empat puluh lima

2.2K 554 18
                                    

"kau baik-baik saja..?" Lirih Nayef saat akhirnya mereka tinggal berdua, masih memeluk Sharda erat agar rasa sakit tidak menyentuh wanita itu.

Sharda menggeleng.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya sedih.
Aku pikir kau masih berhubungan dengan Jihan.
Aku salah paham, aku minta maaf."

"Tidak apa-apa. Aku tidak marah padamu. Aku senang kau masih bisa merasa cemburu.!" Jawab Nayef jujur.

"Aku sudah menyiapkan kata-kata jahat untukmu.
Aku bahkan siap bergabung jika menemukanmu bercinta dengannya di sini.
Aku pikir itu pasti akan membuatmu malu."
Suara Sharda teredam kemeja Nayef.

"Dia datang untuk minta bantuan. Usahanya bangkrut dan kreditur mengejarnya.
Awalnya aku kasihan dan ingin membantu sebisaku tapi kalau sudah seperti ini, aku tidak berniat membantunya lagi.
Lagipula dulu saat membuka usaha aku yang membantu suaminya memberi modal tanpa perlu pengembalian, saat itu aku merasa bersalah karena sudah membuang waktu Jihan, aku ingin menebus kesalahanku dengan memberinya modal meski saat itu dia masih marah dan tidak mungkin sudi menerima bantuanku.
Aku rasa sampai sekarang suaminya tidak mengatakan pada Jihan siapa yang sudah memberikan modal pertama pada mereka.
Tapi itu tidak masalah, aku masih akan baik pada nya jika saja dia tidak bersikap kelewatan padamu.!"

"Tapi semua yang dikatakannya memang benar.!"
Lirih Sharda.
"Tentang tujuan ku.!"

"Dan aku tidak peduli.!" Tegas Nayef.
"Asal kau ada di sisi ku, aku rela menukar nya dengan apapun.
Aku yakin, pada akhirnya kau pasti mempercayai ku lagi.
Kita akan hidup sebagai keluarga
Bahagia pada akhirnya.!"

Tidak akan pernah.! Geram hati Sharda yang tidak mengatakan apapun pada Nayef.
Saat kau pikir kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan, aku akan pergi.
Tidak ada kemungkinan lain yang pernah terbayang oleh Sharda.
Kepercayaan Nayef dan semuanya harus didapat oleh Sharda sebelum dia pergi dan membuat pria itu merasakan sakit yang dia rasakan dulu.

"Aku janji, ini terakhir kalinya kau bertemu dengan Jihan.
Dia atau siapapun tidak akan bisa menyakiti atau sekedar mendekatimu.!"
Tekan Nayef yang kini sudah menangkup pipi Sharda agar wanita itu mengadah melihatnya.
Nayef mencium Sharda yang membalasnya dengan sebaik-baiknya.
"Mungkin sebaiknya aku mengantarmu pulang.!" Kata Nayef setelah mengakhiri ciumannya.

Sharda menggeleng.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Kita lanjutkan rencana kita tadi.
Aku tidak mau kejadian tadi merusaka momen kita.
Mari pergi !" Sharda menarik lengan Nayef.

"Kau yakin.?" Nayef masih ragu.

"Ya sangat Yakin.!" Tegas Sharda tersenyum.
"Aku bukan wanita lemah. Jihan tidak akan bisa merusak mood ku. Jadi berikan aku apa yang ingin kau berikan sebagai kejutan, sudah terlalu lama kau menundanya.!"

Nayef melangkah, mengikuti Sharda yang terlihat riang.
Padahal Nayef sempat berpikir Sharda akan remuk oleh kata-kata Jihan tadi.
Di depan meja sekretaris nya, Nayef berhenti.
"Maaf jika aku tadi kasar padamu.!"

Sekretaris tidak biasa mendengar permintaan maaf sang bos.
"Tidak, anda tidak salah. Saya salah karena tidak mengenali nyonya bos" gugupnya melirik Sharda yang berdiri, tersenyum ringan.

Nayef mengangguk.
"Apapun itu, aku tetap harus minta maaf padamu.
Sekarang kau sudah tahu yang mana nyonya bos dan aku harap kau bisa memperlakukan nya dengan baik seperti kau bersikap padaku.!"

"Tentu. Tentu saja bos.!" Jawab sekretaris memerhatikan Sharda yang menarik Nayef masuk ke dalam lift.

"Kemana sekretaris mu yang dulu. Aku ingat mereka bukan orang yang sama.!" Tanya Sharda menempel pada Nayef ketika lift meluncur turun.

Repost YANG TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang