𝐁agian 17

21 1 0
                                    

Foto itu, foto itu lagi di pandang oleh Karin saat ini lewat ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto itu, foto itu lagi di pandang oleh Karin saat ini lewat ponselnya. Tanggal 14 Maret kemarin, di saat hari yang berarti dan spesial bagi Karin apalagi Vian. Dimana Vian memasaki Karin disana, memperolehkan temannya makan gratis di hari ulang tahunnya.

Ingin kembali ke masa itu, Karin membayangkan lagi masa masa itu. Memandangi mata Vian yang sedang sibuk masak, senyum senyum sendiri melihat mata Vian yang indah, begitu juga senyuman khas milik Vian.

Karin berfikir, kapan keadaan kembali normal? sepertinya tidak akan. Karin sudah tau bahwa hidupnya tidak lama lagi. Dia juga heran, seberapa ribetnya dokter menangani luka di kepala Karin kemarin? sampai detik ini, luka di kepalanya masih terasa jelas dan menyambar ke semua tubuh.

Kakinya yang tidak berfungsi lagi membuat Karin tidak bersemangat untuk hidup. Kakinya juga mempunyai banyak efek samping yang membuat Karin kewalahan menahan rasa sakitnya.

Karin menengok. Ada Vian yang baru saja masuk, dengan membawa sarapan. Duduk di samping Karin. Karin mematikan ponselnya.

"sarapan dulu yaa" Vian menyuapi Karin.

"Vi, aku bisa sendiri tau kan yang gabisa kaki aku" ucap Karin sambil mengunyah makan.

Vian tertawa. "gemes deh"

"ih Vi! aku ngomong serius"

"iya gapapa aku aja sayang" Vian kembali menyuapi Karin.

"Vi"

"iya?"

"mau ke taman, boleh?"

"boleh, abis makan ya"

Karin mengangguk.

—•skip

Vian mendorong kursi roda Karin menuju ke taman di lantai paling bawah. Sesampainya disana, Karin memetik satu bunga anggrek yang berwarna merah muda di dekatnya. 

Vian mendorong lagi ke dekat kolam ikan, Karin menyuruhnya.

"berani megang ikan?" tanya Vian.

Karin menggeleng "engga"

Vian tertawa kecil, dia jongkok di pinggiran dan jarinya menyentuh air yang ada di kolam itu. Memancing ikan untuk mendekat ke tangannya.

"Vi, nanti bau tangan kamu"

"gapapa" Vian bermain dengan ikannya.

"kamu ga takut?"

"ngga, ikannya ga gigit kok. Kamu mau megang?"

Karin menggeleng lagi. "geli aku megang ikan.."

"mending mau megang kucing kita"

Vian menengok ke belakang melihat Karin lalu berdiri menghampirinya lagi. "kangen ya? mau  bawa kesini?"

𝐁ulan 𝐒abitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang