𝐁agian 9

15 4 0
                                    

•—•

Karin sedang menunggu jawaban Fael. Karin menelfonnya.

"halo Rin?"

"Fael"

"iya?"

"Vian Fael.."

"kenapa Vian?"

"dia udah bener bener ga peduli lagi sama gue"

"serius lu?"

"tanya Vian"

"kok bisa sih?"

"Fael.. gue kok jadi curiga sama Vian.."

Fael yang udah tau semua, dia jadi bingung mau jawab apa. "curiga kenapa?"

"punya.. perempuan lain gitu.."

"Rin.."

"gue gatau Fael, rasanya.. rasanya sakit"

"Rin jangan nangis dong gue jadi ngerasa gaenak, Vian dimana?"

"gue gatau.."

"kantornya?"

"engga ada"

"duh tu anak, yaudah gue cari dulu ya"

"gua ga nyuruh lu nyari kok Fael.., gue cuma.. cuma pengen Vian tau perasaan gue sekarang gimana"

"ngga, gue pengen cari Vian, tunggu ya Rin gue cari dulu"

Fael menutup telfonnya langsung. Karin menaruh ponselnya, duduk di lantai sudut kamar, menyendarkan tubuhnya di dinding. Karin tidak pernah menyangka bakalan seperti ini kedepannya.

Keadaan Karin tidak baik. Dia padahal sudah senang depresinya saat kecil sudah sembuh, namun kemarin dia mendapat gejalanya lagi dan mengecek ke dokter dan hal itu datang lagi. Dia bahkan sudah tidak perlu Vian lagi untuk menenagkannya saat ketakutan, karna sudah sering Vian tidak ada di sisinya lagi.

Dia tidak pernah memberi tau Vian bahwa dia punya riwayat depresi, dia hanya menceritakan masa lalu nya yang kelam, serasa hidup sendiri saat papanya meninggal. Karin hidup dengan perhatian dari mamanya yang hampir tidak peduli, tapi bukan berarti mamanya berperilaku jahat, dia baik namun dia sangat cuek semenjak papanya masuk penjara dan mempunyai pacar.

Karin menangis.

•—•

Shean baru saja mengantar Dila pulang ke rumahnya. Shean mengendarai mobilnya, saat lampu merah, dia melihat Vian. Dia kira Vian bersama Karin namun, Karin rambutnya berwarna hitam, kenapa yang bersama Vian itu berwarna blonde.

"wah gila ni anak sumpah" Shean memoto Vian yang sedang berjalan dengan perempuan itu. Dia ingin mengirim potonya ke Karin namun terlebih dahulu Fael menelfonnya.

"halo Shean?"

"ya ngape sii?"

"liat Vian ga?"

"nih gue liat, gila ni anak sumpah dia"

"liat? dimana?"

"di jalan xxxx gue lagi berenti di lampu merah, liat dia jalan sama cewe lain"

"akhirnya lu tau juga"

"lah lu tau?"

"tau, seminggu lalu gue taunya. Lu gabisa datengin dia?"

"gabisa lah gue lagi di dalem mobil"

"yaelahh, jangan kasih tau Karin ya"

"lah ngapa?"

𝐁ulan 𝐒abitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang