lima puluh satu

1.6K 547 19
                                    

"sharda.!"

Benak Sharda mendengar suara nayef.
Tangisan nya semakin keras.
"Aku mencintaimu Nayef.!" Bisiknya yang berpikir kalau itu akan menjadi kata-kata terakhir dalam hidupnya.

Suara pistol yang ditembakkan terdengar jelas seiring benaknya yang mendengar suara
Dia menunggu hantaman, rasa sakit yang akan membunuhnya tapi tidak ada apapun.
Yang terdengar hanya makian dan umpatan, perlahan Sharda membuka matanya.

"Nayef.!" Jerit Sharda melihat pria itu yang sedang bergulat dengan Ole memperebutkan pistol ditangan Ole, keduanya roboh digulung dan diseret ombak, seperti keduanya adalah persembahan untuk menghentikan badai.

Posisi mereka cukup jauh dari Sharda, terdengar tembakan lagi, tidak ada satupun diantara keduanya yang terlihat.
Sharda berlari mendekat.
Benar-benar Tidak ada satupun yang terlihat diantara keduanya.
"Nayef.!" Jerit Sharda menahan tangis.
" Nayef, kau dimana.!?"
Ya tuhan, Sharda berputar mencari keberadaan Nayef dan Ole yang tidak terlihat, dia melompat menyambut ombak, berenang, berhenti memperhatikan sekelilingnya.
"Nayef.!" Panggilnya berulang kali sebelum menyelam melihat dibawah permukaan air, muncul lagi kepermukaan ketika napasnya mulai habis.

"Sharda.!"

Tipis hanya seperti bisikan samar yang tidak jelas, tapi Sharda yakin kalau itu Nayef.
Sharda menjeritkan nama Nayef, berenang kesegala arah berhenti sebentar lalu berenang lagi sampai dia melihat bayangan hitam yang diayun oleh permukaan air.
Dengan kesetanan, Sharda berenang mengejar tubuh yang timbul tenggelam dipermainkan lautan yang sedang bergolak.

Sharda mendekat tapi saat dia tahu sosok yang sedang menggapai itu, dia langsung diam.

"Tolong.. ak. !" Ole sudah putus asa, dia tidak bisa berenang.
Kesal karena Sharda yang tidak segera menariknya, dia mengarahkan pistol yang masih dalam genggamannya.
"Kalau begitu kau ikut mati bersamaku, sibajingan Nayef sudah mati duluan, sekarang kau.!"

Belum sempat Ole menekan pelatuknya, ombak besar menerjang mereka, Sharda segera menarik napas dalam dan mencoba berenang agar tidak terseret makin ketengah tapi Ole yang tidak bisa berenang langsung tidak terlihat dan terdengar lagi.
Begitu muncul kepermukaan, Sharda melihat sosok lain yang tidak jauh darinya, kali ini dia tahu itu Nayef.

"Nayef.!" Jeritnya yang sebenarnya sudah kelelahan.
Dia menarik tangan Nayef, memeluk pria itu yang tidak sadarkan diri, air berwarna merah karena darah yang terus keluar dari dada Nayef.
"Tidak. Tidak, ayolah nayef. buka matamu, bantu aku.!" Isak Sharda mati-matian menarik Nayef yang ikut saja kemana arus membawanya.

Jangan menyerah.!
Jangan mengalah.!
Sharda terus berjuang berenang membawa Nayef hingga ke bibir pantai.
Dia terus memeluk Nayef saat kakinya bisa berpijak meski air terus berusaha menyeret mereka kembali ke tengah.
Dengan sisa-sisa tenaganya, Sharda berhasil membaringkan Nayef dipinggir pantai, tidak perlu takut dengan ombak yang memukul kaki mereka.

Dia berlutut disebelah Nayef, menekan Dada Nayef agar air asin yang ditelan pria itu bisa keluar, saat Nayef batuk dan air mulai keluar, Sharda mendorong tubuh suaminya itu jadi miring agar air tidak masuk kembali dan membuatnya tersedak.

"Nayef.. aku mohon. Buka matamu. Katakan padaku kalau kau baik-baik saja.
Aku mohon Nayef."
Isaknya mencoba memberi napas buatan ketika merasakan Nayef tidak bernapas.
Sharda mencoba tanpa menyerah hingga akhirnya Nayef menghembuskan udara yang tersimpan di dadanya.

Sharda membenamkan wajahnya si dada Nayef yang bergerak pelan.
"Aku tidak akan membiarkanmu mati. Aku tidak akan membiarkan kau pergi begitu saja.
Kau harus hidup.
Setelah semua ini, apa kau ingin kita berpisah lagi.?"

Nayef bernapas itulah yang terpenting meski matanya tertutup rapat dan tubuhnya yang basah kuyup terkulai tanpa kesadaran.
Darah encer masih mengalir dari luka yang Sharda yakini adalah akibat peluru dari pistol Ole.
Kemungkinannya Nayef mendapatkan luka ini karena melindungi Sharda.

"Aku tidak akan menyerah. Kau tidak boleh meninggalkan ku.
Akulah yang harusnya pergi, bukan kau. Lagi-lagi kau ingin menyakitiku."
Mengumpulkan seluruh tenaganya, Sharda menyeret Nayef, agar tidak lagi terkena ombak yang bisa saja menyeret mereka berdua.
Setelah yakin Aman dan akan baik-baik saja jika ditinggal, Sharda berlutut menyobek bagian bawah gaunnya dan mengikat dada Nayef, berharap agar darah pria itu tidak terus keluar.
"Tunggulah, aku pasti akan menyelamatkan mu. Aku akan mencari bantuan.!"
Bisiknya mengecup kening Nayef yang pucat.
Sharda berdiri terseok-seok tak tentu arah, sebenarnya tidak punya tenaga lagi.

Dia juga mulai memikirkan Paman dan bibi serta Af yang tidak jelas kedudukannya yang bisa saja muncul dan membunuh mereka semua.
Pandangannya sudah berkunang-kunang, langkah kakinya kian kemari tanpa tenaga.
Dia jatuh berlutut, menumpukkan tangan diatas pasir yang panas.
Merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari pangkal pahanya.
Sharda berlutut memperhatikan pasir yang merah di dekat kakinya.
Tapi belum sempat otaknya mencerna, hal lain menarik perhatiannya.

"Nayef. sharda.!"

Sharda mengangkat kepalanya, pandangannya luruh ke depan,
Matahari terlalu menyilaukan tapi Sharda seolah bisa melihat bayangan beberapa orang yang berlari menuju ke arahnya.
Sharda ingin melambaikan tangan, memberitahukan keberadaan nya.

"Sharda.!" Suara-suara itu bercampur baur.

"Nayef di sana.!" Bisiknya menunjuk ke arah belakang sebelum semuanya jadi gelap dan pipinya menyentuh pasir yang hangat.
Tidak ada suara atau apapun yang bisa Sharda rasakan.
Dia merasa ringan tapi ketakutan.
Dia tidak mau mati sebelum memastikan Nayef akan terus hidup, bahagia dan sehat.!

********************************
(31102021) PYK

Repost YANG TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang