**Attention di part ini mengandung muatan dewasa dan kata kasar. Mohon bijak menyikapi.======
7 hari setelah kejadian siang itu, Benedict menghindari Aerhyn. Mereka sama sekali tak bertatap muka walau tinggal di satu unit yang sama.
Benedict pergi kerja sebelum Aerhyn bangun dan pulang setelah Aerhyn tidur. Bahkan terkadang Ben sama sekali tak pulang ke rumah. Entah apa yang menyebabkan Benedict seperti menghindar Aerhyn. Ia tak mempermasalahkan kejadian minggu lalu.
Ia yakin kalau Benedict khilaf, dan Aerhyn memaklumi nya. Namun kini ia merasa dirinya di jauhi, Ben tak ingin melihatnya. Terkadang ia menunggu Ben pulang dan tertidur di sofa ruang tengah. Saat tengah malam ia terbangun hanya mendapati dirinya sudah terbalut selimut. Dan itu perbuatan Ben.
"Apa salah ku Tuan, setidaknya kalau kau membenci ku lebih baik katakan saja" ia tergugu sedih.
Pagi itu Aerhyn tetap membuatkan sarapan untuk Ben, ia bangun lebih awal. Kalau ia terlambat pasti takkan bisa melihat wajah Ben. Ia sengaja menunggu kehadiran Benedict di ruang makan.
Benedict terkejut melihat sosok wanita yang ia hindari seminggu ini. Terlihat sayu menahan kantuk demi menunggunya. Tak tega membiarkannya begitu saja.
"Apa yang kau lakukan sepagi ini" tanya ben dengan nada dingin. Wajahnya datar tak ingin menunjukkan sedikit pun ekspresi pada si gadis.
"Menyiapkan sarapan untuk Tuan, karena beberapa hari ini Tuan tak sarapan" Aerhyn berbicara dengan nada takut.
"Aku bisa sarapan di kantor. Kau tak perlu menyiapkan sarapan lagi untuk ku" tuturnya sembari meninggalkan Aerhyn yang menunduk.
Maafkan aku, ini demi kebaikan mu. Batin Ben.
Aerhyn tak berani lagi menatap wajah Benedict, ia tertunduk dan membuat bulir bulir bening menggantung di kelopak matanya, pria itu ia biarkan berlalu begitu saja. Ia menyeka kasar bulir yang berhasil lolos menyentuh pipi.
Berlari menuju kamarnya dan mengurung diri, menangis di balik bantal adalah caranya mengungkapkan kesedihan. Audrey dan Bianca heran mengapa Tuannya berubah. Benedict adalah orang yang disiplin. Jarang sekali melihatnya pulang dan pergi kerja di waktu yang seperti ini.
Semenjak keberadaan Aerhyn Tuannya kian dingin tak tersentuh. Sosoknya kian jauh, sepertinya tembok yang ia dirikan semakin tinggi dan berbahan baja.
Pagi itu hingga tiga hari kedepan Ben ada tugas keluar kota. Saat ia ingin menulis pesan pada Audrey, ia malah harus bertemu orang yang paling ia hindari dirumahnya sendiri. Kemungkinan kakak laki lakinya akan datang berkunjung dan menginap di rumahnya.
Kini tak ada seorang pun di rumah yang tau bahwa Ben harus dinas luar kota. Dan kakaknya akan menginap.
***
Ting tong..
Ting tong..
Pulul 8.30 pm waktu Washington. Bel rumah berbunyi, Aerhyn langsung menuju pintu untuk membukanya. Dengan senyum mengembang Ia berpikir bahwa Ben melupakan kuncinya. Karena itu ia menekan bel.
"Selamat Datang Tuan" senyumnya yang mengembang tadi berubah menjadi tanda tanya. Sosok lelaki yang wajahnya serupa dengan Benedict namun berambut pirang kini berdiri di hadapannya.
"Pembantu baru?" tanya lelaki itu.
"Bu bukan, saya ehmm anu Tuan Benedict" jawabnya tergagap.
"Oh.. Mainan baru Ben, aku kakaknya Ben, Matthew. Boleh aku masuk?" Sedikit kekehan nakal dari suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Alpha Slave
Romance10 #Darkside Perkenalan karakter utama **Cerita mengandung unsur 18+ == Benedict Joseph Alexander adalah seorang Billionaire muda yang namanya sudah sangat di kenal di beberapa Negara di Amerika Serikat. Parasnya yang tercipta bagaikan lukisan sang...