyum, Minju merasa senang dan beruntung masih ada orang yang perduli padanya. Beruntungnya mendapat teman satu bangku yang sangat cantik dan baik. Dibanding dirinya jelas sangat jauh hingga sedikit membuat Minju minder.

Saat keduanya berjalan menuju kantin, sangat terlihat semua membicarakan Minju yang tidak cocok berteman dan berdampingan dengan Winter yang sempurna. Ketika hendak kembali ke kelas, tapi sedang jam kosong, Winter lalu mengajak Minju ke lapangan basket untuk menonton pertandingan kakak kelasnya.

Sorak-sorakan penyemangat begitu terdengar menggema diteliga Minju, terlebih ucapan dukungan untuk kelas 11 IPA 1 sangat keras. Minju merasa sangat sesak, namun atensinya melihat ke salah satu siswa yang sedang bermain basket. Menatapnya kagum tak henti dan tanpa sadar mengikuti alunan sorakan penonton hingga melupakan segalanya. Tidak lagi merengek seperti tadi.

“Minju! Minjuuuuu . .”

Sejak tadi Winter memanggilnya namun tidak ada balasan. Hingga akhirnya Winter pergi menuju toilet tanpa mengatakan apapun.

Tak terasa pertandingan usai, Minju ikut bertepuk tangan dan berdiri mengikuti arah jalannya kakak kelas tadi. Tim nya menang, terlihat banyak sekali gadis yang memberikan handuk serta botol minum hingga bergerombol. Seketika senyum Minju memudar, dibanding dirinya, pemuda itu sangat populer dan digemari banyak gadis. Minju merasa tidak pantas untuk bersanding dengannya.

“JAEMIN NADEWA!”

Sorakan itu, Minju berusaha mengingat namanya. Minju baru menyadari Winter tak ada disampingnya. Bingung, Minju tak terbiasa sendiri. Masih menunggu Winter, sambil menatap dan mengamati gerakan pujaan hati.

Wah pujaan hati? Belum juga satu hari penuh mulai bersekolah, sangat cepat jatuh hati. Semoga ini cinta sesaat, lagi pula Minju hanya siswa pendiam yang kuno mengagumi berlian dari jauh.

“Hai! Lagi liatin siapa?” seseorang memegang pundak Minju hingga sang empu sadar dari lamunannya.

“Bicara sama saya?”

“Iya, cuma lo disini.”

“Membolos?” mendengar itu Minju bingung harus merespon apa.

“Membolos?” mendengar itu Minju bingung harus merespon apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika dilihat, seperti kakak kelas. Sangat cantik menurut Minju. “T-tadi habis nonton basket sama temen, tapi dia pergi belum—”

“Jaeee,” gadis itu berteriak saat seseorang hendak menghampiri, lalu memeluknya tepat didepan Minju yang sudah diam menatap keduanya.

Melihat pemandangan barusan membuat Minju tak enak, dan hatinya yang tiba-tiba terasa sakit. Jadi Jaemin sudah ada pacar? Tentu saja, pasti banyak yang mengantri menjadi pasangan Jaemin. Minju pergi berlari melewati tangga dengan cepat.

dugh.

Terjatuh, dan tersungkur dengan tidak mengenakan. Sangat malu, Minju hampir menangis, tidak ada yang menolongnya. Jaemin dan pacarnya hanya menatap Minju dari kejauhan.

“Lo baik-baik aja?”

Seseorang membantu Minju bangkit, membersihkan rok nya yang kotor. Menatap kembali Jaemin yang berlalu, hingga punggungnya hilang dari pandangan Minju. Saat itulah tetes air mata jatuh, bahkan untuk pertama kalinya jatuh cinta— sangat buruk.










to be continue
— · —

𝗖𝗔𝗡 𝗪𝗘? - 𝙛𝙩. 𝙅𝙖𝙚𝙢𝙞𝙣𝙟𝙪 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang