"KANAYA!!"
Kanaya gemetar, terkejut melihat ayah dan bunda mendatangi nya dengan kilat amarah yang sulit di bendung.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Kanaya, sangking keras nya tamparan itu, Kanaya sampai tersungkur, kepala nya hampir membentur meja makan.
Nindy. Dia lah yang melakukan nya. "APA YANG KAMU LAKUKAN DENGAN ANAK SAYA HAH?"
Kanaya tidak menjawab, lidah nya kelu. Dia tidak punya tenaga lagi untuk berdiri. Kenapa selalu Fanaya?. Kanaya juga ingin merasakan rasanya di khawatirkan.
"JAWAB KANAYA!." Nindy mengguncang tubuh Kanaya dengan berlinangan air mata.
"Nindy, lebih baik kita bawa saja dulu Fanaya kerumah sakit." Alan sudah menggendong tubuh Fanaya, dan bersiap menuju mobil untuk kerumah sakit.
Sebelum beranjak, Nindy lebih dahulu mencengkram kuat kedua pipi Kanaya. "Sampai terjadi apa-apa dengan anak saya, kamu tidak akan saya maafkan sampai kapanpun!." setelah mengatakan itu, Nindy langsung menghempas kan tangannya dan pergi meninggalkan Kanaya yang sudah tertunduk.
Kanaya mendongak, menghalau air mata nya agar tak keluar lebih banyak lagi. "Bukan aku yang buat Fanaya kaya gini." Kanaya terisak, hati nya terlalu sakit, selalu saja seperti ini.
Saat melihat tangannya, ternyata sudah mengalir darah yang cukup deras, dia menindih serpihan beling bekas pecahan tadi. Tapi rasa sakit ini sama sekali tak sebanding dengan rasa sakit hati yang ia terima.
Entah apa lagi yang akan terjadi kedepan nya, Kanaya hanya punya dua permintaan, kesengsaraan ini yang berakhir, atau hidup nya yang berakhir.
•••🦋•••
Pukul menunjukan waktu 23.05 WIB. Seorang pria sedang bergulung-gulung di bawah selimut tebal nya.
Dia tidak bisa tidur sejak satu jam yang lalu, mencari-cari tempat ternyaman, berharap mata nya bisa tertutup sempurna, namun nihil.
Tangannya bergerak, mencari benda pipih milik nya di atas nakas, setelah dapat dia langsung membuka Lockscreen ponselnya.
Lantas dia bergumam. "Naya kemana sih? engga kaya biasanya dia engga ngabarin kalau mau tidur."
"Samperin jangan ya?" tanya nya pada diri sendiri.
"Samperin ah, kangen!" Kenzy langsung beranjak dari kasurnya, memakai jaket, dan merampas kunci motornya di atas nakas.
Saat sedang menuruni anak tangga dia berpaspasan dengan adiknya, Khansa. Yang seperti nya sehabis dari dapur mengambil air minum, terlihat dari Khansa yang memegang segelas cangkir berisi air putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya [HIATUS]
Teen Fiction"𝐃𝐮𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐥𝐮𝐤𝐚" __________________________________ ⚠️FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gadis cantik yang memiliki nama lengkap Kanaya Auristella Raqueensha. Membiarkan rasa sakitnya kian mendalam sejak masih kecil, ba...