___________
Nena,
Kehilangan seseorang tidak pernah menjadi hal yang menyenangkan.
Kehilangan Baba dan Nena adalah pukulan telak dari semesta untuk Bhian, Batara, dan Cinde.
Sepertinya semesta bekerja dengan sangat baik untuk menjatuhkan Bhian.Nena,
Bhian belum bisa menerima semuanya.
Bhian tidak pernah menginginkan ini terjadi.
Bhian bahkan selalu berdoa agar Baba dan Nena berumur panjang.
Tapi sepertinya Tuhan lebih merindukan Baba juga Nena agar bisa duduk dipangkuannya.Nena,
Bhian akan belajar untuk siap.
Sama seperti Nena yang sudah siap untuk semuanya.
Sama seperti janji Bhiantara sebelumnya,
Bhian akan belajar untuk siap.
_____________Begitulah ketika akhirnya Bhiantara menulis kata terakhirnya dan menutup buku catatan retro piratenya. Ia menyandarkan punggung dan memejamkan mata untuk berusaha rileks. Ini sudah lewat pukul empat sore, dan demi tuhan, Bhian harusnya sudah berada di apartemennya sekarang dan mengganti jas Hugo Boss-nya dengan baju kaos.
"Pak, apa kita batalkan saja kunjungan ke Surabaya?" Ujar ajudannya, Adam, setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Tidak. Atur keberangkatan saya sesuai jadwal," Jawab Bhian.
"Tapi, Pak... Saya baru saja dikabari oleh Mila kalau jadwal bapak mendadak berubah?"
"Kenapa begitu?"
"Belum tahu, Pak. Mila mendadak pergi saat mendapat panggilan dari orang inspektorat tadi siang sebelum Bapak rapat dengan beberapa petinggi institusi vokasi."
Bhian mengangkat alisnya bingung. Pantas saja Mila-- sekretaris yang sudah bekerja dengannya sejak awal ia menjabat di Komisi X DPR RI sebagai Menteri Pendidikan, tadi siang tidak menampakkan keberadaannya saat rapat. Tugasnya sebagai notulen pun digantikan oleh orang lain.
"Apa Mila belum kembali ke kantor?" Tanya Bhian kemudian.
"Belum, Pak."
Bhian mengangguk singkat. "Kamu boleh keluar. I'll get my own food by delivery today. Atau kalian mau delivery juga? Nanti sekalian saya pesankan," Tanya Bhian tanpa menatap ajudannya sama sekali.
"Eh, tidak perlu, pak. Kami makan di kantin bawah saja. Nanti saya akan menyuruh Agung untuk berjaga di depan pintu Bapak dulu."
"Nggak perlu, Adam. Kalian semua bisa ke bawah. Tolong kabari saya saja jika Mila sudah kembali ke kantor. Saya perlu mengkonfirmasi jadwal saya lagi."
Adam mengangguk paham. Sebenarnya ada rasa takut karena harus meninggalkan atasannya sendiri tanpa penjagaan, sekalipun ini masih di dalam kantor. Karena memang sudah seperti itu prosedurnya. Tapi Adam tahu betul bagaimana tabiat Bhiantara yang keras kepala. Setelah berpamitan, Adam kemudian melenggang pergi dan mengabari ke empat ajudan lainnya untuk pergi makan.
Bhian mengecek ponselnya sebentar untuk mengabari asisten rumah tangga Eyang Kakung dan Eyang Sri di Surabaya. Dia sudah berjanji dengan Eyangnya akan menghabiskan waktu dua hari di sana.
Seharusnya ia berangkat malam ini. Tapi, berdasarkan laporan Adam mengenai Mila dipanggil orang inspektorat, sepertinya Bhian harus menunda waktu keberangkatannya menjadi besok pagi.
"Halo? Bik, apa Eyang Sri sudah mau diajak ke rumah sakit?" Kata Bhiantara setelah panggilannya tersambung.
"Belum, den. Eyang Sri tampaknya masih kekeuh tidak mau dibawa ke rumah sakit sebelum raden Bhian pulang. Eyang Kakung juga tidak bisa berbuat apa-apa." Jawab Bibi Suti di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day When Nashville Rain
ChickLitSeperti apa rasanya mencintai laki-laki yang tidak mencintai kamu? Aku, Tyas R. Tedjaseputra, terpaksa menjalin hubungan sandiwara dengan pria paling sibuk.