II. Cinta sepihak

173 34 0
                                    


— · —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— · —

Berada di ruang OSIS, seluruh anggota berkumpul disana. Memperhatikan pendapat masing-masing anggota mengenai pembukaan siswa dan siswa baru yang ingin mendaftar menjadi OSIS. Semua dipersiapkan, dari wawancara dan seputar pertanyaan wajib. Karena MOS telai usai kini banyak siswa dan siswi yang akan memasuki organisasi, ekstrakurikuler.

“Bagaimana Jaemin?”

“Gua ketuanya disini, dari tadi Jaemin terus. Ga bisa hargain gua kalian?”

Seluruh anggota jengah dengan sikap ketua OSIS yang selalu tidak bertanggung jawab, menghargai? Bahkan sejak tadi ia hanya bermain ponsel. Justru sekretaris Jaemin dan waketos Jake yang berjasa disini.

“Maaf pak ketua terhormat, tapi elo ga merhatiin kita. Jadi siapa yang ga bisa menghargai?” sarkas Yeji.

Hanya Yeji yang berani melawan, tentu saja ia tetangga sekaligus teman kecilnya. Yeji tidak ada urusan dengan sang tetangga ingin bertingkah apapun, tapi ini sudah menyangkut OSIS. Organisasi yang seharusnya dipegang dengan penuh.

“Hyunjin, lo harusnya bisa bertanggungjawab. Ga cuma bisa nyuruh ini itu doang!” Hyunjin tidak perduli, ia mengambil berkas panitia lalu menandatangani.

Setelah selesai, Jaemin memegang kepalanya yang berdenyut. Setelah ini ia harus berlatih basket kembali, dan malamnya ia ada les privat dirumah. Rasanya kehidupan SMA sangat monoton, sebenarnya ia tidak begitu ambisius namun orang tuanya yang menuntut segala pendidikan.

Dan soal pacar? Ah itu hanya formalitas saja, Jaemin jengah banyak gadis selalu menempeli dirinya. Tidak ada date, percintaan dalam kamus miliknya karena hidup ini keras. Waktu tidak bisa terulang, harus kerja keras.

“Jaem lo ikut nongkrong?”

“Engga, gua ada latihan abis itu les dirumah. Lo duluan.” jawab Jaemin.

Hyunjin menggelengkan kepalanya heran, “Masa SMA harusnya lo senang-senang dan hanya sekali.”

Dengan wajah datar, Jaemin tidak memperdulikan ucapan Hyunjin. Prinsip hidup mereka bersebrangan, lagi pula tidak ada gunanya melakukan kegiatan tersebut.

Namun saat hendak berjalan menuju ruang latihan, kepala Jaemin rasanya berat. Tak lama pandangannya menjadi buram, melihat sekitar kebetulan lorong sepi. Jaemin hanya berharap ia kuat jalan sendiri.

Dari kejauhan, lebih tepatnya tempat loker murid. Seseorang berlari dengan kencang menghampirinya lalu membantu memapah.

“Kakak gapapa?”

Belum menjawab, semua menjadi gelap. Jaemin sepertinya sudah tak sadarkan diri. “Kak Jaemin . .”

“Aw berat banget,” keluh Minju.

𝗖𝗔𝗡 𝗪𝗘? - 𝙛𝙩. 𝙅𝙖𝙚𝙢𝙞𝙣𝙟𝙪 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang