03. Rumah

15 4 47
                                    

Pukul 2 lewat 15 menit, Naya masih berdiri di depan gerbang sekolahnya yang sudah lumayan sepi. Bel pulang sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu, hampir semua anak sudah meninggalkan sekolah kecuali yang mengikuti ekskul.

Seharusnya sekarang gadis itu juga sudah meninggalkan sekolahnya, tapi dia sudah berjanji pada Dirga untuk menunggu. Namun sudah 15 menit dia berdiri di depan gerbang, laki-laki yang meneleponnya saat jam pelajaran olahraga itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Naya sempat berniat untuk tidak peduli, dan meninggalkan sekolah sebelum Dirga datang. Tapi gadis itu berpikir, apa yang akan dia katakan nanti jika bertemu dengan Dirga kalau dia tidak menepati janjinya?

Dan pada akhirnya, dia tetap menunggu.

"Belum pulang, Nay?"

Naya tersentak kaget, kemudian menoleh ke sampingnya dan mendapati seorang cowok bertubuh tinggi dan kurus sedang tersenyum tipis menatapnya.

Ekspresi Naya berubah datar. Gadis itu kembali memfokuskan pandangan ke depan, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan cowok itu.

Entah apa yang sedang di pikirkan anak itu, dia masih tetap mempertahankan senyumnya walau tidak di pedulikan. Hingga kemudian dia menghela nafas panjang dan melangkah mendekati Naya.

"Stop disitu, jangan deketin gue." Ucap Naya dingin.

Cowok itu menurut, dia berhenti setelah 2 langkah mendekat. "Sorry." Ucapnya tiba-tiba.

Naya masih tidak mau merespon, bahkan mungkin gadis itu tidak peduli.

"Gue tau lo marah sama gue... lo bisa pukul gue sepuasnya sekarang kalau lo mau. Lo... bisa ngelakuin apa aja ke gue sekarang... Tapi gue mohon, maafin gue, Nay."

Gadis itu menoleh, walau hanya sekilas. "Makasih tawarannya, tapi gue gak mau nyentuh orang yang udah bikin luka di hati gue."

Cowok itu terdiam, perkataan Naya sukses membuat dirinya semakin merasa bersalah. "Nay..." Panggilnya kemudian.

"Bilang apapun yang mau lo sampaikan ke gue sekarang. Tenang aja, gue bakal lupain setelah ini."

"Gak, bukan itu maksud gue."

"Gue gak mau dengerin lo sih lebih tepatnya." Gadis itu menyela cepat, lagi-lagi membuat si cowok bungkam.

Keduanya sama-sama terdiam dalam waktu yang cukup lama. Naya mulai menggerutu dalam hatinya. Mengapa Dirga belum juga muncul? Mengapa cowok ini masih betah berdiri di sampingnya? Benar-benar memuakkan!

Sesekali Naya akan melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah lewat 5 menit. Gadis itu menghembuskan nafas kasar, menunggu Dirga hanya akan membuang-buang waktunya.

Setelah ini jika Naya bertemu dengan Dirga lagi, ingatkan dia untuk bertanya mengapa Dirga hobi sekali membuang-buang waktunya. Jujur saja, Naya merasa kesal pada laki-laki itu.

Naya melirik cowok di sampingnya sekilas, kemudian hendak melangkah untuk pulang. Namun tangannya tiba-tiba di tahan oleh cowok itu, membuatnya refleks menepis tangan cowok itu dengan kuat.

"Gue bilang jangan sentuh gue!" Bentaknya setelah menjauh beberapa langkah dari si cowok.

"Maaf, tapi gue mau ngomong sesuatu sama lo."

"Gue gak mau denger!"

"Nay..." Panggilnya, berhasil meraih pergelangan tangan Naya sebelum gadis itu menjauhkannya.

"Lepasin tangan gue!"

"Dengerin gue dulu!"

"Gue gak mau dan gak akan pernah mau buat dengerin perkataan sampah lo!!"

Kak DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang