𝐁agian 18

48 3 0
                                    

•—•

Jujur saja, Vian saat ini sangat frustrasi, dia sudah benar benar tidak kuat, dia harus menghindari Karin, dia tidak diperbolehkan bertemu dengan Karin. Ya seperti yang sudah di ketahui, penyakit Karin menular, penyakit ini juga tidak main main.

Dia hanya bisa melihati Karin dari luar, melihat dari jendela. Dia merindukan Karin, melihat Karin yang masih tidur belum bangun disana. Matanya berkaca kaca.

Yakin bahwa Karin terbangun masih lama, Vian berbalik badan dan duduk di kursi yang disediakan. Setiap kamar pasti di depannya ada kursi. Menutupi mukanya, mengusap kasar kepalanya.

Karena dia belum makan pagi ini, dia pergi keluar untuk mencari makan.

—•skip

Vian sedang makan sendiri di satu restorant di pertengahan kota. Tidak dengan para temannya tidak juga dengan Karin. Sedang enak menyantap makanannya, dia dapat panggilan dari Karin.

"sayang? udah bangun?"

"udah hehe.. gara gara telfon juga tadi"

"ohhh siapa yang nelfon?"

"nanti kamu bakal di telfon sama Saga ya.. ada yang mau di bahas katanya, maaf ya ngerepotin kamu.."

"gapapa kok, aku kesana ya?"

"gausah Vi"

"aku pengen nemenin kamu"

"Vi gausah, nanti kamu kena.."

"Rin, aku pengen sama kamu pokoknya"

"untuk saat ini gabisa dulu Vi.. aku juga ngerti perasaan kamu, tapi aku gamau kamu ikut kena Vi"

"tapi kan.."

"kamu bisa liat aku dari luar kok"

Vian menghela nafas. "iya iya.. tapi aku bakal ttp kesana"

"iyaa"

Karin memutuskan sambungan. Vian melamun sebentar melihati makanannya, entah berfikir apa. Namun tidak lama dia menyantapnya lagi.

Selesai makan, Vian berjalan ke mobilnya lagi untuk pergi ke rumah sakit. Tetapi saat mau menginjak gas, Vian di telfon oleh seseorang. Dugaannya pasti itu Saga.

"halo?"

"halo, ini dengan tn. Vian?"

"iya, kenapa?"

"saya Saga, pasti sudah tau.. manager ny. Karin. Saya tau keadaan ny. Karin.. saya juga sedih dengarnya. Tidak mungkin Karin akan bekerja dengan situasi seperti itu, jadi menurut penjelasan ny. Karin, kalau tidak keberatan tn. Vian mewakilkan ny. Karin, hanya untuk sementara"

"hanya sementara? kelanjutannya nanti seperti apa?" tanya Vian.

"setelah selesai mewakilkan, ny. Karin sudah janji bakal meningkatkan jabatan saya.. jadi saya bisa membantu lebih banyak ny. Karin"

"oh begitu.. boleh kok, saya dengan senang hati mewakilkan. Mulai darimana?"

—•skip

Vian berjalan menelusuri lorong rumah sakit. Berjalan ke kamar Karin yang baru, Vian juga memesannya yang lebih bagus. 

Vian sudah sampai di depan kamar Karin. Dia melihat Karin yang sedang di ambil darahnya oleh suster, yang pastinya suster itu sudah memakai perlengkapan agar tidak terkena virusnya. Tidak lama, selesai itu, suster itu keluar.

Karin melihati suster itu sampai keluar, alhasil dia melihat Vian yang berada di luar jendela.

Vian tersenyum, melambaikan tangannya. Karin menggerakan kursi rodanya mendekati jendela yang besar itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐁ulan 𝐒abitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang