Baca selengkapnya sampai tamat di Karya Karsa Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri
.
.
.
.
Pagi ini Killa terbangun dari tidurnya, dia mendapati Aldi tidak ada di sampingnya, jadi suaminya itu tidak pulang dari semalam. Tak lama terdengar suara mobil Aldi, nampak lelaki itu memasuki kamarnya dengan perasaan bersalah."Dari mana aja kamu?" tanya Killa ketus
"Killa, maaf banget, semalem temen aku masuk rumah sakit dan aku harus nungguin dia." Aldi mencoba menjelaskan situasinya.
"Kenapa kamu gak ngabarin aku?" tanya Killa lagi
"Maaf banget, ponselku lowbat," jawab Aldi jujur.
"Memangnya sepenting itu yah temen kamu dibandingkan aku, kamu tau semalem aku kaya orang bego yang udah semangat banget mau jalan sama kamu. Aku udah nungguin kamu lama banget, tapi kamunya gak dateng dan gak ngasih kabar apapun, dihubungi aja gak bisa!" Killa masih mencoba menahan dirinya untuk tidak meledak-ledak walau gemuruh di dalam dadanya kian panas.
"Maaf Killa, temen aku itu udah gak ada keluarga dan dia cuma deket sama aku," jawab Aldi.
"Siapa sih temen kamu itu, siapa namanya?" tanya Killa membuat Aldi menegang seketika
"Emm.., itu kamu gak kenal. Dia temen bisnis aku," jawab Aldi terpaksa berbohong lagi.
"Aldi, aku udah mikirin semuanya secara matang-matang sejak semalam. Aku sudah memutuskan lebih baik kita cerai aja," kata Killa membuat Aldi kaget bukan main, rasanya perih mendengar kata cerai keluar dari mulut Killa. Padahal bukankah itu tujuan Aldi sejak awal, tapi mengapa kini rasanya dunia seolah akan runtuh.
"Apa maksud kamu Killa!" pekik Aldi kaget.
"Rumah tangga kita memang udah gak bisa diselamatkan lagi, toh batas waktunya kan tinggal sebentar lagi. Jadi gak ada bedanya kalau kita cerai sekarang kan?" perkataan Killa yang terdengar tenang ternyata mampu menyayat hati seorang Aldi, kini dia merasakan rasa sakit dan takut secara bersamaan.
"Killa, ini masih kurang dari enam bulan? Apa kata orangtua kita, apa kata mama aku nanti. Kamu kan udah bilang sendiri mau ngasih waktu buat pernikahan ini selama enam bulan, dan sekarang ini belum enam bulan Killa, masih ada satu bulan lagi." Aldi merasa sangat tidak terima dengan keputusan Killa barusan, sungguh hatinya tidak rela.
"Aku rasa itu udah gak guna lagi, kamu tenang aja, aku bakal jelasin semuanya sama orangtua kita. Aku akan membuat mereka mengerti dengan keputusan ini, lagi pula untuk apalagi satu bulan itu? Toh ujungnya cerai juga kan? sekarang aku tanya sama kamu, apa kamu udah cinta belum sama aku?" tanya Killa
Aldi diam membisu, dia sendiri juga tidak tahu dengan perasaannya sendiri. Selama ini dia selalu meyakini bahwa dia mencintai Laura, tapi mengapa kini dia sangat terluka dan tidak mau berpisah dengan Killa?
"Tuh kan kamu diem, berarti belum. Aku udah capek sama semua ini, mau bagaimana pun aku berusaha untuk membuat kamu jatuh cinta sama aku, kalo kamunya aja emang gak niat dan gak ngasih kesempatan, sama aja sia-sia. Aku gak mau buang-buang waktu aku untuk hal yang percuma, kamu aja selama ini gak pernah hargain aku, gak pernah luangin waktu buat aku. Kamu selalu sibuk sama dunia kamu sendiri, aku itu gak penting sama sekali di hidup kamu!" Killa mengungkapkan semua perasaannya.
"Killa kamu salah, sejak kecil aku selalu mentingin kamu. Kamu wanita kedua setelah ibuku yang sangat aku sayangi," kata Aldi jujur.
Killa mendengus seolah mengejek perkataan Aldi, "Huh, sayang? Tapi selama ini aku malah mikir apa bener kamu sayang sama aku. Kamu sejak kecil emang selalu ada buat aku dan selalu jagain aku. Tapi sejak dulu kamu bahkan sama sekali gak pernah mempercayaiku, aku selalu bertanya-tanya tentang hal itu. Aku, Ed, Meira dan Emon, kami selalu saling mempercayai satu sama lain, terutama Ed, dia sangat mempercayaiku!" ujar Killa.
"Apa maksud kamu Killa?" tanya Aldi tak mengerti
"Sejak kecil bukannya kamu selalu menuduhku? Kamu selalu tidak mempercayaiku dan menyalahkanku atas segala hal yang tidak aku lakukan. Jika terjadi sesuatu pada Laura pasti selalu aku yang dituduh, mau sekuat apapun aku menjelaskannya, apa kamu bakal percaya sama aku? Kamu selalu mikir aku gadis yang jahat kan karna selalu jahatin Laura. Asal kamu tau, selama ini aku gak pernah jahatin atau ngerjain dia sama sekali. Buku dia robek aku yang disalahkan, dia jatuh ke danau aku yang disalahkan, dia terkunci di gudang aku yang disalahkan, padahal aku sama sekali gak tau apa-apa." Killa mulai tak bisa membendung air matanya.
"Memang sih aku gak suka sama Laura, aku juga kerap kali bersikap egois padanya. Tapi aku bersumpah kalau aku tidak pernah berbuat jahat padanya, tapi kamu dan semua orang selalu menyalahkanku. Huh, memang aku selalu jadi peran antagonisnya, aku selama ini capek menjelaskan kebenarannya tapi tetap tidak ada yang percaya. Itulah sebabnya aku selalu mengakui semuanya, toh disangkal juga kalian terutama kamu gak bakal percaya sama aku." Killa menyeka air matanya.
Aldi terdiam tak bisa berkata dan mengingat semua kejadian di masalalu. Dia memang selalu menyalahkan Killa kalau terjadi sesuatu pada Laura karena dia pikir Killa sangat membenci Laura jadi dia berbuat jahat padanya.
"Aku pikir kamu sahabat aku sejak kecil yang paling mengerti serta memahamiku, tapi nyatanya aku salah. Kamu sama sekali tidak begitu, aku emang gak penting buat kamu, kalau kamu anggap aku penting saat kamu tau ponselmu mati pasti kamu akan meminjam ponsel orang lain, bisa juga pakai telpon umum atau pakai milik rumah sakit untuk menghubungiku, tapi nyatanya tidak. Kamu malah membiarkan aku seperti orang bodoh yang lelah menunggumu!" kata Killa.
"Killa maafin aku.., maaf.., maafin aku." Aldi memeluk erat Killa, hatinya terasa sangat sakit ketika melihat Killa menangis apalagi itu semua karena ulahnya. Aldi tidak menyangka kalau ternyata selama ini Killa menderita karena dirinya, padahal Aldi adalah salah satu orang yang merasa sakit ketika melihat Killa bersedih.
"Sudahlah, Di. Lebih baik sekarang kita berpisah secara baik-baik," kata Killa sambil memaksakan senyumannya.
"Gak Killa, aku gak mau cerai dari kamu. Kumohon jangan begin, aku akan memperbaiki semuanya. Satu bulan..., selesaikan satu bulan yang tersisa, aku janji akan berubah Killa. Maafkan aku selama ini tanpa sadar menyakitimu begini." Tidak terasa air mata Aldi mengalir begitu saja membasahi pipinya. Kini hatinya seolah dicampur aduk, rasa bersalah, rasa sakit, rasa tidak rela dan rasa takut akan kehilangan istrinya itu begitu membuatnya kacau.
"Baiklah, kita selesaikan waktu satu bulan itu, lalu setelah itu kita bercerai." Killa menatap datar Aldi yang nampak membulatkan matanya ketika mendengar jawaban darinya.
"APA? Kalau pada akhirnya aku mencintaimu bagaimana?" entah kenapa tiba-tiba saja Aldi mengucapkan kalimat itu secara spontan.
"Entahlah, kita lihat nanti saja. Aku ragu dengan waktu sesingkat itu, aku sudah meyakinkan diriku untuk mempersiapkan diri berpisah denganmu. Kita berpisah secara baik-baik dan akan tetap menjadi teman, kamu juga tidak perlu repot-repot mencarikan aku lelaki baik. Aku akan menemukannya sendiri dan akan hidup bahagia bersamanya. Itulah sebabnya aku gak mau menyia-nyiakan waktu dan hatiku lagi. Aku juga harus segera mengakhiri segala hal yang sia-sia, agar waktuku tidak terbuang percuma dan aku dapat segera menemukan kebahagiaanku sendiri." Killa membuat Aldi tercengang.
Entah mengapa ada rasa marah, kesal dan sakit hati ketika mendengar penuturan Killa, padahal dulu dia sendiri yang bilang akan mencarikan Killa lelaki baik dan dia yang ingin sekali bercerai tapi kenapa pada akhirnya perasaannya malah berbalik begini? Dia tidak rela berpisah dengan Killa dan sangat cemburu memikirkan bahwa Killa akan bersama lelaki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE 2 : Karma (Repost)
Roman d'amourFollow dulu sebelum baca! Killa yang terkenal manja dan selalu menjadi tokoh antagonis yang dituduh jika sesuatu terjadi pada Laura. Killa memang membenci Laura. Suatu hari dia dijodohkan dengan Aldi, lelaki yang sangat Killa cintai, yang merupakan...