dua

4.3K 719 22
                                    

Sharda berdiri di depan cermin, memerhatikan dirinya dalam gaun putih yang dihiasi kristal berkilau.
Baju ini sangat cantik tapi tentu sangat mahal juga.
Mama sampai menghabiskan sisa uang tabungannya yang tidak seberapa itu.
Keluarga Nayef memang tidak sedown keluarga Sharda.
Karena itu biaya pernikahan banyak ditanggung keluarga yang pria.
Keluarga Sharda hanya membayar yang murah saja.

"Kau pengantin tercantik yang pernah mama lihat seumur hidup mama.!" Bisik mama disela sedusedan nya.
Papa meraih mama dan memeluknya.
"Yang kedua bagiku, setelah mamamu.!" Ucapnya membuat mama tertawa.

"Aduh kalian semua masih di sini. Pernikahan nya harus segera di mulai.!" Tiba-tiba bibi Rima datang tergopoh-gopoh.
"Acara tangis-tangisannya Kita sambung nanti saja.
Nayef sudah melihat jam tanganya, itu artinya batas kesabarannya hampir habis."

Mama dan papa saling menarik diri, tante Rima terus tertawa dan bicara hal lucu yang membuat mereka tertawa.
Sharda tersenyum meski jantungnya seperti mau terbang keluar.
Papa melingkarkan tangan Sharda ke lengannya, berjalan membimbing sang putri ke calon suaminya.

Tenggorokan Sharda kering.
Dia tidak sabar bertemu Nayef lagi setelah dua bulan berlalu di acara makan malam atau pertunangan mereka.
Nayef tidak teelibat dalam hal apapun yang berhubungan dengan pernikahan.
Dia menyerahkan semua keputusan pada yang lain.
Sharda mungkin sedikit kecewa karena tidak bisa bertemu pria itu lagi tapi dia mengerti, Nayef sedang berjuang untuk menyelematkan perusahaan yang sedang sekarat.

Nayef duduk di depan wali, memperhatikan Sharda yang tidak berani membalas tatapannya.
Saat papa membantu Sharda duduk di sampingnya, Nayef memgambil tangan Sharda.
Berbisik ke telinga calon istrinya tanpa bisa didengar siapapun.
"Belum terlambat jika kau ingin membatalkan. Aku tidak mau mengikatmu dalam pernikahan yang akan membuatmu menderita."

Sharda kaget, dia melihat Nayef.
Dengan polosnya, semakin takjub pada calon suaminya yang baik, yang masib memikirkan kebahagiaan nya di detik terakhir.
Sharda menunduk dan menjawab
"Aku tidak akan berubah pikiran.
Aku yakin kau tidak akan membuat ku menderita.!"

Remasan jemari Nayef makin kuat.
Dia tidak bicara atau melihat Sharda hingga mereka dikatakan Sah sebagai suami istri secara hukum dan agama.
Entah gugup atau malu hingga dia lupa mengecup kening Sharda dan langsung saja menandatangani surat nikahnya.

Mereka mendapat ucapan selamat, pelekan dan kecupan dari sebagian besar orang yang tidak Sharda kenali.
Setelah beberapa waktu berlalu, mereka kembali ke dalam ruangan untuk berganti pakaian dan menuju ke tempat pesta diadakan.

Nayef dan Sharda dalam satu mobil, sedangkan Orangtua mereka di mobil yang menyusul di belakang.
Sepanjang jalan Nayef memejamkan matanya.
Sharda yang takut menganggu istirahat Nayef sampai takut bergerak dan membuat Nayef terjag.
Tapi saat akhirnya mereka sampai, mau tidak mau Sharda harus membangunkan Nayef yang kini adalah suaminya.

Sharda menyentuh punggung tangan Nayef, memberanikan diri untuk menyentuh lalu menggoyang pelan.
Nayef tersentak, mengibaskan tangannya hingga Tangan Sharda terlempar.
Sharda kaget yang kaget meminta maaf segera karena sudah membangun kan Nayef.
"Aku mengagetkan mu ya, maaf. Tapi kita sudah sampai."

Nayef mengusap wajahnya, melihat ke arah gedung hotel dimana kamar pengantin mereka juga berada.
"Ayo turun.!" Katanya mendahului Sharda, menahan pintu untuk Sharda yang bilang terimakasih dengan malu-malu.

Tidak banyak hal yang Sharda ingat saat pesta itu.
Dia tersenyum, mengucap terimakasih pada orang-orang yang mengucapkan selamat padanya, berdansa dengan nayef dan teman-teman Nayef yang ramah.
Belakang tumitnya mungkin lecet tapi setiap kali dia ingin duduk, Papa, mertuanya atau Nayef menariknya untuk dikenalkan pada rekan teman atau saudara mereka.

Repost YANG TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang