BAGIAN 15

675 109 37
                                    




Pernikahan Aldi dan Killa berjalan dengan sangat harmonis, Killa selalu berusaha memperbaiki diri dan belajar menjadi sosok istri yang baik. Aldi juga selalu belajar menjadi suami yang baik dan bisa membahagiakan Killa.

"Aldi sarapan dulu yah sebelum berangkat kerja, aku udah masakin kesukaan kamu. Oh iya ini aku juga udah siapin bekal makan siang. Nanti kalo mau makan tinggal diangetin aja dimicrowave." Killa memang sudah jauh lebih jago memasak, dia bahkan kini sudah bisa membuat kue. Killa memang wanita yang cerdas, mau belajar dan pantang menyerah.

Aldi mendekati Killa dan memeluknya dari belakang, "Makasih, ya, Sayang. Padahal mah kamu gak usah repot-repot masak begini. Kan ada bibi, aku jadi gak enak sayang, masa tuan putri yang sejak kecil dimanja dan tidak pernah melakukan apa-apa setelah menikah denganku malah melakukan ini itu. Kamu kan istriku Killa, masalah kaya gini serahin ke bibi aja. Kamu cukup layanin aku aja, aku gak mau kamu kelelahan." Aldi membuat Killa tersenyum senang karena perhatian yang dia berikan.

"Astaga Aldi, masakin kamu sama nyuciin baju kamu kan juga termasuk melayani suami dan itu tugas istri yang baik. Aku mau berubah gak manja lagi, kan sekarang status aku itu bukan anak gadis lagi tapi udah jadi istri orang." Jawaban dari Killa membuat Aldi merasa terharu, dia tidak menyangka gadis manja yang selama ini di kenalnya adalah sosok yang begitu baik.

"Makasih ya, Sayang. Tapi inget, aku gak mau kalau sampai nanti kamu kelelahan," ujar Aldi mewanti-wanti istrinya itu.

"Iya, siap, Bos!" jawab Killa sambil terkekeh, hal membuat Aldi gemas dan langsung mencubut hidung Killa, lalu istrinya itu balas mencubit pinggang suaminya.

Aduh, Sayang, kamu kok KDRT sih!" gurau Aldi sambil melepaskan tanggannya dari hidung Killa.

"Yee, itu kan kamu duluan." Mereka tertawa, ya pagi mereka memang selalu di hiasi candaan-candaan sederhana. Tapi itu semua bisa membuat keduanya bahagia, benar ternyata bahwa bahagia itu sederhana dan tergantung individunya. Karena bahagia di cintakan dari diri sendiri, bahagia tidak bisa di ukur, tidak bisa dilihat besar kecilnya namun bisa dirasakan.

Aldi melajukan mobilnya menuju kantornya dengan hati yang gembira, hari-harinya menjadi penuh warna semenjak kehadiran Killa dan lebih terasa lagi sejak dia menyadari perasaannya pada wanita yang kini menjadi istrinya itu. Dunia pengantin baru yang baru saja di mabuk asmara memang beda, rasanya selalu berbunga-bunga dan seolah dunia milik berdua.

Aldi sampai di kantornya, dia melakukan pekerjaannya seperti biasa, hari berlalu dengan sedikit cepat menurutnya karena hari ini dia sangat sibuh hingga tak menyadari kalau waktu berputar, akhirnya tiba saatnya jam makan siang.

Aldi mengeluarkan kotak bekalnya dan menuju dapur perusahaan untuk menghangatkan bekalnya. Kemudian dia berjalan kembali ke ruangannya lalu menyantap bekal buatan istrinya itu.

"Enak, gak nyangka Killa bisa masak." Aldi tersenyum bangga karena Killa memasakan bekal untuknya, wanita yang sejak kecil sangat manja tapi kini berubah menjadi sosok istri ideal dan istri yan baik.

Setelah selesai makan dia langsung menelpon Killa untuk sekedar menanyakan sedang apakah gerangan istrinya itu. Kegiatan itu memang sudah dia lakukan sejak dirinya dulu memutuskan untuk memberikan waktu pada Killa.

"Hallo, Sayang, kamu lagi dimana?" tanya Aldi begitu Killa mengangkat teleponnya

"Aku lagi makan siang di luar nih, Di, sama temen-temen, sambil ngerayain ulang tahun Edric anaknya tante Vio!" jawab Killa jujur, karena memang saat ini dia tengah berada di kafe milik Ed yang sudah dikosongkan dan hanya menerima tamu ulang tahunnya. Terdengar konyol memang karena merayakan ulangtahun disiang hari seperti anak kecil, padahal usia Ed sudah kepala dua.

Tadinya dia dan teman-temannya yang lain sudah merencanakan sebuah pesta megah pada malam hari. Tapi berhubung kalau malam Killa tidak bisa hadir karena tidak enak meminta ijin pada suaminya, dan seandainya hadir dia pasti akan datang bersama Aldi.

"Oh, Edric, sahabat yang selalu ngedeketin kamu sedari kecil itu?" nada bicara Aldi memang terdengar berubah, ya tentu saja saat ini dirinya tengah di landa rasa cemburu membayangkan Killa bersama Edric, dia sesama pria dan Aldi sudah tahu bahwa sejak dulu Edric mencintai Killa hanya saja Killa yang tidak peka ditambah Edric yang tidak berani mengutarakan isi hatinya, Edric hanya takut Killa akan menolaknya dan hubungan persahabatan mereka akan kandas.

"Kok kamu nada ngomongnya kaya gitu sih? Kenapa? Kamu lagi bete atau lagi banyak kerjaan?" tanya Killa yang tidak peka kalau suaminya itu kini tengah dilanda rasa cemburu

"Kamu mah gak peka, aku cemburu tau!" ujar Aldi terang-terangan membuat Killa melongo diujung telpon sana.

"Haha kamu apa-apaan sih." Killa merasa geli karena dicemburui oleh suaminya, lagi pula untuk apa Aldi harus cemburu? Toh Killa kan hanya pergi bersama sahabat-sahabatnya.

"Kamu kok malah ketawa sih, beneran tau aku cemburu sama kamu. Aku gak suka kamu deket sama cowok lain." Aldi memang merasa tidak suka kalau Killa bertemu pria lain, tapi dia bisa menahannya dan tidak terlalu secemburu ini apabila tidak ada Edric disana. Aldi merasa terancam dengan kehadiran Edric yang memang sudah bersahabat dengan Killa sejak dulu sama seperti dirinya. Apalagi kenyataan yang tidak bisa disembunyikan kalau Edric diam-diam mencintai istrinya.

"Apaan sih, kamu berlebihan deh. Mereka kan sahabat-sahabat aku sejak dulu, dan kamu tau itu kan." Killa hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia tidak menyangka bahwa pria yang dulu ketika awal pernikahan mereka begitu cuek dan bahkan tidak punya waktu untuk dirinya, tapi sekarang malah berubah menjadi suami pencemburu. Lucu memang mengingat dulu Aldi pernah bilang akan mencarikan pangeran yang tepat untuk Killa kala mereka bercerai nanti eh malah sekarang mendengar Killa bersama sahabatnya saja sudah cemburu.

"Ya udahlah, kamu jangan lama-lama di sana, selamat bersenang-senang. Aku mau lanjut kerja lagi soalnya banyak banget kerjaan hari ini." Aldi akhirnya menahan rasa cemburunya dan memutuskan untuk kembali bekerja agar dirinya cepat menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk dan bisa pulang cepat lalu menghabiskan hari dengan makan malam bersama istrinya.

Namun siapa sangka seolah batu sandungan untuk orang yang tengah di landa asmara, sekertarisnya menyerahkan beberapa dokumen yang harus di kerjakan belum lagi dokumen yang berasal dari cabang perusahaannya yang berada di luar kota.

"Sebanyak ini?" Aldi menghela napasnya.

Sekertarisnya menjawab, "Iya, Pak. Ini semua harus bapak selesaikan malam ini juga. Dan hampir semua pegawai bapak juga akan lembur sampai malam untuk hari ini." Jawaban dari sekertarisnya itu membuat Aldi mendengus kesal.

"Saya selesaikan di rumah saja deh!" keluh Aldi seperti anak kecil yang merengek karena ingin segera pulang dari sekolahnya.

"Maaf, Pak. Tapi tidak bisa, karena beberapa dokumen juga harus Bapak periksa serta tanda tangani malam ini juga setelah selesai dikerjakan para staff." Seketika Aldi langsung mengetukkan kepalanya ke meja.

"Iya-iya, saya lembur!" kesal Aldi yang akhirnya gagal pulang cepat untuk makan malam bersama istri tercintanya.

Sekertarisnya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, semenjak menikah apalagi baru-baru ini bosnya berubah menjadi sedikit kekanakan, bawaanya pengin pulang terus, selalu makan di kantor karena istrinya membawakan bekal untuknya. Dia paham bahwa saat ini bosnya itu tengah dilanda asmara.

REVENGE 2 : Karma (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang