𝐁agian 14

11 3 0
                                    

•—•

Hari ini Vian benar benar benar kesal dengan Cassey. Dokter juga, kenapa dokternya memberi hasil tesnya lama, hasil tesnya keluar sesudah acar pernikahan Vian dan Cassey. Terlebih lagi, orang tua Vian sudah tau tentang ini.

Vian benar benar stress menghadapi ini. Tidak ada yang mau percaya dengannya satu pun. Entah keberapa kalinya dia melampiaskan amarahnya di mobil, mengendarai dengan lebih kencang, tidak tau arah, pada akhirnya akan ke bar.

•—•

Karin baru saja menyelesaikan sesuatu. Dia mencuci mukanya agar lebih segar dari sebelumnya. Ini sudah malam, tapi masih saja Vian belum pulang. Tiba tiba dia di telfon oleh Fael.

"KARIN!!"

"duh, kenapa sih?"

"kesini sekarang Rin! harus cepet!!"

"hah kemana?"

"KE BAR DEKET RUMAH LU RIN, CEPET!!!"

"Vi!! lo gaboleh gini lahh!! ga gini caranya Vi!!!!" terdengan dengan suara kecil di dalam ponsel Karin.

"Fael? Vian kenapa?"

"dia lagi ga sadar Rin!! dia pengen loncat, lu harus cepet kesini!!!"

Tanpa menjawab. Karin mematikan ponselnya dan buru buru menaiki mobilnya dan pergi sesuai arahan Fael. 

Setelah sampai dia mencari Fael, dia pergi ke lantai atas dan disana benar saja lagi rame. Karin langsung menerobos kerumunan orang disana, melihat adnya Vian yang berdiri di pinggiran.

"Vi!!"

Vian menengok. Karin melihat keadaan Vian yang benar benar tidak baik baik saja.

"Vi! kamu ga boleh gitu dong!!" Karin perlahan mendekati Vian.

"Karin.. aku- aku udah cape.."

"bukan kamu doang yang cape Vii.. kamu harus kuat, kamu harus tanggung jawab, gaboleh kayak gini Vi!"

"tapi aku udah ga baik lagi buat kamu Karin!!!"

"gada yang bilang begitu Vian.. aku yakin kamu bisa perbaikin diri kamu"

"nyatanya engga, aku udah ca-"

"Vi, aku ada disini.. aku udah nunggu kamu, aku udah percaya sama kamu"

"Karin tapi"

"kamu udah janji sama aku Vi! kamu gabakal ninggalin aku, caranya engga gini"

Vian diam, matanya masih merah.

Karin kembali mendekat ke Vian. Dia menangkap tubuh Vian, menariknya menajuh dari pinggiran dan memeluknya. Karin menangis.

"Vi.. jangan berfikiran gitu.."

"mau akhirnya gimana.. yang penting kita berdua masih bisa ketemu.." Karin memeluk Vian erat.

Vian terdiam, dia melihati Karin.

"Karin., aku gamau nyakitin hati kamu lagi, kamu bakal sakit hati lagi karna aku nanti.."

Karin menggeleng. "kamu begitu udah bikin aku sakit hati Vi, jangan gitu lagi"

"aku mau terus sama kamu"

"sampai akhir?"

Karin mengangguk cepat.

Vian juga memeluk Karin hangat. Hampir saja, untung Karin tidak datang terlambat, kalau terlambat mungkin hari ini hari terakhirnya bersama Vian.

•—•

𝐁ulan 𝐒abitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang